Didalam perjalanan menuju rumah Arunika, tidak ada yang membuka suara biasanya sosok Alerio yang paling berisik, kali ini laki-laki itu hanya diam tidak mengatakan apapun, fokus dengan handphone ditangannya dan headphone yang tersumpa dikedua telingannya.
Sedangkan Arunika menatap keluar jendela mobil, menatap gedung-gedung pencakar langit yang masih berdiri gagah disana, dan memberikan terangnya pada sedikit kegelapan, memperhatikan setiap aktifitas yang memang mobil Alterio lewati.
Bersyukur bukan sesuatu yang sulit, namun sering susah diucapkan untuk sebagian orang. Saling menimpali nasib yang sama-sama tidak beruntung, berakhir merasa paling tersakiti padahal ada yang lebih tersakiti namun memilih untuk bungkam dan memilih tidak memberitahu siapapun.
Bukankah, sekecil apapun luka itu semjua tetap merasakan sakit? Lalu mengapa manusia saling merasa paling tersakiti?