Mendengar penuturan nya, jelas lelaki itu sangat bingung dan setengah tak percaya.
Adi menaikan satu alisnya, bagaimana bisa Ayahnya mengkhawatirkan perusahaan dibanding putranya sendiri.
"Berhenti mengajar disekolah itu, dan bergabung di perusahaan," kata pak Pratama.
"Ini bukan saatnya membahas itu Yah, kak Damar sedang sakit!" Adi menegaskan.
Pak Pratama mengangguk pelan, dan melangkah keluar melewati Adi yang berdiri di ambang pintu, lalu menepuk bahunya, "Pikirkan lagi, Ayah mohon sekali ini saja selama Damar sakit dan kembali ke perusahaan."
Kata-kata pak Pratama dinilai Adi sedikit egois, pemuda manis itu berjalan ke arah Kania, "Istirahat aku akan menjaga kak Damar," ucap Adi.
Kania menggeleng, "Aku akan menemaninya, aku akan minta maaf ketika dia bangun."
Adi melihat keadaan Kania yang berantakan, mata sembab nya dan kakinya yang tidak memakai alas. Laki-laki itu keluar sebentar dan segera kembali, membawa obat P3K.