Kukira Noni akan bereaksi terkejut atau bahkan berlebihan. Faktanya, dia cuma bengong dengan mulut sedikit terbuka, pandangannya lurus menyorot mataku, mencari kesungguhan di bola mata hitamku.
"Tunggu. Gue nggak paham. Ini maksudnya gimana? Bos loe ngelamar elo?"
"Ya, kayak gitu. Tapi … gue belum ngerespons. Dia tadi telepon nanyain gue di mana, kenapa belum sampe. Padahal kemarin gue udah bilang, kalo gue nggak bisa dateng. Kita, kan, udah janjian. Alasan gue ada acara keluarga."
Entah bagaimana perasaan Noni karena aku tidak bisa mengartikannya. Ekspresinya masih sama. Bingung. Sama sepertiku yang bercampur aduk. Diriku yang lain malah menggelitik protes bahwa aku seharusnya tidak menceritakannya pada Noni.
"Bos loe masih muda, udah tua, lajang, duda, punya istri , punya anak, pun –"
"Muda plus duda plus beluma ada anak."
"Ha?" Noni menutup kedua mulutnya.