sesampainya mereka di parkiran Vano mengantar Mayra sampai kedepan pintu kantor.
" oke sudah sampai"
" hehe..aku duluan ya van."
" oke...oiya jangan lupa nanti makan siang bareng Yan di kantin kampus" ucap Vano sambil mengusap kepala Mayra. ia sangat tersipu malu.
setelah itu Vano pergi ke kampus untuk mengajar. lalu Mayra masuk kedalam kantor dan menuju ruangannya, sesampainya di atas meja Mayra menemukan sebuah pena dekat kaki kursinya. pena itu berwarna biru dengan hiasan boneka teru bozu yang merupakan boneka asal Jepang.
" akhirnya sampe juga, eh tunggu ini pena punya siapa? bentuk penanya unik"
lalu Mayra melanjutkan pekerjaannya. setelah waktu menunjukkan pukul 12 siang seperti janjinya kepada Vano untuk makan siang bersama. Mayra pun bergegas menuju kantin kampus. sesampainya disana mayra sudah bertemu dengan Vano yang menunggunya. Mayra pun menghampirinya. setelah itu mereka makan bersama. saat duduk berhadapan pandangan Mayra teralihkan oleh sebuah pena yang sama dengan yang ia dapatkan hanya warna yang berbeda.
"Van, ini pena punya kamu?"
"iya"
"kamu beli?"
" enggak sih aku nemu, warnanya lucu pinky jadi aku ambil deh. tapi anehnya aku nemu barang sebagus ini di gudang kampus ini yang sudah pasti penuh dengan barang yang usang"
" ini aneh dan kebetulan juga. aku juga nemu pulpen kayak gini di kantor. " ucap Mayra sambil mengeluarkan pena tersebut.
" loh..kok bisa kebetulan banget ya... apa jangan-jangan kita jodoh lagi hehehe"
" iiihhh Van seriuss ini aneh tau"
"iya..iya... maaf. mungkin aja ada yang sedang mengintai kita" ucap Vano sambil menyeruput minumannya. seketika suasana menjadi hening.
"Vanoo... jadi merinding nih ".
saat sedang asik menikmati makanannya . tiba-tiba ada seorang wanita yang mendekati mereka dan dengan sengaja menghempas pena yang ada di tangan Vano.
"Buang pena itu!!!.....pena itu terkutuk" ucap wanita itu sambil ketakutan, lalu pergi.
" tunggu...." ucap Mayra menghampiri wanita itu " Anda bukannya perempuan yang tadi di halte ya"
wanita itu hanya menoleh kearah Mayra dan tersenyum tanpa sepatah kata lalu pergi. kemudian Mayra kembali ketempat duduknya.
mayra memegang pena itu sambil bertanya-tanya mengenai maksud wanita itu.
saat bolak balik memperhatikan pena itu. setelah waktu menunjukkan pukul setengah 2 siang Mayra Kembali lagi ke kantornya. begitupun dengan Vano yang harus kembali mengajar.
setelah beberapa jam mereka pun pulang. Mayra sedang membereskan barangnya. ketika melihat pena itu iya teringat oleh perkataan wanita itu. akhirnya ia memutuskan untuk tidak membawa pena itu dan meninggalkannya di meja kantor. lalu Mayra pun keluar dari kantornya dan menuju parkiran karena Vano menunggunya. sepanjang jalan may masih terfikirkan perkataan wanita itu, sampai ia tidak mendengar Vano memanggilnya.
" May ..May..."
"eeeh i...iya Van ada apa?"
"kamu melamun ya? ngelamun apa?"
"emm...enggak cuma kepikiran aja sama sama omongan perempuan tadi"
setelah beberapa menit mereka pun sampai. Mayra turun dari motor Vano dan dia pun pamit. setelah itu Mayra masuk kedalam kamarnya, membersihkan dirinya dan beristirahat. saat ia duduk di kursi samping sebuah meja ia melihat pena itu ada di atas meja. Mayra terperanjat dari tempat duduknya dan sangat terkejut.
