Hilmy menyalakan sebatang rokok lagi dengan ekspresi sedih di wajahnya, "Kamu memang benar. Caramu ini cukup bagus."
Adelia tersenyum, tapi Hilmy berkata lagi, "Hanya saja, keluarga kita tidak punya banyak uang. Sayuran seperti ini harus dibuat di rumah kaca dan sumur harus digunakan untuk mengalirkan air. Ini semua butuh uang banyak."
Adelia berpikir sejenak, "Paman, ayo kita pinjam."
Hilmy kaget. Meskipun dia sedikit lebih maju dalam pola pikirnya dibanding saudaranya yang lain, dia belum pernah melihat sebagian besar dunia. Dalam pikirannya, dia membeli barang-barang ketika dia punya uang. Jika dia tidak punya uang, dia merasa ragu untuk meminjam uang karena takut tidak bisa mengembalikannya.
"Jika tidak berhasil…" Hilmy semakin ragu.
Adelia dengan tegas berkata, "Aku pasti dapat membayarnya kembali. Jika aku tidak bisa menghasilkan banyak uang dari menanam sayuran, aku dapat menemukan cara untuk melakukan sesuatu yang lain untuk menghasilkan uang. Sekarang setelah pasar bisa dibuka dengan bebas, ada lebih banyak cara untuk menghasilkan uang. Percaya padaku, paman."
Hilmy masih tidak yakin, "Apakah pinjamannya baik-baik saja? Bank bersedia memberi pinjaman kepada kita?"
"Ya." Adelia melihat hal ini. Dalam beberapa tahun terakhir, bank telah mendorong pemberian pinjaman. Mereka akan mencoba segala cara untuk menemukan seseorang yang ingin meminjam uang. Selain itu, Adelia juga ingat bahwa beberapa waktu lalu ayah teman sekelasnya yang bekerja di bank sedang sangat khawatir karena tidak ada orang yang ingin mengajukan pinjaman.
Adelia memberitahu Hilmy tentang masalah ini, "Paman, aku dapat menemui teman sekelasku dan meminta ayahnya membantu kita mendapatkan pinjaman."
Hilmy ragu-ragu, tapi Adelia tertawa, "Paman, ayahku sering bilang bahwa kita harus berusaha selama masih hidup."
Setelah beberapa saat, Hilmy menepuk pahanya, "Oke, ayo kita mencoba yang ini. Kita butuh rumah kaca. Mari kita mulai membuat setelah mendapat pinjaman. Jika berhasil, kita bisa membawa orang-orang di sini agar tumbuh bersama."
Melihat bahwa Hilmy telah memutuskan, Adelia merasa lega. Setelah itu, Hilmy mengadakan pertemuan Yanuar dan Surya. Ketika Yanuar kembali, dia memandang Adelia dan menghela napas panjang.
Adelia mengetahui pikiran Yanuar. Dia sebenarnya tidak ingin menanam sayuran di rumah kaca, tetapi Adelia mengangkat masalah ini, dan Hilmy bersedia mencobanya. Oleh karena itu, Yanuar benar-benar tidak dapat menolak.
Dia hari-hari berikutnya, Adelia menemani Hilmy mencari ayah dari teman sekelasnya untuk mengajukan pinjaman. Ketika pinjaman telah disetujui, ketika tiba waktunya untuk mendaftar perguruan tinggi, Adelia tidak banyak berpikir, dan langsung mendaftar ke Universitas Pertanian di ibukota.
Setelah menyerahkan formulir pendaftaran, Adelia memberitahu Yanuar untuk membeli beberapa buku di kota, dan masih ada beberapa hal yang harus dilakukan, seperti mengamati pasar atau semacamnya.
Yanuar khawatir dengan Adelia yang pergi terlalu jauh, jadi dia harus pergi bersamanya. Adelia akhirnya membujuk Yanuar. Dia pergi ke kota dengan uang pinjaman, dan kemudian membeli tiket kereta api. Dia tinggal di sebuah tempat yang ramai selama beberapa hari, terutama untuk memeriksa pasar. Dia pertama-tama memeriksa pasar komoditas kecil. Setelah seharian berputar-putar, dia menemukan sebuah pabrik yang memproduksi barang bermacam-macam.
Tidak jauh dari sana, Adelia menemukan sebuah pabrik kecil yang memproduksi jam tangan dan barang elektronik. Adelia menggambar beberapa gambar desain jam tangan, lalu meminta pabrik tersebut membantu memproduksi jam tangan sesuai desainnya sesegera mungkin.
