Chereads / LIONTIN / Chapter 2 - BAB 2 Langit yang semula mendung mulai cerah

Chapter 2 - BAB 2 Langit yang semula mendung mulai cerah

Elina berjalan dengan langkah percaya diri memasuki sekolahnya. Semua mata murid-murid menatapnya seolah terpesona dengan dirinya yang sekarang.

Kejadian terakhir kali yang membuatnya enggan lagi menginjakkan kaki di tempat itu, kini seperti ia lupakan.

Dengan perlahan ia menaiki tangga sembari menatap satu persatu siswa siswi yang sedang menatapnya dengan tatapan kagum.

Dan tibalah ia di depan pintu kelasnya.

Dengan tersenyum ia melangkah masuk.

Terlihat Bianca yang sudah berada di dalam kelas menatap Elina dengan heran.

"Nda, itu si culun kan?" Bianca sampai memastikan apa yang ia liat adalah nyata kepada Nanda

"Iya si culun. Jadi cantik Bi.. lu aja kalah sekarang Bi"

"Apa?? gue kalah?? lu mau gue pecat jadi temen gue nda ?"

"Eh gak Bi engga, salah ngomong maaf"

Semua siswa siswi di kelas menatapnya dan mencoba menyapanya.

"Hai Elina.."

"Hai.. "

"Hai El, cantik banget ya sekarang"

"makasih.."

"Hai El, Liontinya cantik deh"

"Makasih ya.. kalungmu juga cantik"

Elina duduk dengan tenang. Jam masih menunjukan masih ada waktu lima belas menit lagi sebelum jam pelajaran dimulai.

Elina mengeluarkan Earphone dari Tas-nya dan mendengarkan lagu yang ia putar dari play list lagu di Ponselnya.

Ia merasa senang, kini harinya akan menjadi lebih baik.

Sementara ia asik mendengarkan musik, tiba-tiba kelas gaduh karna guru yang akan mengajar kelas itu sedang berjalan menuju kelas. Semua murid kembali ke tempat duduk mereka masing-masing menunggu guru tersebut masuk.

Elina yang melihat semua teman di kelasnya sudah terkondisikan dengan baik menyadari bahwa guru akan segera masuk.

Elina menghentikan aktifitasnya yang mendengarkan musik. Memasukan Earphone-nya kembali ke dalam tas dan mengeluarkan buku pelajaran lalu menatanya di atas meja.

Guru itupun masuk ke kelas. Namun bukan hanya Pak guru saja yang masuk, namun juga seorang siswa yang melangkah tepat di sampingnya.

"Selamat pagi anak-anak..."

"Pagi pak.."

"PR kalian, silahkan mulai di kumpulkan"

"Yaaahhhhh" teriak siswa siswi serempak.

"Ayuk, segera kumpulkan ya.. Elina tolong bantu teman-teman ya" Pinta pak Herman sembari tersenyum.

Tanpa menjawab Elina bangkit dari kursinya dan menyambangi satu persatu murid untuk mengambil buku PR mereka.

"Nah, sembari nunggu Elina beres keliling. Bapak mau kenalin sama murid baru di sekolah ini. Namanya..."

"Dinar pak !" Teriak Bianca memotong pembicaraan Pak Herman.

"Oh, Bianca sudah kenal ya. Iya betul.. Dinar Permana namanya. Tolong saling berteman dengan baik ya. Dinar bisa duduk di bangku yang kosong ya, di samping Elina"

Dinar hanya mengangguk dan segera duduk.

Elina yang sudah selesai mengumpulkan buku PR segera meletakkanya di meja guru dan segera duduk kembali di kursinya.

"Hai, gue Elina" sapa Elina berbisik

"Gue Dinar" jawab Dinar sembari tersenyum.

Dari belakang Bianca menatap Elina dan Dinar dengan wajah tak senang.

"Bi, Dinar ganteng ya.." Celoteh Nanda berbisik di telinga Bianca.

Bianca hanya diam tak menjawab Nanda sembari terus menatap Elina dan Dinar.

"Okey.. tugasnya lengkap semua ya. Gak ada yang lupa bikin PR. Sekarang kita buka buku paket Bab 3.."

Kegiatan belajar mengajarpun berlangsung.

Begitulah awal mulanya Elina mengenal Dinar. Dinar adalah seorang siswa yang tampan, tinggi dan juga pintar. Belakangan semua tau bahwa Bianca dan Dinar merupakan teman sedari kecil. Itu sebabnya Bianca sudah tau nama Dinar saat Dinar pertama kali masuk ke kelas.

Tak ada yang tau alasan mengapa Dinar pindah dari sekolah lamanya ke sekolah ini termasuk Bianca sekalipun.

Hari hari Elina menjadi sangat menyenangkan. Kini teman-teman di kelasnya memperlakukanya dengan sangat baik bahkan.. ada beberapa siswa yang nekat menyatakan rasa sukanya pada Elina. Namun Elina selalu menolak untuk membalas rasa suka itu.

Semakin hari Elina semakin dekat dengan Dinar.

Bahkan sesekali Dinar mengantarkan Elina pulang, seperti hari ini.

