Ia berkali-kali mengatakannya dengan rasa penasaran yang menggunung di hati dan pikiran nya itu.
Aditya meminta keyakinan dimata Khaira tapi percuma saja jelas matanya menyiratkan tidak. ''Aku mohon mengertilah di posisiku, aku mengambil langkah sebelum semuanya menjadi petaka'' Jawab Khaira.
Khaira tidak tahan lagi menahan emosi jiwanya, ia pergi meninggalkan Aditya. Aditya sama sekali tidak mengejar gadis itu, ia tahu Khaira dan dirinya sama-sama butuh waktu. ''Khai, kopi pahitku belum ku tenggak, tapi sesuatu yang lebih pahit sudah masuk dan mendarah daging dibagian dadaku,'' Aditya berbicara sendiri menatap gelas kopi expresso miliknya sebari memukul dadanya.
Khaira keluar dari tempat itu, berlari menjemput udara segar diluar sana, berharap akan meringankan sesak di dadanya.
Rupanya angin yang berhembus malah membuat bulir-bulir air terjatuh mengalir di pipinya. Langkahnya gontai, perasaanya menyiratkan luka yang berat.