Vano duduk berhadapan dengan Serli yang terus menatapnya bingung.
"Maaf siapa ya?" Tanya Serli bingung.
"Saya Vano dari perusahaan Cibomo."
"ada keperluan apa sampai bertemu dengan saya?" Tanya Serli.
"Saya ingin mengetahui soal ini." Vano memberikan gantungan kelinci itu kepada Serli.
Serli mengambil gantungan tersebut dan terus memandangi nya. "Kaya gak asing gantungannya." Batin Serli.
"Anda dapat dari mana gantungan ini?"
"Seseorang menjatuhkannya saat bertabrakan dengan saya." Jelas Vano.
"Lalu apa hubungannya dengan saya?"
"Saya tau kau kenal dengan Naya."
"Maaf Naya siapa ya masalahnya temen saya yang namanya Naya banyak ada Putri Naya Sin-." Omongan Serli terpotong saat Vano berusaha menyelanya.
"Clarissa Naya kau kenal kan?"
***
Naya baru saja sampai di rumah dan dia langsung pergi membersihkan diri. Selesai mandi Naya langsung menggunakan skincare favoritnya yaitu dari brand Natural kabupaten.
Ya Naya sangat menyukai brand tersebut karena keunggulannya itu nggak kalah bagus dengan produk luar.
Kalau kalian tanya apakah Naya suka skincare produk luar itu jawabannya ya. Naya suka sekali produk luar terutama produk dari brand Korea Selatan.
Oke next jangan bahas skincare. Selesai menggunakan skincare Naya merebahkan dirinya di ranjang yang berukuran kingsize tersebut. Selang beberapa menit ponsel Naya berbunyi menandakan ada pesan masuk.
"Siapa ya kok nggak di kenal nomernya." Bingung Naya melihat nomer tersebut.
Awalnya Naya mengabaikan pesan tersebut tapi lama kelamaan Naya penasaran dan akhirnya menjawab pesan itu.
+6289365890472
"Halo apakah ini benar Naya?"
"Iya ini siapa ya? Dan ada perlu apa?"
"Kenalin saya Vano."
"Vano siapa ya?"
"Vano Sanjaya Aldebaran kau kenal kan?sahabat lama kamu."
Oke sekarang Naya tangannya sedang gemetaran membaca balasan pesan tersebut. Dia tidak percaya bahwa yang ngechat nya itu adalah sahabat lamanya.
Yang menjadi pertanyaan di kepala Naya adalah darimana Vano mendapatkan nomernya?.
*Flashback
"Bagaimana kau tau nama temanku?" Tanya Serli.
"Aku adalah sahabat kecilnya." Jelas Vano.
"Aku tidak bisa mempercayaimu begitu saja."
"Oh kau tidak percaya? Oke baiklah silahkan di lihat." Vano memberikan foto masa kecilnya dengan Naya kepada Serli dan langsung di ambil oleh Serli.
Awalnya Serli tidak mempercayainya tapi setelah melihat foto yang di berikan oleh Vano dia percaya bahwa lelaki yang di hadapannya itu adalah sahabat kecil dari Naya.
Sebenarnya Naya juga pernah bercerita tentang sahabatnya itu mungkin karena dari cerita itu juga Serli percaya.
"Apa kau masih tidak mempercayaiku?" Tanya Vano membuat Serli menggelengkan kepalanya bertanda bahwa di sudah percaya Vano.
"Bagus kalo kau sudah percaya."
"Jadi apa maumu sekarang tuan Vano?" Tanya Serli yang di jawab hanya senyuman oleh Vano.
"Nomer Naya saya butuh nomer Naya."
"Baiklah akan saya beri." Jawab Serli dan memberikan nomer tersebut.
*Flashback selesai.
Naya belum menjawab pesan tersebut karena saking gemetarannya handphone yang ia pegang jatuh ke lantai.
*Naya POV
Oke aku harus menanyakannya bagaimana cara dia mendapatkan nomerku.
Iya aku harus berani jangan jadi seorang pengecut.
*POV END
"Apa kau benar Vano sahabat ku dulu?"
"Ya siapa lagi kalo bukan aku Naya."
"Bagaimana caranya kau mendapatkan nomerku?"
"Aku memintanya pada seseorang."
"Maaf tapi aku belum bisa mempercayai mu."
"Oh baiklah bagaimana dengan sebutan ini Aya."
Naya terkejut karena nomer asing yang mengaku Vano itu tau panggilan namanya yang biasa Vano panggil yaitu Aya.
Oke mungkin sekarang Naya agak sedikit percaya kepada pemilik nomer yang mengaku bahwa dirinya itu Vano sahabatnya.
"Oke mungkin aku sedikit percaya dengan omonganmu itu."
