Chereads / ikhlaskan yang sudah pergi / Chapter 6 - #6 Lanjutan: sebuah pena.

Chapter 6 - #6 Lanjutan: sebuah pena.

(kenapasih setiap aku ngomongin ini Vano selalu menghindar) ucap Mayra dalam hati. dengan pasrah Mayra melanjutkan makannya. setelah selesai mereka berangkat. setelah sampai. Mayra langsung masuk ke kantornya tanpa berbicara pada Vano. setelah sampai di meja kerjanya. Mayra memikirkan diary dan pena itu.

"kalau Dia enggak mau bantu aku ya udah aku akan cari tau sendiri"

setelah itu Mayra cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya. hari ini Mayra cepat selesai karena pekerjaannya hanya sedikit. Mayra langsung menuju perpustakaan kampus itu dan membaca isi diary itu. dari diary itu Mayra mendapatkan fakta bahwa pemuda yang menerornya sekaligus pemilik pena yang ada pada Mayra adalah Soni dan pemilik pena yang ada pada Vano adalah Laras. mereka sepasang kekasih yang kuliah di kampus itu. mereka angkatan 2012. dan ada satu orang wanita lagi yang di ceritakan dalam buku ini, yaitu Santi yang merupakan sahabatnya Laras. saat Mayra akan melanjutkan bacaannya , halaman selanjutnya kosong dan terdapat bekas buku sobek.

"Artinya isi buku diary ini tidak lengkap. ada bekas sobekannya. ada yang sengaja menyobek halaman buku ini. "

lalu Mayra mencoba mencari buku yang berisikan data Mahasiswa di sana. Mayra pun menemukannya. Mayra segera mencari-cari, sampai akhirnya Mayra menemukan data 3 orang tersebut. dan melihat sebuah foto wanita memegang pena berwarna pink persis dengan penanya Vano. dan Mayra juga melihat foto seorang pemuda yang disaku bajunya terdapat pena yang ada di Mayra menggantung disakunya. Mayra langsung mencatat alamat yang tertera di foto itu.

setelah selesai Mayra mengembalikan buku itu ke tempatnya kembali, lalu meninggalkan perpustakaan. saat Mayra meninggalkan perpus ia melihat mahasiswa berlarian menuju sebuah kelas. ternyata ada seorang Mahasiswa yang kerasukan.

" KEMBALIKAN PENA SAYA!!!!!"

mendengar hal itu Mayra sangat terkejut bukan kepalang. Mayra melihat Vano sedang membantu orang kesurupan itu. Mayra pun bertanya pada salah satu mahasiswa yang ada di sampingnya

" sudah sering kesurupan begini?"

" iya Mba.... macam-macam tujuan mba, ada yang minta tolonglah, macam-macamlah pokonya"

setelah itu Mayra pergi dari kerumunan itu. ia akan pergi kerumah Laras untuk mencari tau.

kemudian Mayra mengirimkan pesan lewat handphone nya ke Vano.

May: " Van, aku ada kegiatan diluar jadi kemungkinan akan lama, kamu bisa pulang duluan".

Vano:" oo...oke hati-hati, jaga dirimu"

setelah itu Mayra bergegas pergi dengan taxi. sepanjang jalan Mayra mendapat teror lagi. tiba-tiba ia merasa sangat merinding. saat ia menoleh ke kanan dia sangat terkejut melihat sosok wanita yang duduk disampingnya, wajahnya pucat dan ada luka bekas tusukan diperutnya. Mayra berteriak hingga. mengejutkan si sopir.

" Ada apa mba?"

"eengg...nngak, saya enggak kenapa-napa pak, apakah tempatnya masih jauh?"

"dikit lagi nyampe mba "

setelah beberapa menit kemudian Mayra sampai di sebuah gang kecil. Mayra menyusuri gang itu dan mencari rumah Laras sambil membaca catatannya. tak butuh waktu lama Mayra sampai di rumah laras. Mayra langsung mengetuk pintu rumah itu. lalu pintu itu dibukakan oleh seorang ibu-ibu setengah paru baya.

"Siapa kamu?"

"Ss .saya Mayra Bu. apa benar ini rumahnya Laras?"

