Keesokan harinya, Dareen mempersiapkan diri untuk melakukan aktivitas hari itu. Saat sarapan, beberapa kali ia melayangkan pandangannya ke penjuru ruangan. Namun, ia tidak menemukan Freya.
'Kemana gadis itu??' tanya Dareen dalam hati.
Rupanya Freya agak terlambat sarapan. Gadis itu berjalan dengan cepat lalu mengambil beberapa makanan yang ia inginkan. Bersama Cindy, dia duduk di sebuah meja dan makan dengan lahap. Ada perasaan lega di hati Dareen yang melihat Freya makan dengan semangat.
"Fre, aku lihat sejak kemarin nafsu makanmu lebih baik. Apa kamu sedang minum vitamin atau suplemen penambah nafsu makan?" tanya Cindy.
"Eh?? Nggak tuh. Emang ada yang aneh?" Freya balik bertanya.
"Jelas ada. Biasanya kamu nggak enak makan. Makan paling dua atau tiga sendok saja. Tapi sekarang, lihat piringmu tadi penuh dan sekarang sudah kosong," ucap Cindy sambil menatap piring Freya.
Gadis itu menatap piringnya sendiri. Ia menelan salivanya. Selera makannya memang membaik seiring tubuhnya yang terasa lebih sehat dan bugar. Sesaat semua itu membuat Freya teringat dengan Dareen. Ia mencoba mencari Dareen di ruangan itu. Siapa sangka Dareen sudah ada di dekatnya.
"Dareen??" tanya Cindy ceria.
"Boleh aku gabung?" tanya Dareen.
"Boleh dong! Silakan duduk!" seru Cindy bersemangat.
"Terima kasih," ucap Dareen.
"Ada apa??" tanya Freya sudah bisa menduga maksud kedatangan Dareen.
"Soal kemarin, apa kamu punya waktu untuk berbicara denganku nanti?" tanya Dareen serius.
"Maaf aku nggak bisa," jawab Freya tegas.
"Eh, tunggu! Emang kalian punya urusan apa nih? Kok tiba-tiba udah dekat saja? Fre, kamu kok nggak cerita-cerita sama aku?" Saat mendengar percakapan mereka Cindy langsung bertanya-tanya.
Freya dan Dareen saling berpandangan. Mereka tentu saja tidak boleh ceroboh menceritakan kejadian itu. Bisa saja, kedua belah pihak akan rugi. Termasuk Freya sendiri. Ia pasti akan terseret ke dalam masalah aktor yang sedang naik daun itu.
"Nggak ada apa-apa kok. Kami cuma mau ngobrol soal riasan untuk besok," ucap Freya cepat.
"Ah, seperti itu. Aku pikir ada apa," kata Cindy yang langsung percaya.
"Iya. Seperti itu, apa kamu juga make up artist?" tanya Dareen.
"Iya. Kalau bisa aku mau satu tim dengan Freya agar bisa ikut melayanimu," ucap Cindy.
"Itu mudah. Bisa diatur. Nanti aku yang akan usul," sahut Freya cepat.
"Benar itu. Aku dengan senang hati menerimamu," kata Dareen.
"Asik!! Makasih ya," seru Cindy ceria.
Dareen dan Freya saling berpandangan. Mereka seolah sedang menyatukan pemikiran meski tidak saling bicara. Dareen tahu kalau Cindy sahabat yang sangat berarti untuk Freya. Jadi, ia bermaksud membantu mereka agar Freya tidak melaporkan perbuatannya.
Tiba-tiba dari arah lain datang Grizelle bersama Adela, asisten pribadinya. Mereka mendekati Dareen dan dua gadis itu. Grizelle menatap sinis ke arah Freya yang duduk di samping Dareen.
"Terakhir kita bertemu, sepertinya dulu seleramu lebih baik. Tapi kenapa sekarang malah mendekati perempuan seperti dia?" tanya Grizelle.
"Jangan bicara macam-macam. Kita di sini untuk bekerja sama dalam hal bisnis. Jadi jangan menambah masalah baru," ucap Dareen dingin.
Freya dan Cindy masih tak mengerti dengan obrolan mereka. Akhirnya Freya dan Cindy memilih pamit untuk meninggalkan mereka.
"Hei tunggu! Kamu yang kurus kerempeng!" teriak Grizelle.
Freya langsung membalikkan badan saat dirinya dipanggil. Ia memang merasa kurus meski tidak sampai pada tingkatan kerempeng. Sementara Cindy, tidak mungkin kalau ia yang sedang dipanggil. Tubuh Cindy cukup berisi. Beberapa saat Grizelle dan Freya saling menatap.
"Ingat! Kamu itu cuma make up artist! Jangan belagu! Tahu diri sedikit! Jangan coba-coba mendekati Dareen. Dia milikku!" ucap Grizelle.
