Kemarin Naya pulang dari cafe itu saat siang hari dan dia langsung pergi ke rumah Serli karena gabut.
Awalnya sih Naya ingin cerita tentang nomor yang mengaku Vano sahabatnya itu,tapi ah sudahlah.
"Ser lu kapan lulusnya?lama banget kuliahnya."
"Nggak tau tapi semoga semester ini lulus Amin."
"Oh iya Nay." Ucapan Serli mampu mengalihkan pandangan Naya dari handphonenya dan menatap Serli.
"Apa?"
"Nggak jadi." Awalnya Serli ingin memberitahu tentang sosok yang mengaku menjadi sahabat Naya tapi ia tidak jadi memberitahunya takut membuat Naya jadi kepikiran.
"Dih nggak jelas lu."
Mereka menghabiskan waktu bersama dengan mengobrol dan memakan cemilan.
Naya itu kebiasaan kalau sudah bertemu dengan Serli itu bakal lupa waktu. Ini saja sudah jam 5 sore sedangkan Naya main dirumah Serli dari jam 11 siang.
Jam 5 sore Naya pamitan kepada Serli dan langsung pulang kerumah. Dalam perjalanan,Naya bertemu dengan seseorang.
"Hai Naya apa kabar?"
Naya terkejut melihat kehadiran orang tersebut karena yang ada di hadapannya sekarang adalah mantan kekasihnya.
"Ada apa." Jawab Naya dingin.
"Kenapa kamu menjawabku dengan nada dingin begitu sayang." Ucapnya sambil menjulurkan tangannya untuk menggapai tangan Naya.
"Lepasin Jovan." Teriak Naya yang menghempaskan tangan milik Jovan.
"Kenapa kau jadi kasar sekali hah." Jawab Jovan dengan teriakan juga dan ingin menampar wajah Naya.
Tangan Jovan tertahan oleh seseorang ketika ingin menampar Naya dan orang itu adalah Vano,Naya hanya berniat untuk menutupi wajahnya agar tidak tertampar.
"Siapa kau?" Tanya Jovan kepada Vano.
"Gua cowoknya mau apa lu." Ucap Jovan lagi.
"Hah pacar? Modelan begini masih pantes di bilang pacar?" Jawab Vano dengan tatapan meremehkan.
"Beraninya kau." Jovan meninju sudut bibir Vano dan mengakibat Vano jatuh tersungkur.
"Hah baru di pukul segitu aja udah jatuh lemah."
Vano yang mendengar kata-kata itu langsung saja membalas pukulannya tanpa ampun dan akhirnya Jovan itu melarikan diri.
"Kakak gpp?" Tanya Naya kepada Vano.
"Gpp."
"Loh kakak kan kakak yang waktu itu aku tabrak?"
"Kamu ingat? Akhirnya kita bisa bertemu Aya."
"Ayo kak ikut kerumah ku aku akan ngobatin luka kakak."
"Naya kau benar-benar tidak mengenaliku?" Tanya Vano dengan penuh penasaran.
"Aku mengenali kakak kak Ano."
"Aya aku seneng banget bisa ketemu lagi,aku kangen sama kamu,kangen meluk kamu,kangen liat kamu nangis gara-gara berebut mainan denganku." Ucap Vano sambil memeluk Naya dengan erat saking rindunya.
"Aya juga rindu Ano." Jawab Naya membalas pelukan Vano.
Disaat mereka sedang berpelukan tiba-tiba hujan turun,mereka pun langsung mencari tempat untuk berteduh.
Mata Naya tak bisa lepas dari luka yang Vano dapat dari pukulan tadi,jadi Naya mencari sesuatu dalam tasnya berharap ada salep atau obat semacamnya untuk mengobati luka Vano.
"Ano,selama ini Ano kemana aja?" Tanya Naya dengan tatapan yang masih tertuju kedalam tasnya.
"Aku kerja diperusahaan ayahku.Kantornya nggak jauh dari kampusmu loh padahal."
"Eh beneran perusahaan yang mana?"
"Cibomo."
"Ohh"
"Kamu lagi cari kerjaan kan Ay?"
"Iya aku lagi cari kerjaan." Jawab Naya dengan semangat.
"Mau jadi sekertaris aku nggak?kebetulan sekertaris aku baru keluar dari perusahaan."
Ya benar Ragas mengundurkan diri karena di minta untuk mengurus perusahaan mertuanya.
"Mau Vano mau banget." Jawab Naya dengan semangat jiwa raga bagaikan jiwa 45.
"Ok besok kamu bisa datang ke kantorku untuk wawancara."
"Siap captain."
