Chereads / Oh!!! My Vampire / Chapter 4 - Kenapa Kau Menggigitku?

Chapter 4 - Kenapa Kau Menggigitku?

"Aaarrghh!!" Freya merintih kesakitan saat lehernya serasa ditusuk oleh sesuatu yang runcing.

Beberapa saat kemudian, kepalanya berdenyut nyeri. Setelah itu, rasa sakitnya mulai menghilang dari kepalanya. Kini hanya ada rasa perih di lehernya meski hanya sekilas. Perasaan yang aneh bagi Freya.

Sementara Dareen masih tertegun. Ia baru kali ini merasakan sensasi yang luar biasa. Entah apa yang yang membuat ia begitu bahagia. Darah yang ia minum langsung dari leher Freya memberikan rasa berkali-kali lipat lebih lezat.

"Baiklah, setelah ini dia akan pingsan sejenak. Bekas gigitan itu akan hilang. Lalu dia akan lupa soal hal ini. Semoga semuanya berguna," ucap Dareen sambil menjauhkan wajahnya dari leher Freya.

Plak!!

Tiba-tiba tamparan tak terduga itu menghujam keras ke pipi Dareen. Freya masih sadar. Wajahnya merah padam karena marah. Saat melihat bekas gigitan itu, Dareen agak kaget. Lubang dari bekas giginya terlihat seolah menguap dan hilang.

Dareen masih memegangi pipinya yang terasa perih. Ia begitu bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya. Ia sudah sering melihat kakaknya menggigit manusia dan reaksinya selalu sama. Manusia akan pingsan beberapa menit lalu sadar dengan kondisi lupa.

Freya berbeda. Ia tidak pingsan, wajahnya terlihat begitu marah. Lalu, satu hal lagi yang aneh. Bekas luka yang sangat cepat menghilang. Kini Dareen harus siap kena marah dari gadis itu.

"Apa yang kamu lakukan??" tanya Freya.

Dareen begitu gugup hingga tak bisa menjawab pertanyaan gadis itu. Ia juga ragu untuk menjelaskan semuanya dengan jujur. Bisa jadi Freya tidak akan percaya dengan ceritanya. Atau bisa saja dia dituduh sebagai vampir hitam yang membunuh warga sekitar.

"Kenapa kamu diam saja? Perbuatan yang baru saja kamu lakukan adalah pelecehan! Apa kamu sudah siap dilaporkan ke pihak berwajib?? Karirmu akan hancur seketika!" cecar Freya penuh kemarahan.

Wajah Dareen perlahan memucat mendengar perkataan Freya itu. Bahkan bulir-bulir keringat sudah menghiasi wajahnya. Ia tidak rela harus kehilangan karir dan kehidupan cemerlangnya hanya karena ingin menolong orang yang sedang sekarat. Salah paham itu tidak bisa ia biarkan begitu saja.

"Tunggu, aku bisa jelaskan semuanya," ucap Dareen.

"Jelaskan apa lagi?? Kelakuan kamu sudah benar-benar keterlaluan! Aku juga punya harga diri. Jangan kamu anggap aku ini perempuan murahan!" kata Freya sambil berdiri.

Kini mereka saling berhadapan. Sejenak Dareen sadar akan suatu hal, Freya sudah lebih baik. Gadis itu sudah tidak kesakitan. Dareen menghela napasnya panjang. Ia bersiap merangkai kata-kata untuk meyakinkan Freya bahwa ia telah menolong gadis itu.

"Lihatlah dirimu sekarang! Tadi dirimu nyaris sekarat dan kesakitan. Tapi setelah aku lakukan itu, kamu menjadi baik-baik saja. Aku serius, aku hanya ingin membantumu. Aku tidak ada maksud lain," jelas Dareen.

Freya tergagap. Ia mengamati kedua tangannya dengan heran. Pandangan matanya sudah kembali jelas. Freya mencoba menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak merasa pusing sedikitpun. Lalu, ia juga menarik napasnya dalam-dalam, napasnya sudah tidak terasa sesak.

Terakhir, rasa ngilu di sekujur tubuhnya sudah hilang. Perkataan Dareen benar! Bahkan tubuhnya yang sekarang lebih segar dari sebelumnya. Freya merasa bertenaga dan begitu sehat.

'Ada apa ini? Apakah benar semua ini karena kelakuan lelaki ini? Tapi mana mungkin!' batin Freya memberontak.

"Bagaimana? Kenapa kamu diam? Pasti kamu sudah tidak merasakan kesakitan bukan??" tanya Dareen.

"Iya. Tapi aku tidak percaya padamu kalau semua ini karena perbuatanmu tadi! Aku akan tetap melaporkanmu pada pihak kepolisian. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini!!" ucap Freya sambil melangkah pergi.

Dengan cepat Dareen memegangi tangan Freya. Ia menghentikan langkah gadis itu. Niatnya untuk menolong malah menjadi masalah sendiri untuknya. Dareen tak bisa membiarkan hal itu terjadi.

"Tunggu nona!! Aku sudah menolongmu. Tidak bisakah kamu berbaik hati padaku? Baiklah, lihat saja kesehatanmu tidak akan bertahan lama," ucap Dareen.

"Apa maksudmu? Apa kamu mendoakan aku agar kembali sakit?" tanya Freya.

