"iya, kita harus cari tau, kita mulai dari rumah yang kemaren" ucap mayrah
" bener, tapi...gimana caranya kita masuk, kalau kita datang kesana kita di usir sama si tukang kebun."
" kita kesana saat dia lagi ngk disana lah"
" trus gimana masuk rumahnya kita enggak punya kunci"
lalu Mayra menunjukkan sebuah kunci yang ia dapatkan dari rumah itu.
" pake ini"
" inikan kunci rumah itu. bagaimana bisa ada di kamu?"
" kemaren waktu kita masuk kerumah itu aku sempat ngeliat beberapa barang salah satunya guci dan aku nemu kunci ini dalam guci yang ternyata itu salah satu kunci pintu rumah itu"
setelah perbincangan itu Mayra dan Vano segera menyelesaikan makannya dan melanjutkan jalan-jalannya. setelah puas berjalan-jalan Vano mengantar Mayra pulang.
"oke udah sampe"
"iya...makasih ya karena udah ajak aku jalan-jalan"
"sama-sama peri cantik" ucap Vano sambil mengusap kepala Mayra.
perlahan-lahan Mayra menghilang dari pandangan Vano, ia sudah masuk kedalam rumahnya, dan Vano pun beranjak dari tempatnya berdiri.
waktu telah menunjukkan pukul 9 malam, Mayra masih terjaga. lalu dia memutuskan untuk menonton TV. Mayra masih kepikiran mengenai desa itu. ada banyak pertanyaan yang terlintas di pikirannya. apa sebenarnya kaitan dia dengan desa itu?. tanpa sadar Mayra tertidur di depan Tv yang menyala. bi Imah datang mematikan televisi itu dan memberikan selimut kepada Mayra.
--- ------- ---
"Papa"
Mayra terbangun dari tidurnya . malam itu mayra memimpikan ayahnya, ia bermimpi ia diberikan selimut oleh ayahnya.
" aaah lagi-lagi cuma mimpi, kapan sih papa sama mamah kesini"
lalu Mayra berangkat dari sofa tempat ia tertidur menuju kamarnya dan bersiap-siap ke kantor. setelah siap Mayra langsung bergegas keluar, dengan jalan yang lemas dan menunduk hingga rambutnya tidak tertata dengan rapi. Mayra berjalan hingga saat sampai di pintu, ia menambrak dada bidang Vano.
"hei kamu kenapa?"
" eemm....enggak papa aku cuma-."
" cuma kepikirin sama masalah kemarin" ucap Vano memotong perkataan Mayra
"iiihh kamu ini ya tau aja"
"kamu lupa?aku kan indigo"
"iya...iya indigo multitalent, sebenarnya sih bukan cuma itu, aku kangen sama papaku"
"oooo...kangen papa sini nak papa peluk" ucap Vano menyeringai sambil mengulurkan tangannya yang akan memeluk vano. namu sebelum sampai dipelukan Vano Mayra mendorong dada bidang Vano .
" enggak Sudi gue jadi anaklo" ucap Mayra sambil tertawa.
" heheheh yaudah yuk berangkat, oiya hari ini aku enggak full kerjanya jadi kita bisa pergi ke tempat itu lagi setelah makan siang gimana kamu bisa may?"
" belum tau Van liat kerjaan dulu"
setelah itu Mayra dan Vano berangkat dengan motor Vano. sepanjang jalan Mayra hanya fokus terhadap jalan yang di lalui . tiba-tiba dia melihat kakek yang dia kiat di bus hari itu. sontak Mayra berteriak dan Vano terkejut"
" Astaga! kakek itu"
" buset, kaget gue may" celetuk Vano
"ya maaf, yaudah kita lanjut aja"
sesampainya disana Vano lebih terkejut mendapati Dilla berdiri di depan pintu masuk kampus.
" loh bukannya itu Dilla?" tanya Mayra keheranan.
" eh iya tapi ngapain dia disini?"
(aduuh...kenapa pake kesini sih, gue jadi takut kalau-.) ucap Mayra dalam hati
"eh may,,, mayy,,,maaay"
" eeh iyaaa"
"kenapa ngelamun beb"
" bab...beb...bab..beb, gue bukan bebeb lo"
" Astaga galak amat neng"
lalu mereka berdua menghampiri Dilla yang dari tadi berdiri menunggu kedatangan mereka. rupanya Dilla pindah ke Jakarta dan akan menjadi dosen magang di kampus itu. Mayra yang mendengar hal itu terkejut.lain halnya Vano, ia merasa senang sahabat lamanya kembali lagi .
