Setelah beberapa saat, suara tangisan bayi terdengar dari lorong tempat Apocallypto berlari awal tadi.
Sepertinya acara perkenalan bayi Raja akan segera dimulai.
Aula mulai ramai dengan suara para Rakyat yang tak sabar melihat Raja baru mereka nanti.
Apocallypto muncul dengan senyuman lebar di wajahnya. Tak menghiraukan tangisan bayi yang ada dalam rangkulan nya.
Ketika berjalan melewati Rakyatnya, Semua makhluk itu memberikan hormat pada bayi Raja itu.
Roanne berjalan dibelakang Apocallypto dengan tertunduk. Dan pakaian nya sepertinya sudah ganti menjadi pakaian resmi pesta nya. Korset putih bermotif mandala merah. Celana panjang merah. Sepatu putih berhak lumayan tinggi dan pedang bersarung kulit tergantung di pinggang kiri nya. Rambut panjang nya dibiarkan tergerai. Wajahnya pun sudah terlihat sudah dirias dengan cantik.
Axenor terdiam melihat ini. Entah bagaimana, mata Axenor dan mata Ravenous bertemu yang ada dibawahnya. Seperti Ravenous pun tahu ada sesuatu yang tidak beres.
Apocallypto sampai di panggung yang sudah disiapkan ditengah ruangan itu. Apocallypto naik ke panggung tersebut, Roanne mengekor dibelakang nya.
Karena bayi Raja itu belum berhenti menangis, Apocallypto memberikan nya pada Roanne supaya bisa ditenangkan. Roanne menggendong si bayi dengan hati-hati dan mulai menimang-nimang nya agar berhenti menangis.
"Rakyat ku dari 12dimensi semua.." ucap Apocallypto lantang. Menggema keseluruh penjuru ruangan. Perhatian pun jatuh ke Apocallypto semua. Para petinggi berdiri dari singgasana mereka, termasuk Axenor. Apocallypto melanjutkan pidato nya.
Roanne menatap Axenor dari panggung ke atas. Karena singgasana Axenor lumayan tinggi. Axenor yang menangkap mata Roanne, terdiam. Namun ia mengerti kalau Roanne mencoba memberi tahukan sesuatu tapi apa itu? pikir Axenor.
Roanne membenarkan posisi belati yang ada dipahanya. Mata Axenor melebar melihat itu. 'Mau apa dia? Mau membunuh Apocallypto? Membunuh Raja? Tunggu-!!' mata Axenor langsung mencari sesuatu diseantero ruangan.
Axenor menoleh ke kiri nya, ada sebuah jendela besar yang engselnya sedikit rusak. Matanya kembali ke Roanne dan pemimpin cantik itu menatap nya balik. Axenor menggelengkan kepala nya pada Roanne namun Roanne malah mengangguk.
Si bayi mulai kembali bermain-main dengan rambut Roanne.
Apocallypto mengambil bayi itu dari Roanne dengan sedikit paksa, Roanne sedikit terkejut namun ia memberikan Diandra dengan was-was.
Diangkat nya Diandra dihadapan publik namun wajah nya dihadapkan ke atap agar tidak ada yang melihat kalau ia perempuan, "Calon, Raja Baru Kita!'
Seisi ruangan bertepuk tangan, "Hidup Raja! Hidup Raja!" sorak rakyat dan para petinggi.
"Dan sekarang waktunya pemberian madu Raja." ucap Apocallypto dengan senyum miring nya.
Mata Roanne membesar. 'Sialan!'
Apocallypto mengambil sesendok kecil madu dari pelayan dibawah panggung. Upacara kecil. Dimana Raja akan diberi sebuah madu yang sudah disucikan. Agar nantinya, dia benar-benar akan menjadi raja. Dan madu itu akan menjadi makanan pertamanya selain susu.
'Suci kepala mu Apocallypto!!' umpat Roanne dalam kepalanya.
Rakyat yang menyaksikan antusias. Karena Raja-Raja pendahulu selalu tertawa setelah diberi madu pertama mereka.
Tangan Roanne mengepal keras. Gigi nya gemerutuk. Tak tahan lagi, Roanne mengeluarkan pedang panjang kebangga nya, menggores tangan Apocallypto yang sedang menggendong Diandra.
Sontak Diandra yang sedang digendong Apocallypto jatuh juga sendok madu nya.
Satu ruangan terkesima dengan perbuatan Roanne.
Seorang petinggi wanita pertama yang selalu mereka sanjung-sanjung, mereka jadikan panutan, inspirasi, dan contoh. Kini berbuat hal yang sama sekali tidak beralasan.
Para pengawal juga petinggi langsung turun dan dalam posisi siaga mereka. Kecuali Axenor yang masih ada di atas sana.
Roanne menggendong Diandra yang menangis karena kaget.
Namun entah darimana, ada asap hitam ditempat Apocallypto berdiri yang tengah menutupi luka nya karena Roanne menyayat tangan kanan nya. Apocallypto menunduk, melihat sumber asap. Madu yang hendak diberikan pada Diandra jatuh ke atas panggung kayu itu, namun entah kenapa panggung itu malah mulai terbakar pelan-pelan. Api biru memancar dari sana.
Satu ruangan terkesima.
Para petinggi pun terdiam, Jadi sebenarnya harus menghukum Roanne atau tidak? Ia memang menyelamatkan Raja dari madu yang sepertinya diberi sesuatu itu tapi ia juga berani melukai Apocallypto dalam keadaan sadar.
Sepertinya Axenor mulai mengerti ada apa diantara Roanne dan Apocallypto. Tapi apa mungkin Apocallypto...
Api dipanggung mulai semakin membesar dan rakyat mulai panik.