Vano melihat tingkah laku Naya yang sama sekali tidak berubah itu membuatnya merasa gemas ingin sekali melahapnya.
Maksudnya melahap tuh melahap untuk masuk kepelukannya bukan yang nggak nggak ya.
Hujan pun sudah mulai berhenti. Vano mengantarkan Naya sampai kerumah karena tidak mau kejadian seperti tadi terulang lagi.
Sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang ingin di tanyakan kepada Naya,tetapi menurutnya sekarang bukan waktu yang tepat.
Sesampainya dirumah Naya Lili yang membukakan pintu rumahnya itu terkejut. Bagaimana tidak terkejut bayangkan saja rumah kalian didatangi seorang malaikat tampan dengan penampilan yang bisa di bilang sexy.
Vano yang ditatap terus menerus oleh Lili itu merasa gugup.
"Naya ini siapa pacar kamu?" Tanya Lili dengan penuh penasaran.
"Mama gak kenal dia?" Tanya Naya balik.
"Gak tuh emang nya sinten?"
Sinten itu bahasa bebasan Jawa yang artinya siapa.
"Dia Vano."
"Lah beneran?wah tambah ganteng ya Vano sekarang."
"Iya Tante makasih." Jawab Vano benar-benar gugup.
"Masih inget gak nama tante siapa?"
"Tante Lili."
"Iya benar sekali." Lili langsung saja merangkul dan membawa masuk Vano.
"Mama kalo udah ketemu Vano pasti aja sikapnya bakal begitu lupa sama anak sendiri padahalkan kondisi aku sekarang basah basahan akibat kehujanan tadi,udah mah mama nggak nanyain aku kenapa bisa basah begini sebenarnya yang anak mama itu aku apa Vano sih." Batin Naya yang terus saja menggerutu.
***
Sekarang Vano,Naya,dan Lili sedang berada di dapur Lili sedang menyiapkan makanan sedangkan Naya dan Vano sedang sibuk mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk berwarna putih pemberian Lili.
Setelah selesai mengeringkan tubuhnya Naya dan Vano membantu Lili untuk menyiapkan makanan di meja makan.
Suasananya terlalu canggung bagi Naya. Yakali nggak canggung 10thn nggak ketemu. Lili yang mengerti akan situasi ini pun akhirnya membuka kata.
"Selama ini kamu tinggal dimana Vano?" Tanya Lili untuk memecahkan suasana itu.
"Awal pindah mah aku tinggal di Amerika karena ayah ada proyek disana,tapi setelah aku berumur 19thn aku sudah disuruh meneruskan perusahaan ayah di Cirebon jadi ya umur 19 aku tinggal disini."
"Terus sekarang Vano umur berapa?" Tanya Naya yang langsung dapat tabokan dari sang ibu.
"Kamu ini nanyanya kok kaya gitu banget sih kan dia seumuran sama kamu." Ucap Lili sambil menarik bokong Naya.
"Ya kan aku cuman nanya mah nggak usah nabok juga kali sakit tau." Jawab Naya sambil mengelus-ngelus bokongnya yang sakit.
"Udah sana mendingan kalian mandi aja sana biarin mama aja yang nyiapin makanan." Omel Lili.
"B-bareng tante?" Tanya Vano gugup dan langsung dapat jitakan dari Naya.
"Ya gak lah bege ngaco banget sih kamu."
"Sakit Nay kan aku cuman bercanda." Vano memegang kepalanya yang tadi kena jitakan itu.
"Gantian mandinya kamar mandi ada dikamer aku karena kami tidak memiliki kamar mandi untuk tamu."
"Iya Nay iya."
Naya mengantarkan Vano kekamarnya dan membiarkan Vano terlebih dahulu yang mandi,karena Naya kalo sudah di kamar mandi itu bakalan lama karena harus bersemedi dulu.
Selang beberapa menit Vano keluar dari kamar mandi menggunakan kaos putih pendek oversize milik Naya.
Naya yang melihat itu merasa waw sekali baru kali ini seorang pria memakai kamar mandinya dia sangat tidak percaya apalagi lelakinya modelan kek Vano.
"Udah tuh Nay giliran kamu."
"Oke,kamu turun duluan aja nanti aku nyusul." Ucap Naya yang hanya dibalas oleh anggukan Vano.
Oke guys sampe sini dulu aja jangan lupa Vote,coment,follow,dan masukin ke list/perpustakaan ya kalo rame gw bakal sering update.
Gimana part kali ini Bagus atau nggak?
Jangan lupa ya votmennya ya teman teman:)
Kalo ada typo dan kesalahan kata mohon dimaklumi y atau koreksi aja gpp kok:)
Oke bye bye para pembaca ku tersayang~