Chereads / Your Wife is My Love / Chapter 2 - bab 2.Disaster Meeting

Chapter 2 - bab 2.Disaster Meeting

"Good morning everyone." Sapa Vans kepada seluruh karyawan yang telah menunggunya di ruang meeting.

Vans memiliki sekretaris cantik yang bernama Angel. Vans memanggil sekretarisnya untuk menanyakan kapan penanam saham tersebut tiba. Angel menyatakan jika menurut schedule tamu besar tersebut akan datang sekitar 20 menit lagi.

Sembari menunggu tamu, Vans pergi ke toilet untuk mencuci matanya yang seperti kena lem akibat mengantuk.

Setelah sampai di toilet Vans mengeluarkan ponselnya untuk menelpon seseorang. Meminta agar nanti malam disiapkan buket bunga untuk dinner nanti malam di rumahnya.

Kemudian Vans keluar toilet dan kembali menuju ruang meeting.

Tidak berselang lama Tuan penanam saham tiba.

"Good morning. Maaf! Saya terlambat lima belas menit. Langsung saja kita mulai meeting hari ini!" Ucap Tuan Rayhan Malik.

Dalam pengajuan ide, konsep dan strategi pemasaran akan ada dua kemungkinan. Ide dari atas atau ide dari divisi pemasaran. Terlepas dari mana datangnya ide tersebut, yang paling baik adalah ketika ada kecocokan visi antara CEO dengan penanggung jawab divisi pemasaran. Karena dengan keselarasan visi, untuk menyatakan ya atau tidak terhadap sebuah konsep baru atau perombakan strategi marketing akan lebih objektif.

Tuan Rayhan menyampaikan jika ada penurunan drastis pemasukan perusahaan. Beliau menegur Vans yang memiliki jabatan sebagai CEO, " Tuan Vans, sebagai CEO perusahaan ini, tolong jelaskan pada saya bagaimana tanggung jawab anda mengenai penurunan profit beberapa bulan ini? Kala masih seperti ini dan tidak ada perubahan, maka saya akan menghentikan investasi di perusahaan ini!"

Vans hanya terdiam menunduk tanpa jawaban. Benar saja! Beberapa bulan terakhir ini Vans tidak begitu memperhatikan perusahaan.

Penurunan profit besar-besaran membuat perusahaan yang dipimpin oleh Vans merasakan detik-detik kebangkrutan. Bahkan bisa dibilang masa berjuangnya tinggal seujung jagung. Bisa dikatakan tidak akan terselamatkan jika tidak ada tindakan pencegahan yang tepat.

Mereka memiliki waktu hanya lima hari. Perusahaan skala multinasional waktu lima hari hanya bisa terjadi jika harag saham merosot sampai sembilan puluh persen. Iya, itu yang di alami perusahaan tersebut.

Seluruh karyawan ketakutan, tidak sanggup lepas dari pekerjaan yang menghidupi mereka dan semua keluarga dalam tanggung jawab para karyawan itu. Tuan Rayhan mencoba menenangkan situasi, yang semakin memanas.

Tuan Rayhan mengadakan pertemuan untuk para karyawan dan seluruh keluarga besar perusahaan.

" Tepat ketika masa perjuangan kalian habis, saya mau kita tetap menjadi keluarga. Datanglah ke La Java Resto! Kita akan mengadakan pertemuan di sana. Jangan lupa ajak anak dan pasangan kalian!"

Para karyawan mulai berbincang tentang kehidupan kedepannya, setelah melewati hari akhir perjuangan. Seorang karyawan menceritakan sedikit pengalaman dari saudaranya bernama Stenvis, yang harus kehilangan gaya hidup mewah karena kedua orangtuanya bercerai saat ia berusia 18 tahun.

Sebelumnya, ia dan keluarganya tinggal di villa mewah berukuran delapan ratus meter persegi dengan pemandangan indah lautan dan gunung. Namun karena perceraian tersebut, kedua orang tuanya melakukan berbagai keputusan keuangan yang buruk, sehingga Stenvis dan keluarganya pun kehilangan kenyamanan hidup yang sebelumnya bisa mereka nikmati. Akibatnya semua perusahaan keluarganya mengalami kolabs.

Mendengar percakapan karyawannya, Vans berhenti sejenak di belakang tembok untuk mendengar lebih jelas lagi.

Seorang karyawan lain yaitu Dania mengimbuh bahwa ada pamannya saat krisis keuangan global mempengaruhi kondisi keuangannya, ia mulai kehilangan kontrak bisnis dan harus membayar untuk penggadaian aset-asetnya.

Pamannya bernama Ricky. Ricky sendiri setelah kehilangan perusahaan skala internasionalnya harus dikejar-kejar dengan hutang yang menumpuk hingga harus menjual kapal, mobil, bahkan rumah pribadinya.