"Loh....bukannya penanya sudah aku simpan di meja kantor, kok bisa ada disini?"
namun Mayra masih berusaha untuk tetap tenang. setelah beristirahat sejenak Mayra makam malam sambil menonton acara favoritnya di Tv. saat tangannya berusaha mengambil remot iya dikejutkan oleh pena yang tiba-tiba ada di dekat remot. hal itu membuat rasa penasaran Mayra semakin menjadi. setelah menyelesaikan kegiatannya malam itu, Mayra memutuskan untuk langsung tidur.
keesokan paginya iya bangun dan kembali bersiap untuk pergi ke kantor. namun saat iya akan membereskan beberapa dokumen pena itu sudah tidak ada di atas meja. Mayra mencari pena itu kesana kemari namun dia tidak menemukannya
"Aneh"
tanpa berpikir panjang Mayra langsung keluar dari kamarnya sambil mebawa tasnya. lalu Mayra menunggu Vano di depan rumahnya. di membutuhkan waktu lama Vano sudah datang dan mereka pun berangkat bersama.sesampainya dikantor Vano merasa heran dengan sikap Mayra yang menjadi diam.
"May...kamu enggak kenapa-napa kan?"
" eh iya Van aku baik-baik aja kok. nanti kita janjian di taman belakang kampus aja "
" oke tuan putri"
setelah itu Vano pergi ke kampus dan Mayra masuk ke kantornya. Mayra tidak fokus dalam pekerjaannya, ia masih terfikirkan wanita itu dengan pena yang ia dapat. beberapa menit Mayra melamun dan disadarkan oleh teman kantornya, lalu ia kembali bekerja. jam makan siang pun tiba, tanpa berlama-lama lagi Mayra langsung menemui Vano dan menceritakan kejadian yg ia alami.
" Hai may...."
"hhhmmm...."
"kamu kenapa may ada yang mau dibicarain?"
" kemarin kamu bilang kamu dapat sebuah pena di dekat gudang kan?"
"iya...ada apa emangnya?"
" bisa tunjukin aku dimana gudangnya"
" buat apa, udahlan itu cuma kebetulan aja may" ucap Vano tersenyum.
"ayolah, Van tunjukuin aja dulu" ucap Mayra sambil memohon
"oke...oke, aku paling enggak bisa liat kamu memohon kayak gini"
setelah itu Vano menggandeng tangan Mayra dan menunjukkan gudang itu. sesampainya di gudang Vano meminta sebuah kunci kepada paman Darto seorang tukang bersih-versih dikampus itu. Setelah gudang terbuka Mayra langsung memasuki gudang itu sambil mencari-cari sesuatu.
" Nyari apa may?"
" aku nyari sesuatu mengenai pena ini mungkin kita bisa dapat pentunjuk lain disini. entah kenapa aku ngerasa ini semua bukan cuma kebetulan tapi disengaja"
mereka sambil terus mencari, sampai akhirnya Mayra menemukan sebuah buku catatan kecil berwarna pink serasi dengan pena yang ditemukan Vano yang ukurannya lebih kecil dari buku tulis biasa. Mayra segera mengambil buku ini dan membukanya. tenyata buku itu sebuah diary kecil. Mayra mengambil buku itu. tiba-tiba Mayra merasa merinding dan tak karuan. saat ia menoleh ke arah kanan ia terkejut sampai pingsan. karena khawatir Vano segera mengendong Mayra dan membawanya ke klinik kampus. setelah beberapa menit pingsan Mayra tersadar.
" May...kamu enggak kenapa-napa? kenapa kamu bisa pingsan?"
" tadi ....tadi aku ngeliat sosok perempuan wajahnya sangat pucat lalu menangis darah sambil meminta tolong dan sekarang aku sadar kalau aku selama ini bisa melihat mereka hanya saja bukan wujud mereka yang sebenarnya. itu artinya wanita kemarin adalah arwah pemilik benda ini." ucap Mayra sedikit ketakutan. Mayra mulai menyadari bahwa dia memang bisa melihat hantu.
"oke sekarang kamu sudah mulai sadar"
" jadi selama ini kamu tau?!"
" kamu lupa? aku ini anak indigo. aku bisa merasakan seseorang itu memiliki 'kemapuan' itu atau tidak, dan aku merasakan itu saat tidak sengaja bersentuhan dengan tanganmu waktu itu"
lalu Vano mengambil buku itu dan membukanya. namun saat menyentuh buku itu Vano memejamkan matanya dan mendapat sebuah setengah penglihatan dimana Vano melihat seorang wanita dengan rambut sebahu bersama seorang laki-laki di kampus itu. suasana kampus terlihat seperti beberapa tahun yang lalu. vano membuka matanya dan menghela nafas panjang.
