Noni menjadi pelarianku saat ini untuk bercerita soal Rais. Semua kuceritakan secara detail kejadian di ruangan bersamanya. Reaksi Noni benar-benar membuatku terperangah. Sama sekali tidak kuduga dia seperti kucing peliharaan yang mendapat makanan kesukaan.
[Aduhhh … Reeee … udah dech, loe iyain aja. Gemes gue tahu nggak, sih? Ini good news banget. Duh, jadi gue yang deg-degan. Eghhhh!]
Saking gemesnya dia di percakapan kami melalui telepon, menyadarkanku bahwa ada yang salah di sini. Aku yang dilamar kenapa dia yang gregetan?
Suaranya juga terdengar bisik-bisik, tapi aku tidak bertanya. Mungkin dia bicara di dapur sementara suami dan anaknya sudah tidur.
[Selangkah lagi lebih deket, Ree. Masha Allah, sohib gue udah ketemu jodohnya. Bentar lagi nikah! Qiqiqi]
{Eh, tolong ya. Ini malam Juma'at. Loe cekikikan gitu kek mak kunti tahu nggak, sih?}
[Bomat! Gue nggak sabar sama kabar berikutnya. Loe tiba-tiba bakal nikah dalam waktu dekat. Ahhahah]