Dengan wajah lemas ia hanya berjalan dengan langkah gontai, dan baju urakan karena tak mengurus diri beberapa hari.
Wanita itu memeluk anak nya dengan seksama, Damar pergi keluar dari kamar itu. Iya turun ke lobby rumah sakit, ia berniat pulang untuk segera menemui Kania sebelum Dimas, ia tidak ingin Kania kaget dan terjadi apa-apa dengan kandungannya.
Namun begitu ia akan keluar dari sana, bi Ijah datang dengan membawa tas besar. "Bi, kenapa bibi disini?" tanya Damar bingung melihat asisten rumahtangga nya itu.
"Tuan, saya kira tuan di luar kota," jawab bi Ijah.
Damar tidak menghiraukan jawaban bi Ijah. "Sedang apa disini bi?" Damar melontarkan pertanyaan nya kembali.
"Nyonya sudah melahirkan, tadi pagi Tuan," jawab bi Ijah.
Belum selesai kaget dari kepergok Dimas, pernyataan bi Ijah membuatnya terjungkal kedua kalinya. "Kania, dia baru saja memasuki usia 7 bulan bi?" Damar bingung.
"Tadi pagi ketuban nya pecah, Den Dimas segera membawanya kemari,"