Perasaan itu terus mengikuti pikiran Nya sehingga ia seperti merasa dikutuk oleh perbuatan yang sebenarnya terjadi begitu saja.
Satu minggu berlalu, hari yang dinantikan tiba, Kania membuka matanya dari tidur panjang. Ia kemudian meraba perutnya, namun sudah tidak apa-apa disana."Mengapa perutku kempes, kenapa ini!" Ia melihat tidak ada siapapun di sampingnya, membuatnya histeris dan memaksakan bangun walau masih lemah.
Pikirannya berfungsi dengan baik, hitungannya ini belum saatnya ia melahirkan, Kania berteriak histeris. Dimas yang saat itu duduk di kursi depan kamar Kania, langsung masuk kedalam, ia seharusnya bahagia Kakaknya siuman, tapi histeris Kania membuatnya panik, ia segera memanggil Dokter lewat tombol panggilan darurat di samping ranjang Kania.
Satu menit kemudian Dokter dan beberapa Suster masuk kesana, mereka menenangkan Kania lebih dulu. Begitu melihat Dokter gadis itu langsung menanyakan keberadaan bayinya.