Yang ia cari memanglah keberadaan wanita yang di rindukan nya selama ini juga putrinya yang belum sempat ia sentuh sama sekali.
Namun ia tak mengira akan kepergian mendadak mereka tanpa sepengetahuan nya. Sungguh hal itu membuatnya sakit lagi.
Ia membelalakan matanya. "Pulang?" tanya nya, padahal ia belum sempat mengunjungi mereka lagi.
"Ayah kira kamu akan datang ke rumah, ternyata tidak!" sindir pak Pratama.
"Aku...." ucapan Damar terpenggal oleh Khaira kecil yang tiba-tiba membuka mulutnya.
"Aku rasa tidak, Om Damar memiliki anak lain, jadi dia tidak perlu bertemu dengan putrinya!" kata-kata itu keluar dari mulut Khaira.
Gadis kecil itu memang pintar, tapi entah dari mana ia berkata seperti itu. Matanya bergantian menatap Damar dan Serkan yang digendongnya.
Hati Damar tercabik mendengar penuturan putrinya, apalagi ia memanggilnya Om.
"Sayang, ini Ayahmu," jelas Kania, mengelus rambut panjang Khaira.