"Met, kopi saya mana?"
Dia menutup sambungan telepon ke pantry setelah mendengar jawaban dari si Memet yang setia. Yah, lingkup pertemanan si Duren tidak terbatas pada kalangan tertentu. Si Memet yang office boy pun tak luput sebagai best friend forevernya seorang direktur utama Peramedina.
Sesuai perintahnya kemarin, pagi ini aku sudah duduk di hadapan Rais Darmawan dengan perasaan galau. Hampir sepuluh menit aku duduk di ruangannya tanpa diajak bicara. Dia sibuk dengan dokumen di laptop. Kedatanganku ke sini seperti tidak ada maksud dan tujuan. Seperti kucing peliharaan yang menemani majikannya bekerja.
"Ekhem …."
Sengaja kutarik perhatiannya dengan deheman, karena aku malas bicara. Supaya dia tidak lupa bahwa ada aku di sini. Berdua dengannya di ruangan tertutup. Dia mengangkat pandangan sekilas, kemudian kembali matanya fokus ke beberapa lembar kertas. Ayolah, Rais, aku bukan patung.
"Masuk!"