"Iya benar"

" saya ingin menemui ibunya Laras saya ingin mengembalikan ini. "

saat mayra menyodorkan bukunya Laras. ibu itu merampasnya dan menutupkan Mayra pintu.

"Bu...." ucap Mayra sambil menggedor pintu.

tak lama kemudian ibu itu membukakannya pintu dan menyuruhnya masuk. mereka pun berbincang-bincang.

Mayra memberitahu ibu Laras kalau dia sering diteror semenjak menemukan benda itu. Lalu Mayra menunjukkan sebuah pena.

" jauhkan benda itu dari saya!!"

"Ada apa Bu?"

" pemilik pena itu sudah membunuh anak saya, tapi untungnya pemilik pena itu sudah mati".

"boleh saya tau peristiwa pembunuhan itu?"

"waktu itu anak saya sedang pergi dengan orang itu keperpustakaan kampus. tapi sampe malam mereka belum pulang. lalu saya memutuskan untuk menyusul mereka ke sana dan sampai disana saya sudah melihat anak saya bersimbah darah, dan melihat orang itu memegang pena itu. saya yakin dia yang menusuk anak saya"

disisi lain Vano mencoba menghubungi Mayra namun belum ada jawaban. lalu Vano mencoba mengirim pesan namun belum juga di balas oleh Mayra. vano mulai merasa khawatir. lalu Vano teringat oleh pena itu, dia menyentuh pena itu dan seketika dia melihat sebuah adegan pembunuhan. Vano sangat terkejut, lalu di memutuskan untuk keperpustakaan. saat melihat-lihat susunan buku-buku. saat Vano sampai di sebuah rak buku tahunan dia melihat satu buku yang tersimpan terbalik. Vano mengambil buku itu dan membukanya.

" Buku Angkatan 2012"

saat Vano membukanya ia tertuju pada satu foto wanita berambut panjang dengan pena pink seperti yang ia miliki. seketika itu iya teringat pada Mayra.

" itu artinya Mayra pergi untuk mencari tau, Astagaa...aku harus pergi nyusul dia. karena dia dalam bahaya".

Vano mengembalikan buku itu dan segera pergi dari sana menuju alamat yang didatangi Mayra.

sesampainya di sana Vano melihat Mayra ada di depan rumah orang itu hendak pamit pulang. saat Mayra melihat ke arah Vano Mayra terkejut.

"vano? kamu tau dari mana aku disini?"

" dari buku angkatan 2012, sekarang kamu naik kita pulang" jawab Vano ketus.

Mayra hanya menuruti Vano. namun Vano berhenti di sebuah cafe.

" kok disini? bukannya kamu mau pulang?"

" aku laper jadi makan dulu"

" nah kamu mau pesan apa?"

" malas makan"

"jangan gitu dong, nanti kamu sakit loh"

" biarin. lagian kenapa sih kamu selalu menghindar setiap aku bicarain soal pena dan buku itu?"

" karena itu akan membahayakanmu" ucap Vano sambil menatap Mayra

"dasar aneh, kamu itu anak indigo tapi enggak mau bantu orang"

"berapa kali aku harus bilang? aku udah enggak mau lagi"

" yaudah biar aku selesaikan sendiri"

" dasar kepala batu"

keesokan harinya yaitu hari Minggu Mayra pergi mencari alamatnya Santi. diapun pergi dengan mengendarai sebuah taxi. Mayra pun sampai di sebuah rumah besar dengan pagar bercat putih. Mayra langsung memencet bel yang ada di dekat pagar. keluarlah seseorang setengah paruh baya.

" Ada apa ya. neng?"

" Apa benar ini rumahnya Santi Herman"

" iya, neng temannya non Santi ya, tapi sayang banget neng sudah terlambat"

" terlambat?"

"iya neng, non Santi udah meninggal 2 tahun lalu gara-gara depresi dan sekarang yang tinggal disini mamahnya sama kakaknya , tapi mereka lagi di luar kota, besok baru balik lagi"

" gitu ya , yasudah besok saya kesini lagi ya bi"

"oiya neng"

"baik bi saya pamit"

lalu Mayra pergi dari sana dan segera mencari taxi. setelah mendapatkan taxi, Mayra pun berangkat. saat berada di jalan dekat ke arah kompleknya , jalan itu ditutup dan mengharuskan mayrah putar balik melewati kantornya. saat Mayra sudah dekat dengan kantornya dia melihat seorang wanita berdiri di halte bus itu. dan wanita itu yang pernah Mayra lihat sebelumnya. lalu Mayra meminta untuk diturunkan di halte itu. wanita itu terlihat pucat dan rambut yang acak-acakan.