"ROANNE!!!" bentak Apocallypto.
Roanne menggigit bibir nya sendiri. Ia menutup matanya sebentar, kemudian melompat ke lantai 2 aula.
"PENGAWAL!! TANGKAP DIA!!" titah Apocallypto.
Sontak semua petinggi menjadikan Roanne sebagai sasaran nya. Menangkap Roanne dan mengamankan Raja.
Axenor masih diam ditempat. Memperhatikan semua yang terjadi dari jauh. tapi kemudian, "Pengawal, padamkan api di panggung dan bawa tuan Apocallypto ke ruang pengobatan darurat istana!" perintah nya kemudian ia melompat ke lantai 2 istana mengikuti Roanne.
Roanne terpojok setelah berlari. Ia dihadapkan sebuah dinding, Axenor menghampiri nya perlahan, "Hey..."
Roanne berbalik menghadap Axenor, Ditatapnya was-was pemimpin tetangganya itu.
"Dengar.. aku tahu ada sesuatu diantara kau dan Apocallypto.. Tapi bukan begini cara nya..."
"Tahu apa kau tentang ini?!" Roanne malah membentaknya.
Axenor melempar pedang nya dan tertancap di dinding, "Pegang tangan ku.. Semua akan baik-baik saja.." Axenor mengulurkan tangan nya pada Roanne. Berharap ia tenang dan mau menjelaskan ada apa sebenarnya terjadi.
Roanne terdiam, memandangi wajah Axenor tidak yakin.
"Aku pengasuh Malient dulu.. Ayolah.."
Roanne tertegun. Benar juga.. Kenapa ia bisa lupa kalau Axenor penjaga Malient dulu?
Tiba-tiba anak panah muncul dari bekalang Axenor dan melukai ke 2 lengan atas nya. Axenor meringis.
Roanne ikut tergores kaki dan tangan nya. Dipeluknya Diandra erat agar ia tetap aman.
"Tidak akan!" Jawab Roanne pada Axenor lalu ia melompat dari balkon lantai 2 itu ke seberang.
Axenor hanya bisa melihat nya melompat.
Rakyat terpaksa dibubarkan agar aman. Semua petinggi mengejar Roanne beserta pengawal nya.
Roanne mengeluarkan tangan kanan nya dan tangan kiri nya memeluk Diandra, tangan kanan nya mengeluarkan api merah besar dan ia mengarahkan nya pada jendela kiri istana yang sudah sedikit rusak.
Roanne meledakkan jendela itu, membuat lubang besar di dinding istana, ia mengeluarkan sayap kupu-kupu nya, dan mulai terbang menjauhi istana.
Ia menengok ke belakang, dipandang nya istana Wallace yang seperti nya untuk terakhir kali nya.
"Rumah ku istana ku.." lirih nya.
Ia akan kehilangan segalanya dengan meninggalkan Istana pusat..
Tak tinggal diam, melihat Roanne kabur keluar istana, Apocallypto menembakkan tujuh anak panah dengan menggunakan Crossbow. Menyadari kalau ada serangan dari belakang, Roanne berusaha menghindari anak panah itu.
Namun sedihnya gagal..
1 anak panah menancap di bahu kanan nya, 2 menggores kaki nya, dan 4 melukai sayap nya.
Roanne menjerit kesakitan lalu keseimbangan terbang nya hilang dan ia jatuh kepala dahulu.
Roanne menyembunyikan Diandra agar hanya ia yang terluka dan bukan bayi malang itu.
Kepala Roanne membentur batu besar dibawah nya. Karena diluar istana Wallace adalah hutan dengan pohon tinggi dan lebat, menyulitkan para pengawal dan petinggi mengejar Roanne. Bahkan sulit memprediksi kemana jatuh nya tadi.
Roanne bangkit dengan satu sayap nya yang bengkok dan satu lagi robek, dan wajah nya berlumuran darah. Ia langsung memeriksa Diandra. Untung saja bayi mungil itu aman-aman saja.
Entah darimana, ia memunculkan mantel hitam, penutup wajah hitam, dan kain mantel yang cukup tebal untuk Diandra.
Karena tidak memungkinkan lagi untuknya terbang, ia mencabut anak panah si bahu nya, menyembunyikan sayap nya dibalik mantelnya, memakai penutup wajahnya dan membalut Diandra dengan kain mantel, ia berlari menjauh dari Wallace secepat tenaga nya. Berharap Apocallypto tidak mengejarnya dan berhenti mengejar Diandra.
Meninggalakan rumah satu-satu nya yang ia miliki...
Axenor tertegun sambil melihat Roanne berlari menjauh dari istana dari lubang yang Roanne buat. Ia memegangi lengan nya yang kanan karena terkena panah lumayan dalam.
Ravenous berlari kecil menghampirinya, "Tuan.. luka tuan harus diobati.. kalau tidak, nanti infeksi.."
"Kau menyadarinya juga kan?..."
"Ya tuan... Hamba tahu apa yang tuan maksud... Tapi hamba masih bingung-"
"Siapa yang salah dan siapa yang benarkan?.. Takdir belum membiarkan kita membaca nya dengan benar Ravenous.." tubuh Axenor oleng ke belakang.
Ravenous buru-buru menopang tubuh Axenor yang mulai dingin itu, "Hey Ravenous.."
"Tuan..?"
"Apa yang akan terjadi.."
"Kenapa tuan?..."
"Kalau aku bilang anak panah yang melukai ku bera...cun....?" kesadaran Axenor memudar.
Ravenous panik, memanggil pengawal dengan cepat. Mata Axenor yang mulai tertutup, masih menangkap bayang-bayang Roanne. Dan teriakan Apocallypto sebagai suara latar belakang terakhir nya...