"Bu, sate Padangnya satu. Pedas, ya."
"Eh, aku yang kacang donk. Cabe rawitnya sekalian ya, Bu."
Aku kembali berkumpul dengang Geng Gas –baca gengges. Geng yang ngegas orang-orang ngegas. Yang bicara nyolot, selalu menyalahkan orang lain atau keadaan, atau yang bersilat lidah. Seharusnya hari ini bekumpul dengan teman-teman kantor, acara rutinan anak-anak marketing –ngemall. Karena aku tidak suka kumpul-kumpul seperti itu, jadilah aku bersama Rahmi dan Noni. Nongkrong di warung sate langganan yang sejak siang sudah buka.
"Loe-loe pada udah liat komenan netizen di postingan mantan Tia, belum?"
"Ya elah, Non. Udah berlalu juga. Tianya aja udah move on, loe masih aja stalking mantan lakinya. Buat apaan, sih?"
"Denger ya, Ree. Gue tuh benci banget liat mantan lekongnya itu. Kemarin gue lihat dia sok-sokan protective sama si pelakor.
Noni bernapas sejenak.
"Emang apaan bunyi komentar di lapaknya si pengkhianat?" Rahmi ikut terbakar.