"Dengan pihak Zoune, Pak?"
"Nggak, kita aja," sahutnya langsung berbalik.
Aku terdiam di tempat sampai dia menghilang di balik kaca hitam. Pintu ruangannya tidak ditutup. Kepalaku bertambah puyeng pagi ini. Andai saja puyer sakit kepaya bintang lima masih ada dijual, pasti aku sudah membeli dan meminumnya. Semakin tak tertahankan rasa berat ini.
Pelan-pelan aku terduduk di kursi. Lemas seperti mendapat berita yang mengguncang jiwa. Suami ketahuan makan siang dengan perempuan lain. Nyatanya, calon suami pun aku tidak punya. Mendadak aku terbangun dan masuk ke ruangannya.
"Pak, gim–"
"Tutup pintunya!" potongnya cepat.
Langkahku berhenti tiga langkah di dalam, berbalik dan menutup pintu. Semburan dingin dari penyejuk ruangan terasa kuat setelahnya. Aku duduk di depannya. Matanya fokus ke layar laptop. Mungkin sedang mengirim surel.
"Kalau kamu masuk ke sini, tutup pintu."