Chereads / Marriage with Soldier / Chapter 7 - 7. Keberadaan yang Terancam

Chapter 7 - 7. Keberadaan yang Terancam

"Aku tidak ingat. Aku tidak ingat apa-apa."

Jawaban tersebut agaknya cukup sebagai bukti jika Saukilla tengah lupa ingatan. Hal itu merupakan awal yang buruk bagi kelima tentara nasional Korea Selatan tersebut.

"Apa! lupa ingatan!" seru kelimanya bersamaan.

Kapten Sean pun kontan menepuk jidat terkejut. Ia tak habis pikir akan semua itu. Di tengah keterkejutan kelima pria tersebut, tiba-tiba terdengar suara obrolan seseorang. Meski pun dari dalam, tapi agaknya Praka Renjana tahu siapa mereka.

"Kapten, kita harus segera sembunyikan perempuan ini. Itu seperti suara Jendral Besar dan juga Sersan Dal Mi," jelas Praka Renjana.

"Benar, rupanya Sersan Dal Mi masih keukeuh untuk menjatuhkanku! Kalian tolong ke depan terlebih dahulu, saya akan urus semua ini." Pinta Kapten Sean seraya memberikan interogasi.

Killa yang tampak begitu kebingungan pun hanya bisa terdiam. Ia juga tahu jika telah ada genting, tak memberi aba-aba atau penjelasan, Kapten Sean pun membopong kembali tubuh Saukilla dan bersembunyi di ruang bawah tanah yang ada di kamar pribadinya.

"Ada apa lagi?"

"Nyawamu sedang terancam. Kalau kamu ingin selamat diamlah di sini. Jangan menimbulkan bunyi, setelah nanti urusanku selesai, aku akan menemuimu lagi. Kamu paham?" jelas Kapt Sean seraya melontarkan sebuah pertanyaan.

Sebenarnya, Capt Sean begitu kasihan melihat Saukilla yang sejak tadi terombang-ambing ke sana kemari. Apalagi, ditambah dengan luka yang belum sempat diobati.

"Di mana Kapten Sean?" tanya Sersan Dal Mi pada Praka Renjana.

"Captain Sean sedang istirahat di dalam kamarnya. Kami baru saja pulang dari perbatasan untuk menangkap mata-mata yang masuk menerobos wilayah kita." Praka Renjana pun menjelaskan demikian, hingga membuat seseorang itu ketakutan.

Jenderal besar pun melontarkan pertanyaan, "Lantas bagaimana, apakah kalian menangkap mata-mata itu?"

"Maafkan kami, Jenderal. Kami belum menangkapnya. Tetapi, jenderal besar tidak perlu khawatir karena kami sudah tahu siapa orang tersebut."

Praka Renjana terus berucap seraya melirik Sersan Dal Mi. Padahal sejatinya Renjana tadi tidak mendatangi perbatasan itu, ia justru tertidur sebab meminum soju malam tadi.

"Benarkah yang Praka Renjana katakan?"

"Benar, Jenderal. Kami sudah mengetahui siapa orang tersebut," sahut Kapten Sean. Rupanya Kapten Sean sudah datang dan bergabung dengan mereka.

Jenderal besar pun merasa senang, niat awalnya untuk menggeledah isi rumah Kapten Sean pun dibatalkan. Sebab keberhasilan menangkap mata-mata

Jenderal besar menepuk pundak Kapt Sean, ia merasa bangga. Di tengah dinginnya salju, masih ada saja para istri petinggi militer yang berlalu lalang.

Ada pun yang baru saja dari pasar, dari sungai usai mencuci pakaian dan berkumpul ke sauna arang bagi yang tidak memilikinya di rumah.

"Saya bangga terhadap Anda Kapten Sean dan team Baratayudha. Nanti malam datanglah ke rumahku. Akan kuhidangkan beberapa makanan menyambut kemenangan kalian dan jangan lupa ajak Nona Jang Dong Gun," kata jenderal besar.

Sehingga perkataan tersebut membuat Sersan Dal Mi marah besar. Awalnya ia ingin mempermalukan Kapten Sean, tapi rupanya justru Ia yang harus di tekuk terlebih dulu.

Pagar depan rumah terbuka, yang dibicarakan pun tiba. Itu adalah Jang Dong Gun, putri dari Letnan Jenderal Kim Bum Soo. Perempuan berumur sepantaran Killa tersebut memang begitu tergila-gila dengan Kapten Sean.

Warga militer pun banyak yang mendoakan mereka hingga ke jenjang pernikahan. Namun Kapten Sean acap kali justru bersembunyi ketika didatangi Jang Dong Gun.

"Annyeonghaseyo, Jenderal besar, Kapten Sean dan semuanya." Sapa Jang dong Gun seraya tersenyum kecentilan.

