Usianya mungkin kisaran empat puluhan. Lebih tepatnya mungkin itu ibunya. Yah, sama seperti bapaknya, beliau juga pernah kulihat di restoran waktu itu. Matanya beralih kepadaku. Sontak aku berdiri menyapanya dengan senyum dan sedikit menunduk.
"Ini Laduree, sekretaris baru kita, Bun," kata Rais.
Ibunya memperhatikanku dengan senyum sungkan, berjabat tangan dan menyilakanku duduk kembali. Tapi, matanya tidak beralih dariku. Sesekali masih melirikku penuh penilaian. Kami berbincang topik ringan, sesekali tertawa, dan bisa kulihat mereka keluarga harmonis. Tapi, aku tidak melihat saudara kandungnya. Apakah dia tidak pulang?
Syukurnya aku tidak mendengar pertanyaan mengenai status pernikahanku. Aku berterima kasih pada Rais kalau dia sudah mengenalkanku pada keluarganya sejauh itu. Jadi, aku tidak perlu repot-repot menjawab apalagi sampai harus menjelaskan panjang lebar seperti rumus Luas Persegi Panjang. Aku hanya meminta air putih saja ke pelayan mereka.