"Benar. Bos memang lebih cantik dan lebih segalanya dibandingkan gadis kucel itu," ucap Adela.
"Kalian bicara apa sih? Merusak suasana saja!" kata Dareen kesal.
Freya masih menatap mereka dengan ekspresi datar. Ia masih tak mengerti saat Grizelle dan asisten pribadinya merendahkan Freya. Padahal sejauh perjalanan karirnya, Freya tidak pernah punya masalah dengan artis itu. Tak lama Grizelle mendekati Freya.
"Ingat! Tahu diri gadis kumal!" tegas Grizelle saat wajah mereka sejajar.
"Aku memang kumal. Tapi aku masih memiliki attitude. Setidaknya aku masih menjunjung tinggi kejujuran. Bukan hanya menebar kebohongan di layar kaca!" ucap Freya lalu meninggalkan tempat itu.
"Heh!! Apa katamu! Dasar ngelunjak ya! Ingat! Kamu dalam bahaya! Kalau sampai kamu macam-macam denganku, aku akan pastikan kamu dipecat!" teriak Grizelle penuh emosi.
"Jangan harap kamu akan bisa melakukannya. Aku akan melindunginya!" ucap Dareen.
"Kenapa kamu begitu menganggap gadis itu penting?" tanya Grizelle heran.
"Bukan urusanmu!" tegas Dareen.
"Tapi bukankah lebih baik kamu memilihku? Aku sudah sejak lama mengagumimu, Dareen."
"Aku tidak peduli!" ucap Dareen sambil melangkah pergi.
Hari itu pekerjaan mereka berjalan dengan lancar meski Dareen dan Grizelle harus mengulangi beberapa adegan karena mereka tidak memerankannya dengan maksimal. Cindy dan Freya tahu, semua itu mungkin karena peristiwa tadi pagi. Setelah selesai, seperti biasanya mereka memberes-bereskan peralatan make up.
"Fre, aku mau bicara," ucap Dareen.
"Kalau begitu aku pamit dulu," kata Cindy yang tidak ingin menganggu Dareen.
Hari itu, Cindy sudah cukup senang bisa bekerja dekat dengan idolanya. Sepertinya ia ingin memberi waktu pada Dareen yang sudah menunggu waktu sejak tadi pagi untuk berbicara dengan Freya. Setelah Cindy pergi, Dareen memastikan di sana sudah tidak ada orang. Dia juga menjaga omongannya biar lebih lirih.
"Tolong jangan laporkan aku. Jangan lakukan itu!" pinta Dareen.
"Perbuatanmu pantas dilaporkan agar kalian para artis dan aktor yang sedang naik daun tidak seenaknya sendiri. Membuat kesan baik di depan layar kaca, tapi aslinya memiliki sifat yang begitu menyebalkan," kata Freya.
"Bukankah aku sudah bilang. Aku cuma ingin menolongmu. Membebaskanmu dari kesakitan. Coba kau pikirkan. Coba kau renungkan. Sekarang kamu sudah sehat bugar setelah saat itu," ungkap Dareen panjang lebar.
"Jangan menghubungkan dua hal yang tidak saling terhubung. Jangan mengarang cerita yang tidak jelas seperti itu," saran Freya.
"Aku serius. Saat kamu melaporkannya, kamu juga akan masuk ke dalam masalah. Kamu akan dikejar-kejar banyak wartawan. Tidurmu tidak akan nyenyak. Kamu juga akan menjadi pusat perhatian publik. Tolong pikirkan sampai sejauh itu. Bahkan kalau sampai ke tingkat yang lebih parah, para fans-ku tidak akan percaya berita itu dan bisa jadi malah membencimu," kata Dareen.
Freya terdiam memikirkan semua perkataan Dareen. Ia memang akan mendapatkan banyak masalah kalau dirinya melaporkan perbuatan Dareen. Sebagai publik figur, semua masalah terkait dengan Dareen akan menjadi perhatian banyak orang. Tentu saja hal itu hanya akan membuat Freya masuk ke dalam hiruk pikuk itu.
Namun, satu hal yang membuat Freya tidak bisa diam saja, perbuatan Dareen sudah masuk ke dalam sebuah pelecehan. Sebagai seorang wanita, harga diri Freya serasa diinjak-injak. Ia tidak ingin membiarkan Dareen beebuat semena-mena. Kini Freya berada dalam sebuah dilema.
"Fre, jangan diam saja. Setidaknya beri waktu aku tiga hari untuk membuktikan bahwa omonganku benar," ucap Dareen.
"Tiga hari??" tanya Freya.
"Setelah tiga hari kamu akan kembali sakit. Dan, saat itu terjadi, kamu pasti akan sadar. Jadi tunggulah tiga hari. Kalau kamu masih sehat setelah tiga hari, kamu boleh melaporkanku. Bagaimana?" tanya Dareen penuh harapan.
Bersambung...