Dalam ketegangan aku menunggu dia meneruskan ucapannya. Kebimbangannya terasa jelas padaku. Ruangan dingin semakin dingin. Sinar kuning yang menembus jendela tidak lagi menghangatkan. Aku mengerti kalau ada hal-hal yang tidak bisa dikatakan apalagi diberi kepercayaan, tapi aku sudah tersinggung dengan pertanyaannya yang meragukan kepercayaanku. Dia melihatku beberapa lama sebelum melanjutkan.
"Perusahaan itu terlibat skandal."
Aku tidak menyahut, sedang mencerna ke mana arah pembicaraan, apa maksud menyembunyikannya dariku, dan dua perusahaan lain disebutkan tadi. Kenapa mereka semacam terlibat dalam akuisisi ini? Apa mereka bersekongkol? Raut mukaku masih sama. Hanya memperhatikan selain mendengar.
"Pemiliknya. Dia terlibat skandal hebat. Dan, dia pandai menutupi. Makanya sahamnya masih bernilai bagus sebelum dinyatakan pailit," sambungnya lagi.
Dia berdiri mengambil minuman di dalam kardus di bawah meja printer. Dua botol air mineral ditaruh di meja sofa.