Elisio kemudian mulai menggerakkan pinggulnya untuk membetulkan posisi penisnya di dalam lubang Kin. "Aku lanjutkan, ya?"
Kin mengangguk dan tersenyum. "Lakukan sepuas yang kau mau."
Elisio tersenyum. "Setelah ini takkan terasa sakit," ujarnya mencoba menenangkan Kin.
"Bagaimana kau tahu? bukankah yang memiliki lubangnya adalah aku?"
Elisio memajukan pinggulnya. "Aku hanya menebak."
Kin memutar bola matanya menanggapi ucapan Elisio. Dia mulai merasakan kalau penis Elisio masuk semakin dalam ke dalam miliknya. Kin meremas seprei putih itu, dia tidak peduli apa yang akan dipikirkan para karyawan yang bertuga untuk membersihkan seprei itu. Darah dari selaput dara Kin yang robek sudah membasahi sela-sela paha Kin dan menetes di seprei itu.
Kin sedikit mengejang, rasa sakit masih terasa. Namun mulai tergantikan oleh rasa nikmat yang membuat Kin mendesah penuh kenikmatan.