Chereads / Garuda's Daughter Is THE King / Chapter 3 - Pemimpin Memimpin Pemimpin

Chapter 3 - Pemimpin Memimpin Pemimpin

Suara keras pintu yang terbuka menabrak dinding ruangan menggema. Membuat sakit telinga dan pusing kepala.

Terdengar suara seorang bayi tersedak sesuatu lalu menangis kencang karna kaget dengan suara keras yang baru saja menggema.

Seorang Roh wanita yang sangat cantik menatap tajam Apocallypto. Kesal sangat sepertinya sampai-sampai api terlihat jelas membara dimata wanita itu.

Ia terlihat menggunakan celana ketat berwarna hitam, korset merah hati tak berlengan, sepatu berhak tinggi hitam, dan rambut panjang bergelombang hitam-kemerahan terlihat indah.

Ia sedang menggendong bayi yang kini sedang benar-benar menangis sambil meremas rambut wanita itu. Bayi yang terlihat hanya terbalut kain putih dari ujung kepala hingga kaki nya. Tangis nya benar-benar sedih dan sakit hati sepertinya karna waktu makannya diganggu dengan suara sekeras kembang api.

Axenor tertegun ketika mendengar suara tangisan bayi itu. Jelas sekali. Itu bukan suara tangisan bayi laki-laki. Matanya melebar sambil terus menatap bayi yang digendong Roh wanita beberapa meter didepan nya.

"Sshh... Sayang... sudah sudah.. Jangan menangis lagi.." Wanita itu menimang-nimang bayi dalam rangkulan nya itu. "Manis ku ini kaget hmm~..."

"Roanne. Susah ku peringatkan kau untuk membiarkan bayi itu sendirian." rahang Apocallypto mengeras kembali melihat wanita itu, Roanne, malah semakin mesra dengan bayi itu.

Tangisan si bayi sedikit berkurang. Yang terdengar hanya isakan kecil nya. Roanne menaruh kepala bayi itu disela lehernya dan si bayi langsung nyaman tak ingin melanjutkan acara tangis sakit hati nya.

"Aku diberi wewenang untuk menjaga anak ini. Bukan meninggalakan nya sendirian." jawab Roanne lantang. Tak takut pada ancaman Apocallypto.

"Tunggu dulu. Jelaskan pada ku.. Jangan bilang kalau-...." Axenor mencoba menyambungkan semua hal yang terjadi.

"Hm? Kalau Calon Raja kita itu akan menjadi Perempuan dan bukan lelaki?" potong Roanne memasang posisi siaga betarung nya walau dengan bayi dalam rangkulan nya.

Seperti ada petir berkekuatan ribuan watt menyambar Axenor sampai ke urat paling tebal nya. Tak percaya. Matanya menatap bayi yang bersembunyi di leher Roanne dengan manja nya.

"J-Jadi ini alasan-"

Roanne mengeluarkan pedang panjang dan tipis lalu mengarahkan nya pada Axenor, "Jika Apocallypto membawa mu kemari hanya untuk ikut berdebat dengan ku, lebih baik bicara dulu pada pedang andalan ku dan langkahi mayat ku, baru Anak ini ku serahkan." tegas Roanne.

"ROANNE JOVI AL CATRA!! Sekarang juga, serahkan anak itu atau aku memberi mu hukuman!!" bentak Apocallypto.

Si bayi yang tadi diam jadi menangis lagi karna kaget mendengar bentakan Apocallypto.

Roanne berdecih kesal, "Buka 8 indra mu Garuda! Aku tahu kau tidak sebodoh ini."

"ROANNE!!!" Apocallypto kembali membentak nya.

Bukan nya malah menurut, Roanne malah melompat ke jendela ruangan terdekatnya yang tidak berkaca lalu membawa kabur bayi itu bersamanya.

Apocallypto menggeram lalu pergi meninggalkan Axenor sendirian. Termenung. Tidak tahu harus bagaimana.

