Namun Sari harus berusaha, ia harus memasang wajah yang ceria seolah tak terjadi apa-apa dengannya tadi malam, padahal kondisi hatinya saat ini sungguh rapuh, dan kecewa, serta sedih. Ia berharap tak melihat wajah Abra lagi hari ini, dan seterusnya, namun itu tidak mungkin, karena ia saat ini sedang berada Satu atap dengan Abra.
"Ya Tuhan, Kenapa harus begini jadinya, kenapa lelaki yang dulu sangat aku cintai sekarang menjadi lelaki yang sangat ku benci, kenapa dia memandang diriku begitu rendah. Apakah ia hanya menjadikan aku pemuas nafsu, belum cukup dia merusak kesucian ku, dan sekarang ia meminta itu kembali, kenapa harus aku? Apakah belum puas ia menyakiti hatiku? Apakah dia pikir hatiku sangat mudah untuk dipermainkan," Sari tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Abra tadi malam.