"Ada apa Van?"
"aku melihat sesuatu"
"sesuatu apa Van?"
" sepertinya apa yang terjadi sama kita dari kemarin itu bukan cuma kebetulan tapi memang disengaja. dan setelah pegang buku ini aku dapat penglihatan tapi cuma setengah may"
kemudian Mayra dan Vano meninggalkan klinik kampus dan pergi untuk makan siang. Mayra masih memikirkan mengenai semua kejadian yang terjadi . setelah makan siang Mayra pamit kepada Vano untuk melanjutkan pekerjannya. sesampainya di kantornya dia langsung menyelesaikan pekerjaannya. selama mengetik di komputer, Mayra melamun memikirkan perkataan wanita itu. semua yang terjadi padanya seakan-akan menjadi sebuah teka-teki. siapa wanita itu, dan apa kaitannya dengan benda-benda itu. pertanyaan itu membebani pikiran Mayra dan berusaha menarikya untuk mencari tau apa sebenarnya yang terjadi. ditambah sikap Vano yang lebih mengalihkan pembicaraan ketika Mayra berbicara mengenai kejadian yang terjadi.
setelah berjam-jam di depan komputer pekerjaannya pun selesai. ia segera memberikan laporannya kepada bosnya dan pamit untuk pulang. sesampainya di rumah seperti biasa dia beristirahat dan membersihkan tubuhnya. saat Mayra masuk ke kamar mandi ia melihat pena itu ada di atas wastafel. dan sebuah tulisan dengan darah di cermin tulisan itu adalah kata "TOLONG". Mayra sangat terkejut dan berlari keluar kamar mandi. lalu Mayra mencoba untuk melihat lagi kedalam kamar mandi, namun tulisan dan pena itu sudah hilang. lalu Mayra memutuskan untuk segera mandi. setelah itu mengenakan pakaiannya. saat akan mengambil sisir Mayra kembali dikejutkan oleh pena yang tiba-tiba berada diatas meja riasnya. Mayra terkejut sekaligus keheranan. bagaimana bisa pena itu bisa pindah dengan sendirinya. karena Mayra masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan Mayra memutuskan untuk melanjutkannya. dan tanpa sadar Mayra tertidur.
"kenapa disini gelap banget...aku ada di mana sekarang? vano .... vano....kamu di mana"
suasana sangat mencekam dimana-mana hanya ada kegelapan. nampak sosok pemuda dari kepulan asap. Mayra fikir jika itu adalah Vano. namun saat dia mendekat, sosok itu dipenuhi oleh darah disekujur tubuhnya. ada luka tusuk di dadanya dan sebuah pena yang menancap.
"pena itu .....?"
"Tolong saya Mba..." ucap pemuda itu memohon.
" Enggak....jangan dekat-dekat ... pergi....pergiii!!!!"
seketika Mayra terbangun. waktu telah menunjukkan pukul 5 subuh. Mayra segera mengambil air wudhu dan sholat. setelah itu bersiap-siap untuk kembali bekerja. saat sedang membereskan meja belajarnya. Mayra teringat oleh buku diary dan pena itu. Mayra berniat membaca buku itu. namun klakson motor Vano berbunyi. lalu mayrah memasukkan buku itu kedalam tasnya dan menuju keluar.
" gila lu Van... aku kerja jam 8 ini baru jam setengah 7 cepat banget kemari, kamu ada jadwal ngajar?"
" enggak sih may, tapi sambil nunggu mending kita nyari sarapan di luar"
" yaudah deh"
lalu Mayra dan Vano berangkat. mereka sampai pada penjual bubur ayam yang ada dipinggir jalan dekat taman. mereka pun memesan dua mangkuk bubur. lalu Mayra menceritakan mimpinya. saat Mayra ingin membahas masalah diary itu. Vano justru mengalihkan pembicaraan.
" Mungkin cuma bunga tidur"
" aku yakin mimpi itu datang karena sebuah kesengajaan"
"oke...oke"
"oiya Van buku diary yang ke..."
" eehhh may udah mau jam 8 nih habisin buburnya, kita harus berangkat."