" hhhmmm ..kamu bukannya yang waktu itu buang pena ini?"

"jauhkan itu dariku....!!!"

"memangnya ada apa dengan pena ini? kamu tau sesuatu? kalau iya tolong kasih tau aku. semenjak pena ini bersamaku aku selalu di teror, aku sempat ingin membuangnya tapi dia balik lagi"

" Adik saya di bunuh dengan pena itu!"

" siapa nama adik kamu?"

" Sonii...adiikuuu..." ucap wanita itu yang seketika menangis.

" tolong ceritakan secara detail kejadiannya"

" Tidak...saya tidak mau" ucap wanita itu seperti ketakutan. tiba-tiba Vano datang, dan mengajak mereka untuk masuk ke area kampus dan berbincang di sana. saat sampai di taman kampus seketika Mayra berhenti tatapannya kosong dan seketika berteriak.

" kakak.....tolong ceritakan saja apa yang sebenarnya terjadi supaya kesalahpahaman ini berakhir kami tidak akan tenang"

"Soni.....adikku. iya...iya aku akan ceritakan"

"JANGAANN!!!...Tidak perlu ada yang tau kebenarannya"

" jangan kak... kamu harus ceritakan yang sebenarnya yang belum dia ketahui"

seketika itu Mayra pingsan dan Vano dengan sigap menangkapnya. kemudian Mayra sadar dari pingsannya. dan Vano menjelaskan apa yang terjadi.

" kamu dirasuki dua arwah, sepertinya arwah Soni dan Santi, mba apa kamu bisa ceritakan semua yang terjadi dan semua kebenarannya?"

" i..iya saya akan ceritakan"

" bisa saya pegang tangan mba?"

lalu Vano memegang tangan wanita itu dan memejamkan matanya. dan tuntaslah sudah penglihatannya. jadi sore hari sebelum kejadian Soni pergi menjemput Laras dan mengajaknya belajar bersama di perpustakaan kampus, sekaligus memberikan

sebuah pena kepada Laras. pena itu permintaan Soni kepada kakaknya yang pulang dari Jepang. maka dari itu di pena itu ada hiasan yang berbau Jepang. setelah mereka sampai Soni memberikan pena itu dan mereka belajar bersama

" nanti kalau ujian semester pake pena ini ya Laras"

"iya iya Soni aku pasti pakai"

saat sedang belajar ada yang mengintai mereka dari luar. tak lain dan tak bukan adalah Santi. dia mendengar Soni mengungkapkan perasaannya kepada Laras. Santi sangat sedih karena dia menyukai Soni. Santi sangat terkejut karena selama ini dia pikir kalau Soni menyukai Santi. karena perasaan marah yang berapi-api Santi masuk kedalam perpustakaan itu dan mengambil pena biru miliknya Soni. dan membunuh mereka berdua dengan pena itu. saat itu aku ada disana karena aku mencari Soni bersama ibunya Laras. kemudian kakak Soni masih melanjutkan ceritanya. jadi Santi berasal dari keluarga yang berada namun dia tidak pernah mendapatkan perhatian dan kasih sayang karena orang tuanya sangat sibuk. semua itu dia dapatkan dari orang tua Laras. orang tua Santi selalu memaksa Santi belajar dan meraih nilai tertinggi karena mereka mementingkan reputasi. Soni sering cerita kalau Santi sering kabur ke rumah Laras. Santi tau kalau Laras adalah anak yang pintar sehingga dia memutuskan untuk membiarkan peraih nilai tertinggi didapatkan oleh Laras. karena orang tuanya tau kalau peraih nilai tertinggi adalah Laras , mereka sangat marah kepada Santi sehingga dia kabur malam itu dan berada di perpustakaan dan melihat Soni dan Laras sedang berdua. kebenaran yang tak pernah Santi ketahui adalah Laras menjodohkan dia dengan Soni walaupun dia suka kepada Soni dan tau Soni menyukai dia.

setelah itu Vano membuka matanya dan mengatakan bahwa cerita kakaknya Soni sesuai dengan penglihatannya. kemudian mereka berusaha berbicara dengan arwah Soni, Laras, dan Santi untuk menjelaskan semuanya.

