Chereads / Marriage with Soldier / Chapter 16 - 16. About Merry and David

Chapter 16 - 16. About Merry and David

"Sini tanganmu, biar kugandeng. Medan Rinjani kan lagi licin-licinnya pas hujan."

"Iya terima kasih, Dev."

"Itu sepertinya di depan ada rombongan yang akan menuju puncak Rinjani melalui jalur selatan, Merr." Ujar David seraya menuding ke berapa rombongan orang di depan sana.

Merry pun ikut melihatnya. Sejenak ia menjadi ingat dengan sahabatnya,. Saukilla. Dulu ia juga sempat mendaki Gunung Rinjani hanya berdua saja dengan Killa. Saat itu adalah pendakian untuk merayakan gelar spesialis pada diri Merry.

Rinjani, Argopuro, Sumbing, Lawu, dan Selamet pernah menjadi saksi persahabatan mereka yang indah. Perjalanan dari Sabang sampai Merauke pun pernah mereka tempuh. Saukilla dan Merry sudah layaknya keluarga kandungan. Saat Saukilla berpsniy kala di pesawat, Merry merasa sesuatu yang tidak beres. Rupanya, itu semua benar.

Kehidupan Merry memang tak luput dari kebaikan Saukilla. Ke dua orang tuanya sakit-sakitan sejak beberapa tahun yang lalu. Keuangan hanya mengandalkan dari perempuan itu dan yang paling berjasa di dalam hidupnya adalah Saukilla.

Saukilla kerap kali membantu pengobatan ke dua orang tua Merry serta kebutuhan lainnya. Saukilla terbilang masih cukup muda untuk ukuran pebisnis sukses di kota Semarang. Kendati demikian, Saukilla tidak sombong. Ia begitu baik dengan orang yang membutuhkan.

'Kii, maafin aku ya. Aku nggak pernah ada maksud untuk merebut David darimu. Tapi aku juga tidak tahu kenapa aku begitu nyaman saat bersama David, maafkan aku, Kii. Kamu sahabat yang terbaik, forever sister,'

Batin Merry. Hujan yang semakin deras membuat David dan Merry terpaksa harus berhenti. Mereka berdua memakai jas hujan agar pakaian yang ia kenakan tak basah. Kabut semakin pekat di depan sana. Jarak pandang pun tak lagi setabil seperti semula.

Jarak pandang mata hanya sejengkal telapak manusia dewasa. Rombong asing sudah tak nampak lagi. David gegas menyalakan senter guna memberikan aba-aba jika terdapat manusia yang sedang menanjak melalui medan Rinjani.

"Merr, kita pakai jas hujan dulu ya atau mau berhenti dulu?"

"Lanjut jalan saja tak apa-apa, Dev. Yang penting kita hati-hati dan susul rombongan di depan sana."

"Sulit, Mer. Kabut seperti ini cukup sulit untuk mengejar mereka yang ada di depan sana," kata David. Ia lebih mengutamakan keselamatan dari pada kecepatan.

"Kalau begitu, kita pelan-pelan saja."

"Baiklah, Merr."

Sepanjang perjalanan, David tetap saja menggenggam tangan Merry. Tapi, David juga tak henti-hentinya berceloteh membahas calon istrinya yakni Saukilla..

"Biasanya kalau suasana sedang hujan seperti ini adalah kesukaan Saukilla. Dia memang perempuan, tapi kalau urusan pendakian jiwanya benar-benar menjadi laki-laki," cerita David. Merry yang mendengar pun tak bisa menimpali apa-apa, ia hanya menyunggingkan senyuman dan terus menatap ke depan.

Pemandangan depan yang hanya kabut hitam. Sedikit sukar dirinya melihat apa yang ada di depan sana. Gelap, hitam, sama halnya dengan hati David yang kehilangan Saukilla. Serta hati Merry yang tiba-tiba nyeri saat lawan bicaranya membahas wanita lain.

Hujan rintik-rintik yang terus berjatuhan, kabut pun semakin pudar dan uap tampak jelas saat mereka berbicara. Sebenarnya, David sedikit tidak yakin jika melanjutkan perjalanan di tengah basahnya air hujan apa lagi medan Rinjani via jalur selatan begitu menakutkan. Kendati demikian, tak ada pilihan lain untuk berhenti.

"Jalur selatan Rinjani memang begitu sepi ya. Itu rombongan di depan juga hanya tiga orang sama kita jadi lima orang," ujar David.

"Untung saja kabut semakin hilang. Coba, kalau kabut hitam semakin pekat. Bisa-bisa kita terjebak lama di jalan."

