Chereads / Penjelajah Waktu Pengubah Takdir / Chapter 26 - Menggagalkan Ujian Adelia

Chapter 26 - Menggagalkan Ujian Adelia

Kaila menunjukkan kemeja dengan warna putih dan gambar bunga kuning pada adiknya, "Adelia, apakah kamu menyukainya? Jika kamu tidak menyukainya, aku akan membelikanmu yang lain."

Adelia mengambil kemeja itu dan melihatnya, lalu berkata terima kasih dengan lembut. Dia memainkan peran sebagai seorang gadis kecil yang baik hati dan mementingkan kasih sayang keluarga tanpa menyimpan dendam.

Melihat Adelia memaafkannya dengan mudah, tatapan kemenangan melintas di mata Kaila. Kini dia hanya perlu bekerja lebih keras untuk menyenangkan Yanuar dan Indira. Dia mengeluarkan banyak barang dan menaruhnya di atas meja, "Ayah, ibu, aku membeli ini untukmu. Dulu aku jahat, tapi itu karena aku masih muda dan belum sadar diri. Aku bukan orang yang baik sebelumnya, tapi sekarang aku sudah berubah. Aku tahu bahwa betapapun bagusnya dunia luar, keluargaku tetap yang bisa membuatku nyaman. Aku hanya memiliki kalian, jadi aku akan membahagiakan kalian."

Saat berbicara, Kaila menundukkan kepalanya dan menghapus air mata. Indira merasa tertekan saat melihatnya seperti ini. Dia tidak melihat Yanuar lagi, tetapi buru-buru memberi Kaila segelas air, "Oke, jangan menangis, kamu adalah putriku, tidak peduli apa, ibu tidak bisa mengabaikanmu."

Kaila menyeka air matanya dan tersenyum malu-malu pada Indira. Yanuar juga melembut, meski wajahnya masih galak, tapi ada lebih banyak kehangatan di matanya. "Oke, kamu akan kembali ke rumah Keluarga Sudrajat setelah duduk sebentar. Kembali dan berbicara yang baik dengan Raditya. Kamu tidak bisa membuat masalah dengannya lagi."

"Baik, ayah." Kaila tersenyum dan setuju. Dia duduk sebentar dan kemudian kembali ke rumah Keluarga Sudrajat dengan tasnya.

Setelah menunggu dua hari, Kaila pergi ke rumah Keluarga Widjaja lagi, dan kali ini dia mulai mendekati Adelia. Adelia tidak terlalu memperhatikan Kaila dengan dalih belajar, dan Kaila memutuskan untuk berbicara dengan Indira dengan penuh semangat. Saat memasak, Kaila pergi membantu Indira menyalakan api untuk pertama kalinya. Ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Sambil menambahkan kayu bakar, Kaila berbisik kepada Indira, "Ibu, saat aku pergi ke pusat kota kali ini, aku telah memperoleh banyak pengetahuan. Ada sebuah wisma di kota untuk para siswa yang akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Wisma ini sangat dekat dengan lokasi ujian. Sangat mudah untuk pergi ke tempat ujian dari sana. Para siswa yang tinggal di wisma itu juga dapat makan dengan baik dan hidup dengan baik karena mereka bisa menghemat waktu pulang pergi. Aku bertanya-tanya apakah kita juga akan membiarkan Adelia tinggal di wisma itu agar bisa belajar dengan lebih optimal?"

Indira menggoreng hidangan dan berhenti sejenak, "Apakah wisma ini mahal?" Dia sedang menghitung berapa banyak uang yang masih dia miliki di rumah. Jika uang tidak cukup, dia harus meminjam sebagian dari mertuanya dan yang lainnya.

Kaila melambaikan tangannya, "Tidak mahal. Bu, jangan khawatir, aku yang akan membayar uang untuk wisma Adelia."

"Bagaimana aku bisa menyusahkan dirimu lagi? Kamu sudah menikah." Indira tidak mau mendapatkan uang dari putri sulungnya. "Ayahmu dan aku masih punya uang. Jika tidak cukup, kami bisa meminjam pada keluarga yang lain."

"Kubilang aku ingin membiayai adikku, aku merasa bersalah padanya." Sikap Kaila sangat tegas, "Sebelumnya aku tidak dapat membantu Adelia dan hanya memarahinya. Kali ini aku harus meminta maaf kepadanya dengan cara ini. Aku telah memutuskan bahwa aku akan menemani Adelia ke kota untuk ujian masuk perguruan tinggi."

Hati Indira menghangat ketika mendengarnya, "Kamu berpikir seperti itu? Syukurlah, bagaimanapun, dia adalah saudaramu."

