"Udah?" Ratih sedikit terkjut mendengar suara bariton menginterupsinya. Ia menaruh ponselnya dan mengembuskan napas lega. Di depannya telah duduk Adam, seorang pria yang telah menyelamatkan dompetnya yang hampir kecurian. Ini pertemuan mereka yang ketiga kali setelah pertemuan kedua pria itu meminta nomor ponsel Ratih dengan iming-iming meminta imbalan traktiran atas jasanya. Tetapi anehnya, Ratih sudah merasa nyaman dengan Adam. Seolah ia adalah teman yang sudah lama saling kenal. Ratih tidak merasa segan ataupun canggung.
"Mas Adam mengagetkan saja. Lain kali kalau datang ya permisi dulu kek, salam kek," tegur Ratih tanpa membalas pertanyaan pertama yang dilontarkan pria bernama Adam itu.
"Aku udah salam. Barangkali kamunya aja nggak dengar karena lagi nelpon. Jadi aku berinisiatif menunggu," elaknya dengan senyum cengiran yang tampak manis.
"Iya iya. Aku yang salah. Wa'alaikumsalam."
"Kok cemberut gitu sih? Marah ya aku gak izin dulu baru duduk?"