Ia mengenakan pakaian musim salju berwarna coklat dengan motif bulu di lehernya. Rambutnya di ikat kuncir kuda serta wajahnya dipenuhi Make up tebal. Itulah yang membuat Kapten Sean sedikit ngeri saat melihat Jang dong Gun.

"Annyeong. Nona, apa yang kau lakukan di situ kemarilah?" pinta prajurit kepala Renjana. Gegas Jang Dong Gun pun melangkah mendekat di mana Kapten Sean berada.

"Captain Sean, ini aku bawakan sarapan pagi," katanya.

"Terima kasih. Tapi Anda tidak perlu repot-repot," sahut Kapten Sean.

"Kenapa harus repot-repot, kan untuk calon suami."

Capt Sean pun mendelik terkejut dengan penuturan putri dari Letnan Jenderal Kim Bum Soo. Jang dong Gun masih terus berdiri di depan pintu seraya memainkan jari-jarinya. Sedangkan Kapten Sean, ia begitu tak sabar untuk segera menemui Saukilla.

"Kapten Sean, Jenderal besar, Sersan Dal Mi dan Praka Renjana, saya pergi dulu."

Usai kepergian Nona Jang Dong Gun, Sersan Dal Mi pun kembali mengingatkan tujuan awalnya datang ke tempat tersebut.

Ia cekat memberitahu pada jenderal besar perihal seorang perempuan yang berada di kediaman Kapt Sean.

"Jenderal besar, apakah Anda lupa dengan tujuan awal kita?"

"Oh, ya bener hampir saja saya lupa."

Jenderal Besar menatap ke arah Kapten Sean "Kapten, saya mendapatkan informasi bahwa Anda tengah menyimpan seorang perempuan yang jelas itu bukan istri Anda kan. Kembali lagi seperti peraturan yang sudah disepakati bahwa tentara militer yang belum menikah tidak diperkenankan membawa seorang perempuan kedalam penginapannya, selain Ibu dan Adik saja," dalih jenderal besar. Ia memang harus tegas apa pun itu keadaannya.

Sersan Dal Mi terus tersenyum senang, dalam hati, lagi-lagi ia mendoktrin sosok jenderal besar yang sebenarnya tidak kejam.

"Maaf, Jenderal besar. Bahhkan saya sama sekali tidak mengerti dengan maksud ucapan Anda."

"Kapten Sean, sebaiknya Anda mengaku saja karena saya melihat dengan mata kepala ini, tiidak mungkin saya berdusta."

Kemudian, praka Renjana justru menawarkan sebuah tawaran yang menggelikan.

Hal itu membuat Sersan Dal Mi sedikit tak percaya. Kemarahannya melonjak dan ia pun mengumpat Kapten Sean serta pasukannya.

"Captain Sean, apakah tidak sebaiknya kita biarkan saja mereka masuk. Siapa tahu jenderal besar begitu penasaran dan ingin melihat sendiri," sahut Praka Renjana.

"Betul, Jenderal besar. Sebaiknya Anda segera menggeledah seisi rumah ini saja, kalau perlu arahkan berapa pasukan elit untuk mencari perempuan itu."

"Saya yakin perempuan itu ada di sini, Jenderal," sahut Sersan Dal Mi lagi, ia pun menyahut sedangkan Kapten

Sean dan Praka Renjana sudah merapikan persembunyiannya, sehingga mereka tampak begitu tenang.

"Boleh, kalau memang kami diizinkan masuk oleh Kapten Sean maka kami akan masuk dan saya akan mencarinya," timpal Jenderal besar tersebut.

Lagi, Sersan Dal Mi berkata "Entah diizinkan atau tidak-nya kita harus tetap masuk, Jendral. Karena ini menyangkut harga diri tentara Nasional republik Korea."

"Ayo ikut denganku, kita cari saja, Jendral," ajak Praka Renjana.

Sersan Dal Mi, Jenderal besar serta Kapten Sean pun masuk ke dalam. Ia mencari di manakah keberadaan perempuan yang seperti disebutkan oleh Sersan Dal Mi tadi. Merasa semuanya sudah aman kapt Sean pun terlihat begitu tenang.

"Silakan, Jenderal. Anda bisa memastikan sendiri apakah di sini ada perempuan atau hanya fitnah saja," ungkap Kapten Sean penuh penekanan.

"Baikkah Kapt Sean. Terima kasih banyak, kami akan mencari di mana perempuan yang dikatakan oleh Sersan Dal Mi jika memang ada."

Mereka berempat pun masuk, setengah jalan sudah ada tiga prajurit Kapten Sean. Mereka segera menundukkan kepala sebagai tanda hormat kepada seniornya.

