Setelah hari terus berlalu dan di jalani seperti biasanya walau berat.
"Kan?" panggil Damar. Sebuah panggilan yang di lontarkan lelaki yang sangat ia tunggu itu.
Kania menoleh pada laki-laki yang memanggilnya di ambang pintu, "Pak Damar?" jawabnya.
"Boleh aku masuk?" tanya nya kembali.
Kania tidak menjawab, hanya anggukan kepala saja.
Kini Damar sudah berada didepan Kania, "Apa masih sakit?" tanya nya kemudian.
Anehnya tidak ada dalam hati Kania ingin menjawab baik-baik saja, "Iya, sakit!" Malah itu yang terlontar dari mulutnya.
"Maafkan aku, aku tidak tau, apa saja yang sudah aku lakukan yang membuat menyakitimu, aku sungguh bodoh bisa-bisanya kamu yang aku lupakan dari semua hal di dunia ini," lirih Damar.
"Apa kamu mengingatnya?" Kania terbata-bata mengucapkan kata-kata itu, seraya air matanya hampir menetes.
