Mobilnya melaju kencang membelah angin yang menerjang. Satu-satu kendaraan terlihat di jalan. Daun di ranting bergoyang hampir lepas, kabel listrik bergoyang kuat, suara-suara atap bangunan terdengar sampai ke dalam mobil. Aku enggan menanyakan kata-katanya tadi.
Ada yang bergetar dalam diriku, sekarang, aromanya terus menyesak ke dalam indera penciuman. Dia tidak menoleh padaku, pun aku hanya fokus memandang jalan yang diterangi sorot lampu mobil dan lampu jalan. Mobil berhenti di lampu merah. Hanya mobil kami dan dua lainnya. Dia menoleh padaku.
"Saya nggak tahu, nggak ngerti saya, tapi memang saya merasa nyaman sama kamu."
Aku tercekat. Sungguh aku tidak tahu bagaimana berucap, kehilangan kata disertai lidah kelu dan jantung semakin terasa nyut. Tubuhku gemetar, lemas, tanganku terasa dingin karena gugup. Bicaranya pelan dan lembut. Apakah ruang kosong tahunan itu tersentuh dirinya? Ada apa denganku?
"Maaf, maksud Bapak apa, ya?" Aku refleks bertanya.