Penuturuannya membuatku terpaku di tempat. Dia bicara seolah sedang mengutarakan luka hatinya yang terdalam, tanpa ada rasa trauma yang hinggap seperti sebelumnya. Yang dikatakannya memang benar adanya, aku paham itu.
"Membuka lembaran baru setelah dikhianati nggak semudah mengucap ijab qabul di depan wali nikah," sambungnya lagi bersuara kesal dan sesal.
Dia termenung. Matanya kosong menerawang. Belum pernah menikah bukan berarti tidak memahami kisah dan kisruh rumah tangga orang lain. Perasaan sakit yang ditorehkan oleh pasangan, mertua, ipar, atau mungkin faktor ekonomi yang menyebabkan perceraian. Tidak ada perpisahan yang tidak sakit bila memutuskan bersama karena perasaan cinta.
"Oh, iya, anaknya temen kamu gimana kabarnya? Yang hampir tenggelam itu," katanya tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. Aku mengerti dia tidak mau mengenang masa lalunya meskipun hanya berupa saran.