Di kantor yang sudah ramai sekali karena sudah hampir jam masuk kerja.
Iamenuju lantai atas, sedangkan lelakibitu sengaja menunda menaiki lift yang sama dengan gadis itu.
Ia sebenarnya rindu sekali pada Kania, namun gadis itu banyak memendam dan tidak berkata jujur padanya, "Kan, kamu tinggal dimana?" tanya Damar, begitu memasuki ruangannya.
"Tinggal dirumah biasa Pak," jawab Kania.
"Kan, aku tidak mau kamu berbohong padaku, apakah aku benar-benar tidak bisa kamu percaya?," Damar memegang kedua lengan Kania dan menatapnya tajam.
Kania gemetar begitu Damar menaikan nada bicaranya, "Kamu sudah tau m?" Kania terbata-bata.
"Apakah kamu tidak menganggap ku kekasih? apakah aku tidak bisa kamu andalkan?."
"Maaf, aku hanya tidak ingin membuat mu khawatir, aku tidak mau kamu terbebani juga, maafkan aku," Kania hampir meneteskan air matanya.