"Kamu nggak butuh penjelasan saya soal lelucon tadi –"
"Itu bukan lelucon!"
"Okay … okay! It was not a joke. Tapi, soal masa lalu saya, apa kamu masih nggak butuh penjelasan?"
Aku tercekat dalam keberangan. Di bawah sinar matahari yang panas, dia malah membuatku terjebak di sini. Masih duduk di motor dengan mesin yang sudah dia matikan, rasanya tidak berminat lagi untuk mengetahui setelah yang terjadi tadi.
"Nggak perlu. Saya bukan menangkap basah kekasih yang sedang selingkuh," kelitku sombong dengan suara yang dipelankan. "Kembaliin kunci saya, saya mau pulang!"
"Turunlah, kita ngomong di dalam," katanya sambil melihat sekitar. "Kamu mau diliatin orang?"
Dia berkata setengah berbisik dan bernada memohon. Bicara dengannya di sini pun, aku sebetulnya malu. Secara tidak langsung menjadi tontonan pengunjung kafe. Apalagi orang seperti dia yang mungkin sudah banyak dikenal. Tapi, itu bukan urusanku.
"Don't touch me!" Mataku melotot saat melihat tangannya akan menggaet lenganku.