Dengan ucapan yang ia lontarkan rasanya sudah cukup menjelaskan perasaan nya sekarang.
Anak laki-laki itu keluar dari ruangan Damar, ia pergi dengan emosi meluap-luap. Damar memegang kepalanya dengan keras, ia benar-benar kehabisan akal, wanita didepannya melihatnya dengan tatapan bingung.
"Apa kamu sungguh sangat mencintai Kania, walaupun aku sudah melahirkan seorang putra untukmu?" tanya wanita itu.
"Putra ini adalah kesalahan, aku disini karena tidak ingin menambah kesalahan lagi, sedangkan Kania adalah istriku, dia ibu dari calon anakku." Jawab Damar, ia bahkan belum mengetahui bahwa Kania sudah melahirkan.
Wanita itu memeluk anak nya dengan seksama, Damar pergi keluar dari kamar itu. Iya turun ke lobby rumah sakit, ia berniat pulang untuk segera menemui Kania sebelum Dimas, ia tidak ingin Kania kaget dan terjadi apa-apa dengan kandungannya.