Di dalam mobil Dinar menghidupkan lagu-lagu kesukaanya.

Nampak Elina masuk ke dalam mobilnya.

"Lama amat ?, emang naro buku ke perpustakaan antri ya?"

"Ya gak antri sih Di, cuman aku tadi diajak ngobrol sebenyar sama petugas perpusnya"

"Ohh.. si tompel itu"

"Huss namanya Rendra Di, gak boleh ah ngata ngatain gitu"

"Baik tuan putri.. dah pulang sekarang ya"

"Yap.. oke"

Dinar menjalankan mobilnya mengarah ke rumah Elina.

Sepanjang perjalanan Dinar dan Elina membahas hal random yang membuat suasanya di dalam mobil menjadi hangat.

"Oh ya, ngomong-ngomong dulu Bianca sempet bilang ada anak di kelas yang bikin dia selalu kesel karna dia itu bikin enek katanya rambutnya itu klimis banget dan di kuncir kuda trus dia bilang katanya klimisnya karna pake getah lidah buaya gitu, aneh sih.. Bianca ngarang mungkin ya. Gue gak tau sih bikin eneknya kenapa juga. Tapi pas gue udah pindah, gue gak liat tu ada anak yang begitu di kelas.

Oh ya, Bianca suka nyebut nama Cul.. cul.. oh ! Culun gitu namanya"

Elina yang mendengar itu mendadak terdiam. Kenanganya kembali pada masa itu. Masa dimana ia menjadi bulan bulanan anak-anak. Bukan hanya sekelas namun bahkan satu sekolahan rasanya senang melihatnya di bully.

"El ?.. "

El yang melamun bahkan sampai tak mendengar Dinar memanggilnya hingga kesekian kali akhirnya ia tersadar.

"El??, hei??"

"Oh ya Dinar, kenapa tadi?"

"Itu loh.. anak yang.."

"Oh ya culun ya. Anak itu udah pindah sekolah kok" Tak ingin masalalunya diketahui Dinar, Elina berbohong.

"Ohh udah pindah, pantes aja gak ada. Hemm yaudah kalo gitu"

"Tapi Dinar.. itu bukan getah lidah buaya tau. Itu minyak urang aring!" Ucap Elina kesal

"Hah? maksutnya El?"

"Aduhhhh gue keceplosan lagi" Gumamnya dalam hati.

"Maksut aku yang bikin rambut anak itu klimis minya urang aring. Itu tu bagus buat rambut tau"

"Hahahhaa, oh gitu. Bianca memang suka ngelebih lebihin cerita. Dah sampe nih"

"Iya.. aku masuk rumah ya. Hati-hati tar pulangnya"

Dinar tersenyum dan mengangguk.

Ketika Elina keluar dari mobil Dinar, tiba-tiba kalung liontin yang ia pakai terlepas dan jatuh.

Elina yang menyadari kalungnya lepas dan jatuh segera menatap kebawah kakinya. Namun pandanganya mendadak kabur. Dengan terus meraba raba sekitar kakinya mengharap ia menemukan kalungnya.

"El? nyari apaan El?"

"Kalung.. kalung aku mana?" Jawab Elina yang seperti ketakutan menyadari matanya kembali tak normal lagi, pandanganya terus kabur meski berulang kali iya mencoba mengusapkan matanya berharap pandangan kembali membaik. Namun tetap saja matanya tak membaik.

"Sini aku bantuin" Dinar keluar dari mobil dan ikut mencari kalung di sekitar Elina.

Elina mengingat kaca matanya yang berada di tas-nya. Dengan segera ia mengambilnya dan memakainya.

Kini matanya dapat melihat dengan jelas. Kini kembali ia merasa sedih dengan keadanya. Dia takut Dinar akan menjauhinya jika Dinar tau bahwa dia adalah si culun yang Bianca maksut.

"Nah ini dia kalungnya El, nih !" Dinar memberikan kalungnya pada Elina.

"El, sejak kapan kamu pake kacamata? kok aku baru tau?"

"Oh itu... itu... oh aku pake kacamata baru baru aja. iya, baru baru aja mata aku minus"

"Ohh... "

"Di.. aku.. aku ma masuk dulu ya" Suara Elina gugup

Entah kemana pergina rasa percaya diri yang ia miliki sebelumnya.

Dengan heran melihat sikap Elina, Dinar hanya mengangguk saja.

Dengan cepat Elina lagi masuk ke dalam rumah dan Dinar masuk kembali ke mobil dan pergi.

"Bu.. ibu.. ibuu !!!!"

"Ya nak, kenapa El?"

Elena berlari memeluk ibunya.

"Kenapa sayang, siapa lagi yang jahatin kamu bilang ibu?"

"Bukan bu.. mataku bu mataku" Suara Elina bergetar.

"Mata kamu kenapa sayang?"

"Mataku sakit lagi bu, aku gak bisa lagi lihat dengan jelas tanpa kaca mata bu.." Elina menangis sejadi jadinya

Ibunya hanya bisa memeluknya dan memenangkanya.

"Besok kita ke dokter ya.. kita cari tau kenapa. Sekarang Elina tenang dulu sayang"

Elina hanya mengangguk menuruti perkataan ibunya.