Aku meringis kesakitan. Dia harus tahu kalau dia sudah menyiksaku –sekretaris Peramedina. Dia akan dalam masalah jika bermain-main denganku dan Rais. Ah, aku memang pintar, atau memang dia yang bodoh? Sekarang aku punya kartu truf untuk memaksanya membeli Buckrouns, jika dia tetap tidak mau.
Karena jantung berdebar masih terasa akibat ketakutan, perlahan aku bisa menguasai diri. Senyum licik tidak terulas di bibirku, akan tetapi iblis kecil yang ada dalam diriku yang melakukannya. Baiklah, Rais tak datang juga tak apa. Sekarang aku bisa mengatasi situasi ini. Aku terus berusaha melepas genggamannya, yang sudah memerahkan tanganku. Namun, hasilnya masih sama.
"Let me go, Mr. William Anderson!"
Kami saling adu pelotot dengan ekspresi kemarahan asli darinya dan kemarahan palsu dariku.
"Give me your reason for that offering, Miss Laduree Kahani."
"You shouldn't have to ask me to tell you."