Setelah Adelia membayar deposit, dia pergi ke pasar grosir untuk melihat beberapa pakaian modis. Dia membawa pakaian ini ke beberapa tempat, dan menunggu sampai dia bisa menjual pakaiannya dan menghasilkan uang. Usai mendapat uang yang cukup, jam tangan pesanannya segera diproduksi.
Adelia membayar sisa tagihan dari pabrik jam tangan itu, lalu membawa jam tangan yang sudah jadi ke beberapa area di pusat kota. Jam tangan ini dibuat dengan baik, dan gayanya sangat baru, terlihat sangat mewah.
Adelia mendirikan kios di sekitar, sangat menarik bagi beberapa pelanggan. Beberapa jam tangan Adelia ludes dalam waktu kurang dari lima hari. Jam tangan dengan kualitas biasa dijual seharga tiga rupiah, sedangkan jam tangan high-end dijual seharga lima rupiah.
Ketika arlojinya sudah terjual habis, masih ada orang yang ingin membelinya. Adelia hanya bisa memberitahu orang-orang itu bahwa semuanya sudah terjual. Setelah itu, Adelia tidak kembali menjual jam tangan lagi. Dia membawa beberapa pakaian dan barang-barang kecil, kemudian mendirikan sebuah kios di kota. Dia menjual barang-barang ini, dan berkeliling kota selama dua hari untuk membeli beberapa buku. Sembari melakukan itu semua, dia juga mengadakan riset pasar.
Ketika Adelia kembali ke rumah, Yanuar dan Indira mengeluh. Indira merasa sangat khawatir terhadap anak bungsunya ini. Dia bahkan mengatakan bahwa dia menyuruh suaminya untuk ke kota dan membawa pulang Adelia.
Adelia mendengarkan penjelasan ibunya dengan tenang sambil tersenyum, dia tidak membantah, juga tidak marah. Sampai Indira tidak punya tenaga untuk berbicara, kini giliran Adelia yang membujuknya dengan baik.
Setelah beristirahat, Adelia menemui Hilmy dan berbicara tentang situasi pasar sayur di kota dan biaya bahan untuk pembangunan rumah kaca. Hilmy juga sedikit banyak tahu tentang apa yang dikatakan Adelia karena dia sudah membaca buku. Dia dan Adelia membuat anggaran dan menemukan bahwa biaya material pembuatan rumah kaca di kota lebih murah daripada di desa.
Sayangnya, jika dia pergi ke kota untuk membeli bahan, dia perlu memiliki mobil untuk mengangkutnya, dan menyewa mobil juga membutuhkan biaya. Namun, dengan memperhitungkan ongkos pulang pergi, harga material di kota masih lebih murah daripada di desa.
Adelia dan Hilmy memutuskan untuk pergi ke kota dan membeli material. Setelah Adelia dan Hilmy membahasnya, mereka punya waktu untuk istirahat. Selain itu, Adelia juga diam-diam menghitung pendapatan dari hasil penjualan arloji dan barang dagangan lainnya selama dia di kota.
Usai menghitung, Adelia meminta ayah dari teman sekelasnya untuk membantu dengan pinjaman dua ribu rupiah lagi untuk modal usahanya. Dia berencana untuk berdagang selagi menunggu pembangunan rumah kaca dan waktu panen sayuran.
Sejauh ini, barang yang paling menguntungkan adalah jam tangan
kelas atas yang didesain dan dijual oleh Adelia sendiri. Dengan perhitungan dari Adelia, laba kotor jam tangan itu sendiri adalah 180 rupiah per pasang. Ditambah dengan menjual pakaian dan barang-barang lainnya, dia menghasilkan lebih dari 20.000 rupiah di kota. Ini bukanlah hal-hal yang bisa didapatkan jika dia hanya berdiam diri di desa.
Adelia memasukkan uang hasil jualannya ke dalam buku tabungannya, dia tidak berencana menggunakan uang itu sekarang. Dia juga tidak berencana memberitahu ayah dan ibunya, setidaknya dalam waktu dekat. Dia takut memberitahu mereka karena itu akan membuat mereka semakin cemas. Sebaiknya uang ini disimpan untuk membiayai mereka jika tiba-tiba terjadi masalah yang mendesak.
Ketika Hilmy membeli semua material dari kota, dia sudah mulai mempersiapkan rancangan bangunan dan tempat untuk membuat rumah kaca. Dia terus berdiskusi bersama Adelia agar hasilnya maksimal. Tak lupa, dia juga membaca buku sebagai pedoman.
Di saat Hilmy dan Adelia sibuk membuka usaha baru di desa mereka, mereka mendapatkan pemberitahuan dari warga Desa Gayatri bahwa Kaila telah kembali setelah sekian lama hilang tanpa kabar. Kali ini, Kaila kembali dengan wajah dan penampilan yang jauh lebih cantik.