Walau berjalan tergopoh-gopoh ia tampak menguatkan diri dan terus melangkah kan kaki menuju kamar nya.
Ia tak kuasa menahan tangis dengan susah payah.
Kania dengan susah payah memasuki ruangannya. Dimas sudah duduk disana sebari memainkan ponselnya. Kania membuka pintu lalu terjatuh, ia tidak kuat menahan tubuhnya. Dimas melempar ponsel itu dan berlari ke arah Kania.
"Kak, kenapa? aku mencari kakak jangan pergi sendiri," Dimas panik.
Kania menutup wajahnya dengan kedua tangan, "Kakak melihat kak Damar di lantai 3...," ucapannya tertahan.
"Kenapa kakak kelantai 3?" suara Dimas kini meninggi di depan Kakaknya.
Kania hampir tersentak, laku menatap Dimas, ia mendapatkan sorot mata yang penuh kemarahan, seolah adiknya itu sedang menutupi sesuatu.
"Apa kamu tau?" Kania mengharap jawaban.
Dimas mengepalkan tangannya, ia memeluk Kakaknya itu! Kania tau jawaban Dimas, ia menumpahkan segala keluh kesahnya itu pada Adiknya.
Dimas membiarkan Kania meraung.