Seluruh tubuh Vans merasa lemas, mendengar ucapan dan cerita mayoritas karyawan, hingga terjatuh ke lantai. Berfikir jika dia akan mengalami hal yang sama dengan mereka, orang yang ada di obrolan karyawan.

Vans mengirimkan pesan kepada istri tercinta, mengabarkan jika perusahaan mengalami kebangkrutan. Lanjut Vans berdiri melangkahkan kaki, melewati loby untuk pergi ke tempat istrinya berada.

**Di perjalanan Vans seperti tidak punya nalar, Ia melaju sangat kencang di arah yang berlawanan, tatapannya kosong, semua pengendara memilih meminggirkan kendaraannya masing-masing karena takut akan di gasak oleh mobil dengan kecepatan kudanya Vans.

Vans terkejut, ketika tepat di hadapannya ada sebuah mobil tangki yang memuat berliter-liter air. Sejak dari jauh mobil tersebut sudah membunyikan klakson berkali-kali tetapi Vans tidak mendengar.

Semua orang berteriak! Untungnya mereka bisa menghentikan laju kendaraan hingga tidak terjadi tumburan.

Pengemudi mobil tangki turun dan memaksa Vans membuka pintu mobil. Caci maki terlontar. Vans hanya terdiam bersimpuh menjatuhkan harga dirinya untuk meminta maaf.

Ada beberapa polisi mendekat yang kebetulan bertugas di ruas jalur tersebut. Vans menerima kertas kuning dari pihak berwajib, karen telah melanggar rambu lalu lintas. Polisi meminta Vans berputar balik mengikuti arus jalan yang benar.

Yang seharusnya sudah sampai butik dalam waktu 30 menit, Vans terpaksa melanjutkan perjalanannya menjadi lebih lama.

***

Laura sejak tadi sudah berdiri di depan pintu masuk butiknya. Menunggu akan kehadiran pendamping hidupnya. Laura mencoba menelpon suami tercinta namun tidak ada jawaban.

Ketika ingin mencoba menelpon kembali, mobil Vans sudah terdengar dari kejauhan dengan knalpot racing yang menggelegar.

Laura melambaikan tangan. Vans berlari menuju ke arah Laura dan memeluk tubuh seksi istrinya.

Mengucapkan beribu kata maaf, sudah menjadi suami yang tidak bisa memberikan nafkah lahir sama dengan sebelumnya, setelah lima hari yang akan datang.

Laura menuntun Vans menuju ruang kerjanya kemudian mengambilkan secangir teh hangat agar otak suaminya tersebut lebih tenang. Perlahan Laura menanyakan apa yang sudah terjadi. Vans menceritakan semuanya kepada Laura.

Laura menghela nafas dalam-dalam, memegang tangan suaminya dan berkata, "Apapun yang terjadi kita akan tetap bersama! Jika semua milikmu di rampas, tenanglah! Kita masih memiliki butik ini, sebagai pemasukan dan jika kita terusir dari apartement, kita masih bisa tinggal di rumah kecil yang kita kontrakkan."

Vans lanjut menyampaikan, "Aku takut akan kehilangan kamu! Melepas semua harta benda, aku tidak akan keberatan! Tetapi jika harus melihatmu hidup menderita, aku tidak sanggup. Laura bahkan melepaskan kamu pun itu tidak akan pernah aku lakukan!"

Laura tidak menyangka jika suaminya sangat takut akan kehilangan dirinya.

Sebelum hari terakhir perjuangan perusahaan, Laura meminta kepada suaminya untuk segera pindah ke rumah sederhana milik mereka.

Vans menyetujui permintaan Laura, itu akan dilaksanakan lusa sebelum hari pertemuan para rekan kerja serta keluarga besar perusahaan. Kebetulan waktu sudah sore, butik segera tutup. Vans mengajak Laura untuk segera pulang.

**

Sesampainya di apartement, Vans meminta Laura untuk segera mandi lalu menuju kolam renang yang sudah disiapkan orang suruhan Vans untuk mereka dinner.

Laura membawakan peralatan kantor Vans, bergegas menuju kamar, melepas lembar dress yang dikenakan untuk segera mandi.

Dalam langkahnya selalu terbayang apa yang akan terjadi setelah ini, lalu bagaimana dengan kehidupan mereka berdua ke depan. Namun dia tetap menaruh percaya dalam hati, jika Laura dan Vans akan bisa melewati semua ini dengan perlahan.

Hatinya sedikit plong ketika terlintas jika kehidupan memang tidak ada yang selamanya berjalan mulus. Perlu kerikil bahkan batu besar di tengah perjalanan, bahkan wajib ada tikungan entah itu tajam mau pun tidak, serta selalu diiringi banyak jurang yang curam maupun dangkal. Untuk membuktikan pada dunia jika mereka bisa.