"Benar. Jalur selatan Rinjani memang jarang diminati karena medannya yang licin dan sedikit menakutkan. Kalau tidak hati-hati ya bisa-bisa nyawa kita yang melayang," sambut Merry menjelaskan.

"Tapi, kalau medan seperti ini biasanya kesukaan si Killa tuh," lanjut Merry berkata. David pun mengiyakan seraya terus berceloteh.

"Ya Tuhan, kenapa aku begitu rindu dengan Saukilla. Apa dia baik-baik saja," ujar David lagi.

Suasana jalur selatan Rinjani memang jarang diminati oleh para pendaki. Selain itu jalur selatan Rinjani memang begitu sepi sebab hutan Timbanuh yang masih perawan memang menjadi idaman para pendaki untuk dijajaki. Kengerian sedikit terasa di sana, hal-hal mistis terkadang menjumpai para pendaki yang melintasnya.

Jalur selatan Rinjani sebenarnya bukan jalur menuju puncak tertinggi Rinjani. Melainkan hanya akan sampai pada Lawang Timbanuh atau puncak selatan Rinjani saja atau yang kerap disebut puncak Orplas.

Kendati demikian, jalur selatan Rinjani memang memiliki pemandangan yang terindah. Pesona Gunung Baru Jari dan Gunung Segara Anak yang terletak di dalam cekungan kawah Rinjani purba. Setelahnya, di sebelah kanan terdapat pemandangan jalur puncak Rinjani serupa tangga menuju ke langit dengan awan di bawahnya.

Pemandangan itu semakin membuat banyak pasang mata terpesona oleh keindahannya. Tak heran jika hanya orang-orang tertentu yang memilih Jalur Selatan Rinjani.

"Nanti kalau sudah tiba di puncak aku akan berdoa kepada Tuhan Yesus supaya aku dan Saukilla akan dipertemukan lagi dan memiliki anak. Itu adalah harapan kecilku, Merr. Memiliki anak dari rahim Saukilla dan mendaki bersama."

"Dia begitu baik, Saukilla orang yang dermawan. Dia sederhana, dan itu yang membuat aku tertarik dengan perempuan itu."

David pun menoleh kearah Merri, kemudian ia tersenyum.

"Dengar-dengar kekasihmu yang ada di Korea itu tentara ya?"

"Kau tahu dari mana, Dev?" Merry sedikit terkejut pasalnya hubungannya dengan pemuda tentara Korea Selatan benar-benar privat.

Tapi bagaimana mungkin David mengetahui akan hal itu.

"Seorang David Maulana Napper jelas tahu semuanyalah. Semua teman-teman Saukilla sudah kuketahui seluk beluknya, Mer," loroh David menjelaskan.

Padahal ia hanya asal nyeletuk saja. David tahu hal tersebut dari Saukilla yang pernah memberitahu dirinya perihal kekasih David.

Awalnya Merri sudah memiliki asumsi lain, ia merasa senang sebab beranggapan jika David tengah menstalking tentang hubungan asmaranya. Namum rupanya ia salah.

"Wah kamu bisa saja, Dev."

"Kehilangan Saukilla memang benar-benar membawa dampak buruk untukku, Merr," kata David lagi.

"Sudah beberapa hari ini bahkan aku tidak konsentrasi dengan pekerjaan. Banyak yang terbengkalai dan banyak juga client yang memutuskan kerjasama dengan perusahaanku. Aku belum tenang kalau belum mengetahui kabar mengenai Saukilla. Hati kecilku terus berkata kalau Saukilla memang masih hidup," lanjut David bersua.

Sesekali mereka merangkak menuju jalur yang begitu terjal, licin dan menakutkan. Kabut di depan turun membuat penglihatan sedikit sukar. Masih seputar Saukilla pembahasan sore itu, sehingga membuat Merry sedikit terluka.

Ia tahu David adalah calon suami sahabatnya. Namun, ia tak tahu kenapa bisa menaruh perasaan kepada David padahal sejatinya Merri sudah menjalin hubungan begitu lama dengan pria asal Korea Selatan.

"Bersabarlah, Dev. Jika memang Saukilla merupakan jodohmu, sejauh apa pun dia saat ini pasti kalian akan bersatu. Namun sebaliknya, jika Tuhan Yesus tak memberkati hubungan kalian, maka kalian tidak akan bisa bersatu."

