Bagaimana kalau dia tidak mau bertemu denganku? Bagaimana kalau dia tidak menjawab teleponku? Tidak. Tidak mungkin dia tidak akan menjawab teleponku. Awalnya memang aku tidak mau menghubunginya, ketakutan merasuki jiwa yang tengah berdebar.
Bagaikan tenaga penjual yang menawarkan dagangan supaya terjadi penjualan, Noni terus memaksaku untuk menelepon si Duren. Jujur, aku sempat jengah dengan kelakuannya.
Selain itu, aku pun jengah harus menelepon Rais berulang-ulang karena dia tidak menjawab teleponku. Memalukan sekali. Rasanya aku ingin resign segera supaya tidak bertemu Rais lagi.
Alhasil, Noni memintaku mengirim pesan padanya untuk bertemu di kafe tersebut setelah salat Zuhur. Artinya, aku masih punya waktu berkumpul dengan Genggas. Sayang, Noni bertindak melebihi ibu-ibu yang anak gadisnya akan bertemu pangeran antah berantah.