Teman semasa sekolah menghubungi untuk reuni sebulan kemudian. Sebuah ajakan yang aku tidak tahu bisa menghadirinya atau tidak. Pun aku juga tidak merasa –tertarik atau tidak tertarik pada acara itu. Mangkok mie kocok sudah habis. Gelas teh dingin juga sudah kosong. Siang semakin naik dan kuning, meski angin masih berembus sejuk semakin lumayan kencang.
Satu jam sudah aku di sini, menikmati kesendirian –dalam keramaian, ditemani suara-suara cicit burung, pengunjung yang tertawa, suara denting sendok bertemu piring atau gelas, asap rokok yang berterbangan, semuanya ada di belakangku. Meja di samping kiri dan kanan, belum ada yang menempati. Syukurlah. Aku bisa menikmati waktu-waktu ini lebih lama, lebih baik sampai aku pulang.