Chereads / Garuda's Daughter Is THE King / Chapter 8 - 10 Tahun sudah Roanne sembunyi

Chapter 8 - 10 Tahun sudah Roanne sembunyi

Ravenous seperti tak kuasa menahan tangis. Matanya memperhatikan tangan kecil yang keluar dari portal putih-biru itu. Tak peduli seberapa luka yang dibuat cahaya menyilaukan itu pada matanya.

Semua elemental diruangan itu terapung dan menghampiri portal. Air, tanah, gulungan udara, api, bola cahaya, bola kegelapan, bunga, dedaunan, lava, es, dan elemental lain.

Ravenous terkejut. Dugaan nya meleset. Lagipula...

Malient...

Tak mungkin hidup lagi...

Dari hanya sebuah pergelangan tangan dan jari kecil, muncul tangan satu nya lagi. Lalu 2 telapak kaki memakai sepatu balet orange.

Mulut Ravenous terbuka.

Seisi ruangan berdiri namun tak sanggup melihat apa yang terjadi. Axenor maju perlahan. Tidak mengerti ada apa karna ia menghadap bagian belakang portal.

Sosok yang keluar dari portal itu semakin jelas. Cahaya itu pun sedikit berkurang.

Yang ada diruangan sedikit menurunkan tangan mereka. Ravenous melangkah maju perlahan-lahan.

"A-Anne?....." sosok itu mengeluarkan sebuah suara.

Sontak semuanya terkejut.

Suara Anak Perempuan!

Sosok itu mendarat di lantai istana Wallace dengan mata terpejam erat. Seorang anak kecil. Perempuan. Memakai sebuah gaun sederhana berlengan pendek dan sampai atas lutut nya, berwarna biru tua dan sepatu orange. Rambut nya hitam panjang, bergelombang, di ikat 1 yang rendah. Sepertinya dengan sebuah pita ungu.

Cahaya hilang sepenuhnya dan matahari bersinar seperti semula.

ke2 tangan anak itu bertautan sendiri. Matanya masih tertutup erat. Tak mau melihat apa yang ada didepan nya.

Seisi ruangan terkejut bukan main.

Ya!

Memang seorang anak kecil, 100% MANUSIA sekarang ada dihadapan mereka semua. Tapi fokus mereka bukan pada jenis makhluk anak itu. Tapi pada kaki bawah dan lengan bawah anak itu.

Semua terdiam. Tak mampu bicara walau hanya 1 huruf.

Dengan penuh keberanian, anak itu membuka satu mata nya. Mata hitam nya menatap lurus kedepan. Ravenous menjadi sasaran pertamanya.

Ravenous yang tidak tahu anak itu memperhatikan nya, masih fokus pada kaki kecil anak itu.

Entah bagaimana, tongkat bulan sabit yang sedaritadi berputar-putar diudara, berhenti didepan anak itu.

Diam-diam Apocallypto berdecih kesal.

Melihat Ravenous yang menatapnya lekat dibagian bawah, anak itu mundur.

"ANDRA!!"

Oh ya

portal belum hilang. Tapi tak sebercahaya tadi.

Suara keras itu mengagetkan yang ada diruangan.

Namun kali ini, mereka semua tahu. Siapa pemilik suara itu.

"Ro.....Roanne?..." Ravenous terkejut untuk ke sekian kali nya.

Benar saja. Roanne melompat keluar dari portal itu dan langsung memeluk anak perempuan itu dari belakang. Kini portal itu hilang sepenuhnya. Axenor sekarang bisa melihat jelas semua nya.

Anak itu terlihat gemetaran. Ketakutan jelas sekali di bola mata hitam nya.

Kantung mata hitam anak itu sangat terlihat. Tubuhnya yang lebih kecil dari tubuh anak-anak seusianya. Penampilannya yang lusuh dan berantakan.

"Anne..." lirih anak itu.

Mata Roanne menatap tajam ke atas. Tepat di Apocallypto. Namun yang ditatapnya terlihat sangat tenang. Tapi Roanne tahu ada sesuatu yang dirasakan Apocallypto saat itu.

Roanne mendekat ke telinga anak itu, "Sayang.. Peluk erat kaki ku. Jangan lepas."

Roanne berdiri tegak dan memasang posisi siaga. Anak itu langsung berbalik lalu memeluk kaki kanan Roanne. Dikeluarkannya pedang kebanggaan Roanne. Siap menebas yang berani maju duluan.

Axenor menarik nafas kesal, 'Kenapa harus selalu dengan kekerasan?? Wanita ini kenapaaaa'

Ravenous bingung harus bagaimana. Ia tidak memiliki 1 pengetahuan pun tentang apa sebenarnya yang terjadi.