"Apa kau mau lebih percaya kepadaku?"
"??"
"Mari kita bertemu Aya."
Oke sekarang Naya tidak membalas pesan tersebut entah karena bingung mau membalas apa atau dia terkejut dengan ajakan itu.
Lalu Naya meletakkan handphone nya itu di meja yang dekat dengan ranjangnya itu. Hingga sampai keesokan harinya Naya tidak membalas pesan tersebut.
***
Keesokan harinya Naya bersiap siap untuk pergi nongkrong dengan teman teman SMP nya. Ia pergi dengan sahabat sewaktu SMP nya yaitu Gilang.
Gilang menjemput Naya karena Serli tidak bisa menjemputnya di karenakan tugas kuliah.
Beberapa menit kemudian Gilang sampai di depan rumah Naya dia langsung mengetuk pintu rumah Naya.
"Cepet Lang nyampenya."Naya membukakan pintunya untuk Gilang.
"Iya dong aku kan pembalap rossi nggak tau aja sh aku tuh juara se...." Gilang sengaja memberi jeda dalam percakapannya sehingga membuat Naya menunggu.
"Se apa ayo dong terusin se-Indonesia? Sekota?" Tanya Naya bercampur kesal karena penasaran.
"Nggak sh cuman se-RT."
"Wah gagang kemonceng ini agak tajem y,kayaknya enak di tusuk ke orang iya nggak Lang?"
"Nay lu mau ngapain Nay?" Gilang panik karena Naya yang melangkah maju sambil menyodorkan ujung gagang kemonceng.
"Nggak kok cuman mau menguji seberapa tajem gagang ini."
"Udahlah Naya yuk berangkat nanti aja berantemnya lanjutin di sana." Gilang menarik tangan Naya dan langsung membantu Naya untuk menaiki motor ninjanya itu.
"Anjir Lang lu kalo mau mati jangan ngajak aku dong amalku belum banyak woy." Tariak Naya karena Gilang yang menyetir motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Segini tuh nggak ngebut tau." Jawab Gilang dengan nada yang sedikit teriak.
"Nggak ngebut matamu bisu ntar ada polisi di tilang bege." Ucap Naya yang langsung mengeratkan lengannya di pinggang Gilang.
"Mata gw nggak punya mulut makannya bisu."
Sesampainya di tempat tujuan Gilang tertawa terbahak bahak melihat penampilan rambut Naya yang sangat berantakan.
"Maaf neng kakak nggak punya makanan." Ucap Gilang yang langsung dapat tabokan yang cukup keras dari Naya.
"Ini ulahmu Lang gw capek capek nata rambut biar keliatan elegan ini malah keliatan kaya orang gila." Omel Naya yang terus menatap Gilang dengan tatapan maut.
"Kan kamu emang gila Nay." Sekali lagi Gilang mendapatkan tabokan yang keras lagi.
Naya dan Gilang masuk ke dalam cafe yang biasa Naya datangi ya itu cafe jaman now. Teman-teman yang lainnya sudah menunggu di dalem dan ya mereka semua sudah sukses ada yang sudah berkeluarga dan punya anak.
Naya merasa minder dengan kehadirannya disini karena dia sendiri yang belum mendapatkan pekerjaan sama sekali, walaupun sudah melamar kesana kemari.
Drtttt drtttt handphone Naya bergetar menandakan ada yang menelepon.
Naya terkejut setengah mati karena yang meneleponnya itu orang yang mengaku sahabatnya Vano.
Terpaksa Naya angkat dan langsung menjauh dari kerumunan teman temannya.
"Naya kau sedang berada di cafe?"
"Apa maksudmu?" tanya Naya terkejut bagaimana orang itu tau dia ada sedang di cafe.
"Ayolah kau jangan berpura-pura tidak tahu aku kebetulan juga sedang di cafe mari kita bertemu."
"Tidak sekarang."
"Kau tidak merasa kehilangan sesuatu?"
"Gantungan?"
"Ya aku ingin mengembalikan gantungan itu kepadamu jadi ayo kita bertemu."
"Aku tau gantungan itu sangat berarti untukmu."
"Kau kakak yang kutabrak waktu kemarin?"
"Yes,that's right."
"Oke,besok kita bertemu di cafe Deket kampus Neo."
"Oke."
Naya menutup teleponnya.Lalu kembali ketempat duduk tadi dan mengobrol dengan yang lainnya.
"Kau terlihat bahagia ya sekarang Naya." Ucap lelaki yang sedari tadi memperhatikan Naya dari jauh.
Oke guys sampe sini dulu aja jangan lupa Vote,coment,follow,dan masukin ke list/perpustakaan ya kalo rame gw bakal sering update.
Bye bye para pembaca ku tersayang~