Vano terdiam di ruangan kantornya sambil memandangi gantungan kelinci yang menurutnya itu sangat tidak asing.
Vano menelepon Ragas agar cepat datang ke ruangannya. Selang beberapa menit Ragas datang ke ruangan Vano.
"Ada apa ya pak?"
"Kamu bisa kan lacak sidik jari di gantungan ini?" Tanya Vano sambil memberikan gantungan itu kepada Ragas.
"Gantungannya lucu dapet dari mana pak?"
"Aku menemukan nya di jalan. Aku ambil karena gantungan itu tidak asing bagiku." Jelas Vano.
Ragas hanya ber-oh kecil saja dan langsung menyiapkan peralatan untuk melacak sidik jarinya.
Beberapa menit kemudian...
"Astaga pak ini banyak sekali sidik jarinya sampai bertumpuk tumpuk begini. Kalo begini mah susah nyari sidik jari utuhnya." Jelas Ragas.
"Apakah kamu tidak bisa mengambil dari salah satu sidik jari itu?" Tanya Vano dengan penuh harap.
"Akan saya usahakan pak."
Selang beberapa menit Ragas berhasil menemukan salah satu dari puluhan sidik jari yang terdapat di gantungan tersebut.
"Pak saya berhasil menemukannya."
"Milik siapa sidik jari tersebut?" Tanya Vano.
"Kalau menurut data di sini ini milik salah satu mahasiswa dari universitas dekat sini." Jelas Ragas.
"Siapa nama mahasiswa itu?"
"Serli Valerina."
Vano hanya ber-oh kecil mendengar jawaban dari Ragas.
"Universitas Neo ya..." Gumam Vano.
***
"Halo ser ada apa?"
"Udah dapet kerjaannya?" Tanya Serli dari seberang telepon.
"Belum."
"Hahhh yang sabar ya pasti kamu sebentar lagi bakalan dapet kok semangat y."
"Iya amin semoga aja."
"Oh iya kamu lagi dimana nanti aku ke situ."
"Lagi di cafe jaman now Deket kampus."
"Oke aku OTW ya mumpung udah selesai kelas."
Lalu Serli menutup sepihak teleponnya, dan segera bersiap untuk OTW ke cafe.
Naya memasukan berkas berkas lamaran itu ke dalam tas dan baru sadar bahwa gantungan kelincinya hilang.
"Lah gantungan aku mana ya kok nggak ada. Apa jangan jangan tadi terjatuh saat bertabrakan dengan orang asing tadi?" Bingung Naya yang langsung pergi keluar cafe untuk mencarinya.
Selang beberapa menit Serli tiba di tempat tujuan namun dia tidak melihat adanya tanda tanda keberadaan Naya.
dia langsung menelepon gadis tersebut.Telepon itu langsung tersambung dalam dering ke 5.
"Nay kamu dimana aku dah Dateng di cafe nih."
"I-iya aku bentar lagi ke situ." Jawab Naya yang langsung mematikan teleponnya.
***
Vano keluar dari kantornya untuk pulang ke rumah. Saat di perjalanan Vano melihat gadis yang iya tabrak tadi pagi itu kembali ke tempat kejadian.
"Nyari gantungan ya Nay." Vano terkekeh melihat wajah bingung Naya.
Tiba tiba lampu merah menyala dan entah kebetulan atau memang sedang beruntung mobil Vano berada di barisan paling depan sehingga bisa melihat Naya yang sedang menyebrang jalan.
Vano terkekeh karena melihat Naya yang sedang berlari menyebrangi jalan karena bagi Vano jika Naya berlari itu sangat lucu seperti kelinci yang sedang melompat lompat.
Walaupun Vano belum tau nama gadis itu yang sebenarnya,tapi Vano sangat yakin bahwa gadis yang ia temui itu adalah Naya sahabat lamanya.
Lampu sudah kembali berwarna hijau dan Vano kembali menjalankan mobilnya.
"Hahhh akhirnya nyampe rumah juga."
Vano merebahkan dirinya di ranjang kingsizenya.
"Mandi ah,Eh bentar."
Pikiran Vano teralihkan oleh foto masa kecilnya yang bersama Naya, dia mengambil foto itu dan langsung memeluknya.
"Nay kapan aku bisa ketemu kamu lagi aku kangen."
Tak sadar cairan bening keluar dari kelopak mata Vano yang sekarang sudah membanjiri pipi Vano.
Lalu Vano menaruh kembali foto tersebut dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian Vano telah selesai membersihkan diri dan dia memutuskan untuk beristirahat sebentar.
Baru saja rebahan sebentar tiba tiba Ragas menelepon.
"Maaf pak mengganggu tapi aku menemukan keberadaan Serli."
"Baiklah kirim lokasinya ke saya sekarang." Pinta Vano.
"Baik." Lalu Ragas mematikan teleponnya secara sepihak dan langsung mengirim lokasi Serli ke Vano.
Sebelum Vano pulang Vano memang menyuruh Ragas untuk melacak semua tentang gadis yang bernama Serli tersebut dan sekarang akhirnya di temukan juga lokasinya.
"Cafe Jaman Now ya..."
Setelah melihat lokasi tersebut Vano langsung bergegas menuju tempat tujuan.
***
"Kamu ini dari mana aja sh aku nunggu dah sejam lebih." Omel Serli.
"Eeee anu tadi aku keluar buat nyari gantungan aku."
"Gantungan yang mana?" Tanya Serli.
"Gantungan kelinci itu loh." Jawab Naya.
"Hah kok bisa hilang sih padahal itu gantungan terimut yang pernah aku liat."
"Hahhh padahal aku sayang banget sama gantungan itu." Gumam Naya.
"Emang gantungan itu spesial banget ya?"
"Spesial lah itu pemberian dari sahabat lama aku itu adalah hadiah perpisahan kita sebelum dia pindah rumah."
Serli hanya ber-oh kecil saja mendengar penjelasan dari sahabat baiknya si Naya itu.
"Ser pesenin minum dong."
"Ya elah tenang aja udah aku pesenin kok."
"Minuman apa?" Tanya Naya.
"Baygon hahaha." Serli tertawa puas melihat wajah kesal yang di miliki Naya.
Jujur ya Naya itu kalo lagi marah raut wajahnya bukannya serem tapi malah jatuhnya bengek.
Selang beberapa menit minuman mereka Dateng dan akhirnya mereka ngobrol ngobrol tentang masa lalu mereka.
Tepat pukul jam 8 malam Naya izin pamit ke Serli untuk pulang.
"Ser aku pamit dulu ya udah malem nih."
"Oke mau aku anter nggak?" Tawar Serli.
"Nggak usah deh makasih."
Tanpa menunggu jawaban dari Serli Naya pun langsung keluar dari cafe tersebut.
Saat Naya keluar dari cafe,saat itulah Vano beraksi. Dia memasuki cafe tersebut dan bertemu dengan Serli.
"Permisi."
Oke guys sampe sini dulu aja jangan lupa Vote,coment,dan masukin ke list/perpustakaan ya kalo rame gw bakal sering update.
Bye bye para pembaca ku tersayang~