Merri kian mengeratkan cekalan pada tangan David. Ia berharap mampu menyalurkan ketenangan. Namun ia sendiri justru kian tumbang hatinya, patah tergores dengan belati yang tanam oleh David. Padahal sebenarnya tidak, Merry saja yang tidak bisa mengontrol rasa.

David memang seperti itu, ia memang begitu care pada siapa pun. Mulai dari sekretarisnya, teman-temannya bahkan rekan Saukilla pun ia begitu peduli. Tampak perhatian seperti saat ini kepada Merri. Namun ia telah salah mengartikan itu semua.

****

Kediaman Kapten Sean begitu sepi, hanya ada Saukilla yang kini duduk termenung di sudut kamar samping lemari. Ia mengenakan rok dan atasan seperti rajut tribal. Kapten Sean telah membelikannya sehingga tak membuat diri Saukilla harus mengenakan pakaian kedodoran pria.

Rambutnya terikat seperti kuncir kuda, ia tak bergerak sedikit saja mungkin phobia itu takkan pernah hilang meski ingatannya sedang terganggu. Suara ketukan pintu membuat ia terkejut ia mendengarkan secara seksama.

"Jangan coba-coba untuk membuka pintu apa bila itu bukan saya. Kau baru bisa membuka pintu jika saya menyebut kata Ahjussi. Kau paham, Nona?"

Itu adalah pesan dari Kapten Sean kepada Saukilla sebelum berangkat menuju jalur perbatasan. Saukilla semakin takut saat pintu kian di ketuk dengan cepat. Kemudian, ketukan itu berganti menjadi sebuah gedoran.

"Ya Tuhan itu siapa, apakah Ahjussi? atau Ahjussi yang lainnya," loroh

Saukilla seorang diri. Ia ketakutan saat pintu terdengar tengah didobrak dari luar.

"Apa itu orang-orang yang waktu itu. Aku harus bersembunyi."

"Tapi, aku tidak tahu harus bersembunyi di mana."

Derap langkah kian mendekat, suara percakapan jelas terdengar.nRupanya itu adalah orang-orang suruhan Sersan Dal Mi yang tadi. Mereka melakukan aksi sesuka diri, sebab Sersan Dal Mi menginformasikan bahwa Kapten Sean beserta serdadunya sedang pergi menuju jalur perbatasan sana.

"Hey, Nona keluarlah. Aku akan menyelamatkanmu, aku akan mengantarkanmu untuk pulang dari sini."

"Benar, Nona. Di sini adalah tempat seorang penjahat, kau akan dimutilasi jika tidak segera pergi," sahut salah satunya.

Saukilla pun masih tetap menyimak baik-baik percakapan itu. Ia hampir saja terdoktrin pikirannya.

"Apa benar Ahjussi adalah orang jahat, tapi Ahjussi suka mengusap kepalaku dan membelikan pakaian ini. Juga memberikanku permen," gumamnya begitu lirih.

Orang-orang suruhan Sersan Dal Mi terus berjalan, suaranya kian mendekat.

Tampaknya mereka akan masuk ke kamar milik Kapten Sean. Saukilla ingat jika pintunya tidak dikunci bahkan masih terbuka.

Ia semakin ketakutan, pelupuk matanya basah oleh air mata. Dalam hati Ia terus memanggil Kapten Sean berharap pria itu segera kembali dan menolong dirinya.

'Ahjussi, Ahjussi, segeralah kembali tolonglah aku,'

"Mungkin ada di kamar ini, kita cari di sini saja setelahnya baru ke tempat lain," katanya. Kemudian rekannya pun mengiyakan.

"Pintunya tidak terkunci, kita bisa langsung masuk saja kalau begitu."

Ke dua orang-orang suruhan Sersan Dal Mi pun gegas masuk. Mereka terus mencari, membuka setiap pintu lemari, mengintip di setiap bawah tempat tidur serta tempat-tempat lain.

Tapi, mereka tak kunjung menemukan Saukilla. Hingga salah seorang rekan dari Sersan Dal Mi pun menyadari jika masih ada satu tempat yang belum ia cari. Ya, di sudut tempat tidur.

"Aku tahu di mana perumahan itu berada. Lihatlah, di sudut sana terdapat lemari dan kita belum ke sana untuk melihatnya."

"Mari kita segera ke sana," katanya lagi.

Langkah demi langkah kian mendekat dan mereka pun tersenyum sebab mengetahui tempat persembunyian Saukilla.

_ Bersambung _

love you All. Eh, kok sepi komentar siih, komen yuk biar semangat update. Follow IG Mommy Aiir : Aiir_Andinii ya