"Aku tahu." Kaila menganggukkan kepalanya, "Ujian masuk perguruan tinggi Adelia sangat penting. Dia akan diterima di universitas. Jika itu terjadi, aku ikut bangga karena punya adik perempuan seorang mahasiswa. Selama Adelia bisa sekolah lebih tinggi, apa Keluarga Sudrajat masih berani menggangguku?"

Indira sangat senang ketika mendengar itu, dia membuat makanan dengan senyum di wajahnya, dan meminta Kaila untuk memanggil Yanuar agar makan. Saat makan, Indira memberitahu Yanuar hal-hal yang dikatakan Kaila. Dia memandang Adelia, "Adelia, kakakmu sangat baik sekarang. Menurutku apa yang dikatakan kakakmu benar, rumah kita tidak dekat dengan kota. Berapa banyak waktu yang hilang untuk bolak-balik dari lokasi ujian ke sini atau ke asramamu? Bagaimana jika terjadi sesuatu di jalan? Lebih baik tinggal di wisma yang dikatakan kakakmu."

Adelia mengangguk, "Aku juga berpikir begitu, bu."

"Jika kamu sudah memutuskan, kamu harus memesan kamar lebih awal." Kaila tidak peduli tentang makanan di depannya. Dia hanya menarik Adelia untuk berbicara dengan penuh kasih, "Kita bisa memikirkan ini, dan yang lain pasti akan beres. Jika kita terlambat memesan kamar, aku khawatir kamar di wisma itu akan penuh."

"Kalau begitu, kamu bisa pergi dan memesan kamar untuk adikmu besok." Yanuar juga cemas ketika mendengar ini, "Sebentar lagi, aku akan memberimu uang."

Kaila buru-buru melambaikan tangannya, "Ayah, aku sudah mengatakan bahwa aku yang akan membayarnya."

"Ya sudah." Yanuar berpikir bahwa Kaila begitu mudah untuk dekat dengan Adelia dan bersedia melakukan sesuatu untuk Adelia, jadi dia harus mendukungnya. Berpikir seperti ini, Yanuar tidak mengatakan apa-apa tentang uang.

Setelah makan, Indira menarik Kaila dan menceritakan banyak hal. Kaila tersenyum di wajahnya, sepertinya mendengarkan dengan cermat, tetapi dalam hatinya dia dipenuhi dengan kebencian. Dia pikir ini adalah hal yang menunjukkan keberpihakan Indira pada Adelia. Indira hanya akan mencintai adiknya itu, dan dia tidak pernah peduli dengan putri sulungnya di dalam hatinya.

Kaila menunduk dan meremas tinjunya dengan tenang. Dia ingin melihat apakah Indira dan Yanuar akan memperlakukannya dengan baik setelah Adelia gagal dalam ujian masuk perguruan tinggi. Jika Adelia gagal lulus ujian masuk perguruan tinggi, dia hanya bisa kembali ke pedesaan untuk bertani di masa depan.

Di sisi lain, Kaila yakin dia akan menjadi orang kaya, dan dia benar-benar bisa menginjak Adelia dengan kakinya. Dia juga akan membuat kedua orangtuanya menyesali sikap mereka yang pilih kasih.

Adelia menunduk untuk memikirkan sesuatu saat ini. Dia tahu dalam hatinya bahwa Kaila sedang pasti memikirkan bagaimana cara menyakitinya. Dia mengobrak-abrik memori Amelia, dan menemukan sebuah ingatan dari kehidupan sebelumnya.

Saat itu, Amelia hendak mengikuti saat ujian masuk perguruan tinggi. Pada hari pertama ujian, dia bangun terlambat dan hampir ketinggalan ujian. Dia tidak tahu apakah itu karena gugup atau karena dia tidak bisa tidur nyenyak di malam hari. Namun, saat masuk ke lokasi ujian pun, dia masih mengantuk dan gagal menjawab pertanyaan.

Dapat dikatakan bahwa dalam ujian masuk perguruan tinggi, Amelia tidak bisa menunjukkan performa seperti biasanya. Dan itu mungkin ada hubungannya dengan Kaila.

Adelia melirik Kaila. Amelia mungkin tidak mengerti mengapa ini terjadi dan mengapa dia bisa sangat mengantuk di hari pelaksanaan ujian, tetapi Adelia bisa menebak beberapa hal sekarang. Pasti ada trik Kaila di dalamnya.

Adelia memutuskan bahwa dia juga akan mengikuti Kaila ke wisma kali ini seperti saran dari kakaknya itu. Dia harus melihat bagaimana Kaila melakukan triknya di kehidupan ini. Akan lebih baik jika dia bisa memahami situasi saat ini dan mencegah rencana Kaila berhasil. Jika Adelia bisa mendapatkan bukti penganiayaan Kaila terhadapnya, Adelia percaya bahwa Yanuar dan istrinya tidak akan bersikap baik lagi terhadap Kaila untuk selamanya.