Dari panggilannya, Ratih bisa menebak jika wanita pemilik wajah ramah ini adalah ibunya si pemuda. Ratih menatap wanita itu heran, di sana, ia ditatap dengan pandangan berkaca-kaca. Seolah ketidak percayaan dan kerinduan menyatu jadi satu dalam roman wajah bulat berisi itu.
"Assalamu'alaikum, buk. Perkenalkan, saya Ratih. kakak kandungnya Ratna. Apa Ratnanya ada? Apa saya boleh bertemu?"
Wanita gemuk tadi segera tersadar, seolah ia baru saja mengenang suatu kenangan silam. "Ah iya, tuannya masih di kantor. Mari, Enon tunggu saja di dalam bersama Nona Kinan. Sebentar lagi juga pulang. Ayo, Rul, bukakan gerbangnya!"
Ratih merasa heran. Ia menanyakan keberadaan Ratna, tapi dua orang di depannya terus menjawab hal berbeda; mengatakan jika tuannya masih berada di kantor dan hanya Kinan yang ada di rumah. Tetapi Ratih menepis rasa keheranannya dan segera melangkah masuk saat dipersilakan. Ia dikawal oleh si wanita gemuk tadi menuju dalam rumah.