"Roanne. Petinggi istana yang paling disanjung dan dibanggakan dari 12 dimensi. Kau harus punya alasan bagus. Karna, SUDAH MENYEMBUNYIKAN RAJA SELAMA 10TAHUN!!" ucap Daglan lantang seperti membentaknya.

Roanne melirik Apocallypto sekilas, memastikan kalau ia tetap ditempatnya, "Dan sekarang aku kembali. Bukankah harusnya, Kalian semua, bersyukur?"

"Kau memang diberi wewenang. Tapi bukan begini.." Ravenous memotong pembicaraan.

Ravenous berlutut untuk melihat anak yang bersembunyi dipaha Roanne.

Roanne yang memakai pakaian assassin hitam yang lumayan ketat dan rambutnya yang dikepang 1.

"Ada apa dengan nya sampai seperti ini Roanne?" Ravenous mencoba melakukan pendekatan.

Anak itu menatap Ravenous tanpa ekspresi. Berbeda saat ia baru keluar tadi. Ravenous mencoba tersenyum agar anak itu tidak takut. Mata hitam anak itu dan mata sapphire Ravenous bertemu.

Seperti terkena Deja Vu. Ravenous menemukan kembali apa yang pernah hilang dari nya.

Merasa Roanne masih belum tenang dan masih sangat Agresif sepertinya, Daglan ikut melakukan pendekatan.

"Dengar.. Roanne.. Kita bisa selesaikan ini dengan mudah. Atau cara sulit.." Daglan maju selangkah. "Atau kau mau cara lain hm? Semua terserah pada mu."

"Aku lebih baik mati dan membawa Diandra bersama ku daripada menyerahkan nya pada kalian." Roanne melirik para petinggi Satu-per-satu.

"Tidak tidak tidak. Kau akan tetap bersamanya. Tapi maaf, kau akan dapat hukuman walau sambil menjaga nya." Daglan melembutkan suaranya.

Mendengar akan ada yang menghukum pengasuhnya, mata Diandra memerah nyala. Ia menatap Daglan tajam.

Yang lain nya hanya bisa melihat dalam diam. Mereka sadar diri. Salah satu langkah, bisa-bisa Roanne membawa kabur Raja lagi.

Mendengar kalau ia dan Diandra masih bisa bersama walau ditengah hukuman, posisi tegang Roanne melentur. Pedang nya ia turunkan. Walau belum ia letakan dilantai atau ia masukan kembali ke sarung nya.

Axenor merasakan aura gelap yang aneh dari Diandra. Ditatapnya anak itu dari belakang.

Seolah tahu ada yang memperhatikan nya, Diandra menoleh ke belakang. Mata merah menyalanya bertemu dengan mata Axenor. Axenor terkejut melihat mata anak Raja Asuhan Roanne itu.

Aura hitam yang lebih kuat darinya dapat dirasakan Axenor. Hanya dengan melihat mata anak itu.

Dengan gerakan cepat, Axenor menendang pedang yang ada di tangan kanan Roanne. Membuat pedang itu terpental entah kemana.

Roanne yang kaget, belum sempat ia melindungi Diandra, Ravenous membuat tubuh kecil Diandra mengapung di udara dan menarik nya dalam rangkulan Ravenous.

"Tangkap Roanne!!" perintah Apocallypto.

Sontak 2 pemimpin memegangi tangan Roanne dan mengunci kaki nya.

Daglan ikut kaget dengan perintah Apocallypto, tidak percaya dengan apa yang didengar nya.

Roanne panik dan berusaha melepaskan diri namun gagal. Apocallypto turun dari singgasana nya. Ravenous memeluk erat Diandra, mengamankan nya.

"Apocallypto! Bukan seperti ini." Daglan menghampiri Apocallypto.

Apocallypto malah menatapnya dengan tenang, "Dia menyembunyikan Raja setelah 10 tahun. Kau ini kenapa? Hukum adalah hukum." diambilnya tongkat bulan sabit di dekat nya.

Roanne yang meronta-ronta ingin lepas dan ingin Diandra kembali padanya, tidak dihiraukan oleh yang memegangi nya. Dibuatnya Roanne berlutut dengan tangan dilakang tubuhnya.

Diandra semakin marah melihat itu. Sinar matanya menghilang. Tangan nya memanas dan mengepal kuat, "Lepas..."

Ravenous tidak mendengarnya karna keributan disekitar mereka.

Roanne menatap Axenor. Seperti meminta bantuan. Tapi sepertinya Axenor tidak ada dipihaknya...

"Anne.." lirih Diandra.

Ravenous masih tidak mendengarnya..

"Lepas..."

Semua ribut.

Mempertanyakan alasan Roanne.

Air mata hitam mengalir dipipi Diandra.

Diandra menjauhkan kepalanya dari dada Ravenous.

Ravenous menunduk melihat, ada apa dengan anak itu.

"AKU BILANG LEPASKAN DIA!!!!"