" Apa kabar Dil?"
" baik. eh may gimana kabar kamu?"
" gue baik, oiya gue duluan ya ada banyak kerajaan soalnya( sebenarnya gue enggak banyak kerjaan, gue enggak mau menganggu mereka yang saling melepas rindu)" ucap Mayra dalam hatinya. lalu Mayra berlalu meninggalkan mereka. Mayra bersembunyi di balik didinding dan memperhatikan mereka dari kejauhan.
"(Apa iya gue cemburu?masa iya gue cemburu. enggak mungkinlah, gue sama Vano cuma sahabatan)"ucap Mayra dalam hati
"( Tapi mereka terlihat sangat akrab sekali)"
lalu Mayra masuk kedalam kantornya dan memulai pekerjaannya. hari ini pekerjaan cepat selesai. dia memutuskan untuk langsung pulang dengan angkutan umum namun Vano sudah menunggunya di parkiran.
"(Ah sial dia ada di sana lagi)"
Mayra pun menghampiri Vano dengan ekspresi datar.
" May, kamu kenapa?" ucap Vano sambil mengusap kepala Mayra.
"(lagi-lagi perlakuannya membuatku nyaman)" ucap Mayra dalam hati
" enggak papa kok cuman bete aja hari ini"
" yaudah kita makan siang habis itu kita pergi kedesa itu, dan ya aku janji perjalanan kali ini bisa mengembalikan senyumanmu".
lalu Vano dan Mayra menaiki motor Vano dan berangkat, dari kejauhan terlihat Dilla yang memperhatikan mereka dengan wajah datar.
"(sedekat itu Vano dan Mayra padahal dulu aku ada di posisi Mayra)" ucap Dilla dalam hati.
Mayra dan Vano pun pergi ke desa itu. bersama Mayra, sesampainya mereka disana , desa itu terlihat tidak begitu sepi, sangat ramai penduduk yang berlalu lalang. Lalu mereka pun sampai di rumah, hari ini hari keberuntungan mereka karena si tukang kebun tidak ada di sana . Vano dan Mayra pun segera memasuki rumah itu. mereka pun mulai menjelajah di rumah itu sampai akhirnya Mayra dan vano menemukan sebua foto yang memperlihatkan mereka waktu kecil. mereka sangat terkejut, semakin banyak teka- teki yang harus mereka jawab.
"loh kok ada foto gue waktu kecil"
"lah ini fotoloh Van?"
"iya, tapi foto anak kecil yang di samping gue siapa kok gue ngak ingat"
"ini foto gue" ucap Mayra
"apa??"
"iya, ini gue waktu kecil Lo ingat gue pernah ngasih liat foto gue waktu kecil kan"
"wah kita harus cari tau."
lalu Vano dan Mayra menyusuri lantai dua rumah itu, banyak benda-benda aneh yang mereka temukan, seperti ada sebuah sesajen yang sudah mengerik dibeberapa sudut.
saat Mayra menyentuh salah satu sajen itu dia tiba-tiba terpental, lalu ada yang menarik kakinya dan menyeretnya hingga ke lantai bawah, Vano segera menghentikannya. lalu tiba-tiba tubuhnya pun terpental ke dinding
"aaarrghh, kekuatannya sangat tinggi"
Vano kembali berusaha menyelamatkan mayra. mereka sampai disebuah pohon tua Vano menangkap tangan Mayra dan menariknya dengan kuat sampai akhirnya Mayra terbebas
"may kamu ngak papa?"
"iya aku ngak papa Van"
"bentar apa kaitannya dengan pohon ini? kenapa kamu di bawah kesini,. memang dalam penglihatan ku aku sering melihat pohon ini tapi aku masih belum menemukan jawaban"
tiba-tiba seorang bapak-bapak lewan dan memanggil mereka.
"ngapain kalian di sana?"
"ngak ngapa-ngapainn pak hanya sedang berjalan-jalan" ucap Vano
" pak, saya mau tanya ini pohon tua memang sudah ada sejak lama?"
"iya neng sudah beberapa kali mau di tebang masih tubuh lagi, katanya ini pohon ada kuntilanak merah"