Dalam perjalanan pulang dari restoran ke kantor, Rais menceritakan beberapa hal yang berkenaan dengan perusahaan dan sangkut pautnya dengan Willy. Raut pasrah seperti akan diterkam singa lapar, terukir di wajahnya. Dia memintaku agar membantunya mencari solusi agar proses akuisisi itu cepat selesai.
"Jadi, kita nggak perlu berutang pada mereka," terangnya semakin menarik simpatiku.
Beginikah beban yang dia tanggung akibat ulahku? Belum lagi beban masa lalunya dan kondisi dirinya yang tidak bisa memberikan keturunan –kemungkinan besar.
Sama-sama memiliki beban mental, tapi apakah porsinya sama?
Kupikir dengan rencana yang sudah disusun waktu itu, akan menjadi lebih mudah dan bebanku terlepas. Aku memang merasa amat lega masa-masa setelahnya. Sayangnya, aku tidak sepenuhnya mencarikannya solusi. Hingga di sinilah kami berada. Duduk di hadapan seorang Chandra Darmawan yang tampak wibawa dan kebapakan.