Rumah Kapten Sean begitu asri, di pojok depan rumahnya terdapat pepohonan kemudian satu, dua, tiga ada sedikit tanaman. Itu adalah ibunya yang menanam, acapkali Ibu kapten Sean datang, perempuan tersebut selalu meninggalkan bunga mawar.

Semua ruangan sudah digeledah, jenderal besar tak menemukan apa-apa. Ia hampir ingin pergi dan meninggalkan itu semua, Jendral merasa malu dan tak enak hati pada Kapten Sean.

"Sersan Dal Mi! Apakah ucapanmu benar-benar adanya?"

"Betul, Jenderal. Saya melihat sendiri jika Kapten Sean pagi buta menggendong seorang perempuan. Kemudian, Ia pun mengendap-endap dan masuk ke dalam penginapan ini," tutur Sersan Dal Mi dengan penuh keyakinan.

Ia sendiri juga tidak tahu kenapa perempuan itu bisa tak ada, padahal jelas-jelas Ia melihatnya dengan mata telanjang.

"Jenderal besar, kita perlu menyelidiki kamar Captain Sean secara menyeluruh. Izinkan saya membuktikan kebenaran ini."

Kemudian, Kapten Sean menyahut, "Maaf, Sersan. Saya begitu keberatan jika Anda mengobrak-abrik isi rumah saya. Jika memang tuduhan ini tidak benar, saya bisa melayangkan sebuah tuduhan atas pencemaran nama baik!"

"Betul, Sersan Dal Mi sejak kemarin memang terus-menerus berkata melantur seperti ini, Jenderal. Ia berkata jika Kapten Sean menyembunyikan perempuan. Kalau pun ia, jelas saya dan rekan-rekan yang lain juga tahu, tapi nyatanya memang tidak ada!" sahut Praka Renjana yang merasa gemas dengan Sersan Dal Mi.

"Kenapa kalian marah, Anda takut kapan Sean?"

"Selama hidup saya, rasa takut bahkan sudah hilang. Mengapa saya takut jika saya benar. Jenderal besar, kalau begitu silakan Anda cek lagi di dalam kamar."

Kemudian, mereka kembali menyusuri kamar Captain Sean, Jenderal besar dan Sersan Dal Mi terus menelisik. Mereka berhenti di tengah-tengah kamar tepat di bawah pintu ruang bawah tanah di mana Saukilla berada.

"Bagaimana, Sersan Dal Mi, Kau menemukan perempuan itu?" tanya Jenderal besar yang merasa geram. Dia merasa sudah dipermainkan oleh bawahannya tersebut.

"Jenderal, tapi saya tidak berbohong, saya memang melihat Kapten Sean membawa seorang perempuan ke sini. Saya yakin, Jenderal. Perempuan itu masih ada di sini dan disembunyikan oleh Kapten Sean!"

Sebetulnya Captain Sean serta prajuritnya merasa sedikit was-was karena ventilasi di ruang bawah tanah tidak begitu stabil. Kapten Sean takut jika terjadi apa-apa pada perempuan itu.

Jenderal besar mulai marah, mimik wajahnya berubah menjadi dingin terhadap Sersan Dal Mi. Mungkin dia semakin benci kepada Kapten Sean sebab hari ini gagal membuktikan kesalahan.

"Jenderal besar, biarkan saya mencari!" lagi, ia terus mengajukan sebuah tawaran gila.

"Saya begitu yakin, Jnderal. Jika Kapten Sean tengah menyembunyikan perempuan itu di kamar ini, saya yakin!"

"Saya akan mencarinya, Jenderal. Beri saya waktu!" Sersan Dal Mi pun kembali berucap.

"Ah! sudahlah, saya masih memiliki banyak urusan. Bukan hanya mengikuti ucapan gilamu saja! Sersan Dal Mi, saya bisa menurunkan pangkat Anda jika kejadian ini terulang lagi!" sarkas

Jendral besar.

Kapten Sean serta prajuritnya pun merasa sedikit lega karena asumsi buruk Sersan Dal Mi dapat dipatahkan begitu saja oleh Jenderal besar. Namum saat jenderal besar hendak melangkah keluar tiba-tiba terdengar suara seseorang.

"Huuaaaacciimm ...."

'Oh lord Kenapa perempuan itu bisa ceroboh, bisa-bisa Sersan Dal Mi dan juga jenderal besar kembali curiga.' ujar kapten Sean dalam hati.

Sersan menghentikan langkahnya ia menoleh ke arah sumber suara.

"Siapa yang bersin tadi?" tanya jenderal besar menyelidik.

_ Bersambung _.

kasih banyak atas apresiasinya terhadap karya ini Love you All dan see you next part