Axenor menghampiri tempat tidur bayi ditengah ruangan itu. Tempatnya berantakan dan mainan berserakan disana.

Angin bertiup pelan. Meniup rambut panjang Axenor dan mantelnya ikut bergerak pelan.

_____

Roanne membuka pintu kamar pribadi nya dan berjalan hati-hati ke tempat tidurnya. Si bayi raja terlihat sedang mengusap-usap wajah nya sendiri.

Roanne memperhatikan nya, "Wah wahh." dicium nya makhluk mungil itu.

"Apa sayang ku ini masih lapar? Atau mengantuk?"

Si bayi tersenyum lebar. Mungkin ia mengira Roanne bermain-main dengan nya.

Roanne menidurkan bayi itu di tengah tempat tidurnya. Ia bermain-main dengan bayi itu sebentar. Tawa Roanne dan bayi raja itu terdengar memenuhi kamar. Namun berhenti karna sepertinya bayi mungil itu buang air lalu mulai menangis, "Hey.. manis~ Kenapa menangis? hmm? Aku tidak akan memarahi mu~"

Dengan air mata berkilau nya, ia menatap Roanne. Ditatap balik bayi mungil itu, "Aww~ Manis ku. Lihat? Aku tidak memarahi mu kan?~"

Roanne memegangi 2 tangan bayi, "Wah lihat.. kuku mu sudah panjang lagi.. Harus ku potong lagi sebelum jari mungil ini melukai wajah mu sendiri hmm~ Setelah mandi nanti, kita makan lalu aku akan menidurkan mu ya~"

Si bayi menguap. Roanne menutup mulut bayi dengan 2 jari nya.

"Aure." panggil Roanne.

Pintu kamar itupun kembali terbuka. Masuklah seorang pelayan wanita berambut biru langit yang digelung.

"Nyonya.." ia membungkuk hormat pada Roanne.

"Siapkan alat mandi bayi Raja. Lalu ganti tempat tidur ku." Roanne membuka kain yang membalut bayi Raja.

"Baik nyonya."

Mata Roanne memperhatikan tubuh mungil si bayi yang terus bergerak-gerak. Baju putih yang sedikit kusut karna si bayi terus bergerak-gerak.

Mata Roanne tidak menangkap apa yang ia cari, "Seperti nya kalung mu tidak ada ditempatnya ya bayi nakal~"

_____

Berdiri didekat jendela yang tidak tertutup sama sekali dan bahkan tidak berkaca. Dibawah teriknya matahari siang, Axenor mengangkat sebuah kalung perak dan membiarkan matahari menyinarinya.

"Axen aku tidak mengerti takdir." ucap Apocallypto yang duduk di meja nya dibelakang Axenor dengan meremas-remas tangan nya sendiri, membuat Axenor kaget dan hampir menjatuhkan kalung yang dipegang nya keluar jendela.

"Akhem. Uhh kenapa tuan?"

"Kau sudah melihat bukan maksud ku?"

"Uhh yeah tuan.. l...alu...?" tanya Axenor takut salah sambil memasukan kalung yang ia ambil dari keranjang bayi ke dalam saku celana nya.

_____

(Kamar mandi Pribadi Roanne)

"Memang nya kenapa kalau Raja kita itu nantinya seorang Wanita? Masalah untuk nya?" Gerutu Roanne pada pelayan setia nya sambil menepuk pelan tubuh bayi Raja dengan handuk. "Sebegitu tidak sukanya ia pada wanita?"

Aure hanya bisa tersenyum mendengar semua keluhan majikan nya itu.

_____

"Itulah maksud ku axen.. Jikalau wanita yang memimpin, apa bisa ia memimpin ke12 Dimensi dengan Adil? Atau ia hanya akan sibuk dengan Harta dan kecantikan nya?" Apocallypto bersandar ke kursi ruang kerja nya resah seolah alam semesta akan kiamat 10detik kemudian.