"Tidak. Gigitanku memberikan efek penyembuhan padamu. Tapi itu tidak akan bertahan lama. Dalam tiga hari kamu akan kembali sakit. Aku tahu, kamu sudah sakit keras. Jadi saat itu, kamu akan kembali membutuhkanku. Jadi jangan seenaknya bertindak," ucap Dareen.

Freya kaget mendengar penjelasan itu. Wajahnya tampak cemas saat mengingat rasa sakit itu. Namun, ia malah menghentakkan tangannya dari genggaman Dareen. Ia melangkah pergi dari tempat itu tanpa kata.

"Nona!! Ingat, sebelum bertindak pikirkan semuanya terlebih dahulu!! Aku hanya ingin menolongmu!!" teriak Dareen.

Dareen tampak putus asa. Ucapannya tidak mampu menghentikan langkah Freya. Padahal Dareen sudah sengaja mengarang cerita bahwa Freya akan kembali sakit lagi. Sebenarnya Dareen juga tahu kalau gigitan bangsa vampir putih bak obat mujarab untuk semua penyakit. Karirnya bisa berakhir kalau saja Freya benar-benar melaporkannya. Nama baik Dareen akan hancur.

Freya berlari meski masih bisa mendengar teriakan Dareen. Ia menuju penginapan yang tak jauh dari tempat syuting itu. Sesampainya di kamar, Freya langsung meraih handuk dan mandi. Cindy menatapnya dengan heran.

Freya mengamati lehernya di cermin kamar mandi. Ia tidak melihat bekas gigitan yang dilakukan Dareen. Sesaat ia menyentuh bagian yang tadi digigit oleh Dareen. Ia masih tidak habis pikir, kenapa lelaki itu melakukannya. Beberapa saat kemudian, ia menatap wajahnya sendiri.

"Astaga!! Sudah sejak lama aku merindukan wajahku yang segar seperti ini. Ini seperti wajahku lima tahun yang lalu sebelum penyakit itu menggerogoti tubuhku," ucap Freya takjub.

Kantung mata yang berwarna gelap kini menjadi kencang dan berwarna cerah. Wajah Freya terlihat berkali-kali lebih segar. Namun, meski sudah melihat semua perubahan itu, Freya masih tidak percaya dengan penjelasan Dareen.

"Kamu terlihat begitu baik. Apa rasa sakitmu sudah hilang??" tanya Cindy saat Freya keluar dari kamar mandi.

"Iya. Untung saja. Ternyata aku masih diberi kesempatan hidup," jawab Freya.

"Makanya kamu yang rajin minum obat. Pasti ini semua karena kamu sudah rajin minum obat," ucap Cindy sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya.

'Tunggu!! Obat dari mana?? Terakhir kali minum obat tadi pagi. Setelah minum obat aku muntah darah. Lalu apa yang membuat kondisiku sebaik ini?? Apakah ini dari obat? Rasanya tidak mungkin! Apakah ini karena perbuatan Dareen tadi? Itu juga tidak mungkin? Lalu kenapa??' Freya bertanya-tanya di dalam hatinya.

"Fre, di tempat seperti ini jangan melamun! Kamu bisa kerasukan lho. Btw, aku udah baca naskah dramanya. Bagus banget. Tapi sayang, aku tidak bisa dekat Dareen. Dia lebih memilihmu," ucap Cindy tampak kecewa.

"Jangan khawatir, kalau kamu ingin bekerja bersamaku, tukar tempat dengan Sandra. Jadi kita bisa bekerja bersama menangani Dareen," ucap Freya.

"Tapi nanti kalau tidak diizinkan?"

"Aku yang akan memintanya. Kamu tenang saja ya."

"Terima kasih!!" seru Cindy senang.

Malam harinya, Freya masih terus memikirkan apa yang membuatnya menjadi bugar kembali. Semakin larut, malam terasa semakin sepi. Hanya ada beberapa burung malam yang terbang melintas sambil menyapa kesunyian itu. Freya masih berpikir keras. Namun, tetap saja ia belum menemukan jawaban akan semua pertanyaannya.

Sementara Dareen di kamarnya sedang menunggu kedatangan kakaknya. Ia begitu khawatir hingga harus memanggil Oliver untuk datang. Sebagai anak bungsu, Dareen lebih memilih meminta petunjuk pada kakaknya. Apalagi masalah yang menyangkut vampir putih. Tak lama, Oliver sampai di kamarnya.

"Aku ada banyak pertanyaan. Tadi aku baru saja menggigit manusia. Tapi kenapa dia tidak pingsan?" tanya Dareen panik.

"Ckckck, belum juga aku duduk. Kamu sudah tanya. Apa kamu sangat panik??" tanya Oliver.

"Bagaimana aku tidak panik?? Dia tidak pingsan. Wajahnya merah padam karena marah dan ia langsung menamparku. Lalu ia juga mengancam akan melaporkanku ke polisi. Karirku terancam hancur. Anehnya lagi, belas gigitan itu seperti langsung menguap dan hilang dengan cepat," jelas Dareen berapi-api.

Oliver terdiam. Ia terlihat memegangi dagunya beberapa kali. Ia seperti orang yang sedang berpikir keras.

"Ini sangat aneh sekaligus berbahaya," ucap Oliver.

"Kenapa?" tanya Dareen semakin panik.

Bersambung...