" oke sekarang kita panggil mereka buat ngejelasin semuanya"

"Van aku bantu"

"jangan lebih baik kamu diam biar aku yang menjelaskan ke mereka.

lalu Vano memulai pemanggilan itu. lalu arwah ketiga orang itu muncul. vano meminta Mayra menghubungi orang tua Santi dan Laras. Mayra segera menelpon ibunya Laras dan meminta ia datang bersama orang tuanya Santi. awalnya ibu Laras menolak namun karena Mayra menjelaskan maka dari itu ibu Laras dan Santi datang.

" Ada apa saya di bawa kesini?!" ucap ibunya Santi ketus.

" udah diam ikutin aja kemauan mereka" jawab ibu Laras dengan sabar.

Vano pun mulai berbicara kepada mereka namun mereka tidak menjawab seketika Santi menyerang ibunya sendiri. dia mencekik ibunya hingga hampir kehabisan nafas, Mayra segera menyelamatkannya.

" Santi jangan dia ibu kamu"

"Mm..maafkan mama nak"

"Santi lepasin dia, hilangkan rasa sakit hatimu" ucap Vano.

seketika itu Mayra terpental karena Santi. karena sudah kehabisan kesabaran Vano mulai membaca doa agar Santi bisa tenang. lalu Laras memasuki tubuhnya Mayra dan Santi sudah memasuki tubuh Vano dan membuatnya terpental. keadaan yang mencekam terjadi. vano mencekik Mayra namun dia tersadar seketelah melihat Mayra memohon. lalu Laras menjelaskan kepada Santi bahwa selama ini dia tidak pernah berkhianat. lalu Laras dan Santi keluar dari tubuh Vano dan Mayra. mereka berdua pun merasa kesakitan. lalu Vano menjelaskan bahwa kakaknya Seno ada disana saat kejadian dan dialah kunci dari kasus ini. "bukan Seno yang membunuh Laras tapi santi. karena rasa sakit hati membuat dia menjadi dendam kepada semua orang, dia menjadi buta karena tidak bisa melihat kebenaran. Santi menjadi seperti itu karena dia tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang justru ia dapatkan dari orang lain".

setelah itu ibunya Santi menangis dan menyesali semuanya. malam itu cukup memilukan dan melelelahkan. setelah semuah kesalahapahaman yang terjadi selesai. mereka pun meninggalkan tempat itu.

keesokan harinya Vano dan Mayra mendapat kabar bahwa kakaknya Seno masuk rumah sakit jiwa. lalu mereka berdua pergi menjenguknya. sesampainya diasana mereka sedih melihat kondisi kakaknya Seno yang memprihatinkan. setelah itu mereka pamit pulang, kakaknya Seno hanya tersenyum kepada mereka.

lalu mereka pergi kekuburan ketiga orang itu sambil membawa pena itu. mayra dan Vano mengubur pena itu bersama pemiliknya. setelah berdoa mereka pun berpamitan dan pergi dari sana

" kenapa penanya enggak kita ambil aja sih?" tanya Mayra manja

" kamu itu ya mentang- mentang barangnya lucu, biar bagaimana pun kita sudah tau siapa pemiliknya dan itu menjadi hak pemiliknya bukan hak kita"

" heheehe...terima kasih karena membantuku lagi"

" iyaa,, aku tidak tega membiarkanmu manangani kasus ini sendiri dan sepertinya kamu benar sebaiknya aku menggunakan kemampuanku untuk menolong orang walaupun sebenarnya aku masih takut"

" takut kenapa?"

". sebenarnya aku punya masa lalu yang kelam sehingga aku tidak pernah lagi menangani kasus, pacarku dia meninggal karena satu kasus "

" oooh jadi itu alasannya"

" bukan cuma itu, aku takut kehilangan untuk kedua kalinya"

" takut kehilangan, kehilangan siapa?"

" kehilangan kamu"

lalu mereka pun pergi dari sana. saat akan menaiki motor Vano mendapat kabar bahwa besok lusa akan diadakan study tour ke suatu tempat.