"Apa sikap tuan tidak berlebihan tadi? Maksud ku, kalau Roanne menjadi Pemimpin saja tuan terima lalu kenapa Raja tidak bisa?"

"ROANNE MENJADI PEMIMPIN KARENA ENNQU YANG MEMINTA NYA!" bentak Apocallypto tidak tahu kenapa.

Axenor kaget sampai mundur beberapa langkah. Tak mengerti apa penyebab murka nya pemimpin ke2 setelah Raja itu.

"Errr... Ma..maksud ku." Apocallypto memasang wajah pura-pura tenang walau tak bisa ia sembunyikan khawatirnya, "Dulu, 'Ya-yang Mulia' Ennqu, yang meminta Roanne menjadi pemimpin di Dimensi Darkside sana. Jadi itu bukan atas keinginan ku."

Axenor menatap wajah Apocallypto dengan mata menyipit curiga, "Maksud tuan? Jadi kalau Yang mulia Ennqu tidak meminta nya, maka Roanne ti-"

"Astagaaaa! Disini kita bicarakan Anak itu. Bukan Roanne axen." Apocallypto menarik nafas dalam. "Ku beri tahu sesuatu. Anak itu bukan dari ras Fantasi manapun. Dia itu.."

_____

(Di kamar Roanne)

"Manusia." ucap Aure sambil menggendong bayi Raja menggantikan Roanne yang tengah menyiapkan sebotol susu untuk si bayi.

Aure menatap lekat wajah mungil bayi yang sedang melihat kesana-kemari.

"Aku tahu. Simpan rahasia itu sampai nyawa mu hilang dari semua dimensi."

Aure membungkuk, "Tentu nyonya. Tapi.. Apa tuan Apocallypto pernah menggendong bayi manis ini?" ditatapnya lagi bayi mungil yang baru saja mandi itu.

"Melihat saja tidak sudi dia. Bagaimana menggendong?" Ronne mengambil Bayi dari rangkulan Aure. "Dia membuat mu jatuh cinta kan?" Roanne meledek Aure.

Aure tersenyum, "Iya nyonya.. Nona muda ini benar-benar membeli hati hamba walau dengan sekali lihat saja."

"Aku tahu. Aku pun begitu."

Bayi mulai menangis dan Roanne langsung menimang-nimang nya, "Iya sayang.. Kamu lapar ya~"

Roanne memberikan nya botol susu dan langsung ia minum seperti tidak makan 2 hari lalu berjalan ke kursi kamarnya yang dekat dengan jendela tertutup kaca. Ia membuka kaca itu dan duduk bersama bayi dalam rangkulan nya.

"Aure ganti tempat tidur ku. Dan ingat rahasia ini."

Aure berlutut, "Sampai nafas terakhir hamba dan Sampai waktu yang ditentukan, Hamba Bersumpah nyonya. Tidak akan memberi tahu informasi apapun tentang Raja kita."

Roanne tersenyum pada Aure.

"Hamba permisi dulu nyonya.. Mau mengganti tempat tidur nyonya."

"Pergilah.. Usahakan jangan terlalu berisik."

_____

Axenor masih termenung. Lagi.

Harus bagaimana dia sekarang?

"Kau pulang lah dulu ke tempat mu. Ada urusan lain yang harus ku urus." Wajah Apocallypto berubah menjadi gelap.

Mulut Axenor terbuka namun tak mengeluarkan apa-apa.

"Sudah sanaa!" Apocallypto mengibas-ngibas tangan seperti mengusir Axenor.

Axenor hanya membungkuk pelan lalu keluar ruangan.

Di luar ruangan, percis di depan pintu ruangan Apocallypto. Axenor mengeluarkan kalung yang sedari tadi ia simpan di saku nya.

'Diandra'

Ukiran perak itu bergerak karena angin.