Pagi-pagi sekali Abra sudah terjaga dari tidurnya, bisa dikatakan kalau tidurnya malam ini tak lelap sama sekali, ia yang sangat bernyali menikmati saat berdua dengan Sari, seketika nyalinya menciut ketika mengingat wajah Erlan, memang saat melihat Abra dan Sari berciuman semalam, Erlan tak mengatakan apapun dan tak menunjukkan sikap apapun, ia hanya diam seolah tak peduli, namun bagi Abra justru diam seorang Erlan lebih berbahaya dari kemarahan kakak kandungnya Asya.
*Cerita ini sambungan dari bab 240*
"Aku harus berangkat sekarang juga sebelum, bang Erlan turun ke bawah apalagi sebentar lagi kak Asya pasti sudah keluar,"
Pas sekali saat Abra keluar kamar, ternyata berpapasan dengan Asyq yang baru saja turun dari tangga, "mau kemana kamu membawa koper pagi-pagi begini?' tanya Asya melihat Abra yang terlihat tak santai.
"Aku mau pergi ke bandara pagi ini juga Kak, karena aku mengambil penerbangan pertama."
"Astaga, ternyata kamu masih takut ya!"