Chereads / Setelah kepergian Ibu / Chapter 18 - Bab 18

Chapter 18 - Bab 18

Setelah Jessica pergi, Karin pun berdiri dan berjalan keluar menuju ke arah Jessica yang tadi sudah keluar. Saat Karin mulai berjalan beberapa langkah Dia memalingkan wajahnya ke arah Dikha. seketika Karin menghentikan langkahnya dan berbalik berjalan ke arah Dikha yang saat itu menuntup kedua wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Ka... kamu baik-baik saja?" Tanya Karin sambil memegang pundak Dikha.

Dikha menoleh ke arah Karin. 

"Bu Karin tidak jadi pergi mengejar Jessica?" Tanya Dikha.

"Jujur ini kali pertama aku melihat sikap Jessica seperti itu, dari pertama Aku mengenalnya. Aku tidak pernah melihat Dia perduli dengan seorang pun di kampus kami. Dia di kenal gadis yang dingin dengan seorang pria. Saat melihat apa yang Dia lakukan kepada kamu tadi aku melihat itu bukan dirinya. Aku mewakili Jessica sungguh minta maaf akan sikap jessica tadi!" Ucap Karin sambil kebali duduk tepat di sebelah Dikha.

"Mungkin Dia kasihan dengan aku Bu. Dia marah karena aku menyerah dengan masa depan aku sendiri! jafi aku tidak merasa Dia bersalah, Aku bahlan berterima kasi kepadanya. Karena Dia bisa merubah sedikit jalan fikiran ku sendiri. Aku akan melanjutkan kuliah. dan menjadi teladan buat adik-adik ku!"Ucap Dikha merasa bersalah karena ucapannya yang sebelumnya ternyata membuat marah seseorang yang peduli dengannya.

"Apa kamu menyukai Jessica?" ma... maksud aku .. aku hanya menebak saja soalnya kalian sepertinya saling perduli! ma... maaf!" Tanya Karin dengan gugup. 

Dia penasaran dengan yang sebenarnya Dikha rasakan kepada Jessica mengingat apa yang telah di tunjukan Jessica. Kalau memanh Dikha juga mencintai Jessica, Karin bersedia mundur dan melupakan Dikha. Karena baginya, Jessica lebih dari seorang sahabat. Jessica sudah seperti saudara baginya. Maka dari itu, kebahagiaan Jessica juga salah satu kebahagiaan untuknya.

"Hemz.. Untuk saat ini aku tidak berani untuk menyukai seorang gadis Bu. Untuk saat ini ketiga adik ku lebih penting dari hal itu!" Jawab Dikha.

Mendengar Ucapan Dikha, Karin merasa ketenangan. Dia sedikit merasa bahagia. Karena hal yang Dia takutkan ternyata tidak terajdi. Dia merasa masih meiliki harapan untuk bisa lebih dekat lagi dengan Dikha. Sesekali karin tersenyum sendiri setelah mendengar ucapan Dikha.

"Oh ya, kalau bisa kamu jangan panggil aku Ibu, kita seumuran. jadi alangkah baiknya jika kamu memanggil aku dengan nama saja!" Ucap karin sambil tersenyum ke arah Dikha.

"Oh... i... iy Bu.. Ka.. Karin!" Jawab Dikha sedikit gugup.

"Kak, Risky boleh tanya?" Terdengar suara Risky dari arah belakang.

"Iya tanya saja. Sini deket Kakak! Oh ya Dimas dan Intan ke mana?" Ucap Dikha sambil memanggil adiknya Risky.

"Intan dan Dimas lagi ke rumah Tante, tadi nyariin kakak tapi kak Dikha tidak ada di depan.  kami kira kakak pergi. Jadi mereka pergi tanpa pamit dengan kakak!" Jawab Risky 

"Jadi begitu, oh ya tadi kamu ingin bertanya apa dengan kakak?" tanya Dikha lagi.

Risky sesekali melihat ke arah Karin. Sedikit rasa malu di dirinya untuk berbicara kepada kakaknya. 

"Buku Catatan Risky sudah habis kak,besok Risky mau pakai! Ucap Risky malu.

"Tapi kalau kakak tidak punya uang biarin saja kak, Risky bisa pakai buku lain dulu. kalau boleh Risky juga ingin cari kerja paruh waktu untuk bantu-bantu kakak!" Tambah Risky.

Mendengar Ucapan Risky wajah Dikha menjadi berubah. Dikha  menarik nafas panjang dan kemudian melepaskannya.

"Kamu tidak perlu bekerja, kamu fokus saja untuk belajar. buat kakak dan Ibu bangga. Kakak ada uang untuk kamu beli buku. jadi jangan sekali-kali kamu berfikir untuk kerja paruh waktu!" Ucap Dikha sambil memegang tangan Risky.

"Iya kak! Terima kasih. Risky ke dalam dulu!" Jawab Risky dan langsung masuk ke dalam rumahnya.