Chereads / Caraku, Mencintaimu / Chapter 23 - Kekonyolan Nai dan Triyono

Chapter 23 - Kekonyolan Nai dan Triyono

Sementara itu, Nai dan Triyono tengah jalan berdua menikmati malam di Korea. Nai mengajak Triyono pergi ke berbagai tempat. Lalu, tak segan lagi Nai juga sedikit demi sedikit mengajari bahasa Korea kepada Triyono supaya Triyono tidak mengalami kesulitan saat berinteraksi dengan orang Korea.

"Nduk," panggil Triyono kepasa Nai. 

"…." 

"Hm,"

"Di sini banyak cewek cantik, ya? Hih, siapa tau aku juga bisa dapat wanita orang sini. Bisa bagus keturunanku nanti," celetuk Triyono. 

"Aamiin," ucap Nai dengan santai. 

"Lah, kok di aamiini?" Protes Triyono. 

"Salah?" tanya Nai. 

"Yo ndak, sih. Tapi agak terdengar gimana gitu, eh," tagar Triyono. 

Nai hanya diam saja. Ia masih tidak bisa akrab dengan Triyono meski Triyono adalah pria yang baik kelihatannya. 

"Eh, Nai," lanjut Triyono belum selesai. 

"Apa lagi, Tri?" 

"Gituan, yuk!" ajak Triyono dengan wajah konyolnya. 

"Gitu apaan?" tanya Nai belum mengerti. 

Triyono menepuk keningnya sendiri. Kemudian, mempraktikkan kedua tangannya seperti orang yang sedang berciuman dan merapatkan kedua telapak tangannya sendiri.

"Apaan tuh? Oh, maksudnya aku sama kamu gitu? Begituan?" tanya Nai sudah mulai paham. 

Dengan  senangnya Triyono menganggukkan kepala seperti orang bodoh saja. Ia sangat ingin membina hubungan dengan seorang gadis. Triyono ini bukan bad looking, hanya saja, ia jarang sekali memperhatikan penampilannya. Wajah manisnya tertutupi oleh kemalasannya dalam menjaga penampilannya. 

"Um, jadi kamu ingin kita jadian gitu, ya?" ucap Nai dengan memangguk-anggukan kepalanya. Seolah ia mau menyetujui apa yang diinginkan oleh pria yang lebih muda darinya itu.

Lagi-lagi Triyono hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman bodohnya. Kali itu, ia menambah gerakan dengan tangannya meletakkan di kedua pipinya sendiri. Seakan-akan dirinya memang terlihat begitu manis di pandang. 

"Ogah!" bentak Nai dengan nada tinggi sampai membuat telinga Triyono menjadi sakit. 

"Astaghfirullah hal'adzim," sebut Triyono terkejut.

"Lha memang kenapa, sih? Kenapa harus menolakku, heh!"seru Triyono tidak terima kenyataan bahwa dirinya tertolak.

"Lihatlah, aku ini sudah sangat tampan setampan tokoh Harry Potter gini, kok. Masa masih mau di tolak. Kurang apa aku ini? Pengusaha, anak pengusaha, tampan nan rupawan dan soleh tentunya!" Triyono mulai berceloteh. 

Membuat Nai semakin kesal dengan memasang wajah ala squidward di serial kartun. Dengan nada datarnya, Nai berkata, "Tokoh Harry Potter? Nggak salah? Profesor Snap kali, ah!"

Nai mulai berani mengejek Triyono. "Kamu ini bentuknya sudah tidak jelas seperti ini. Sok berkata 11 12 dengan pemeran Harry Potter, ngimpi!"

"Aku lapar. Lebih baik kita makan saja daripada terus membual tanpa ada manfaatnya begini. Aku akan membawamu ke tempat makanan enak, syurga buat perut kita~" ujar Nai dengan menarik kerah baju Triyono.

"Wey, kocheng dong ane di tarik gini!" teriak Triyono.

Memang Triyono ini sedikit sangat memalukan. Awalnya, ia berlagak pura-pura tidak lapar, lalu katanya tadi ingin memesan sedikit, sampai pada akhirnya, ia teler karena makan terlalu banyak. Dengan terpaksa Nai membawanya ke resto miliknya yang ada di dekat kedai itu, di  sana memang ia menyiapkan ruangan khusus untuk dirinya beristirahat.

"Buset nih orang bisa-bisanya mabuk setelah makan banyak," gerutu Nai. 

"Mana berat sekali lagi!" 

"Aku akan membunuh dia, jika bukan karena dia temannya Nuafal. Ahh, sialan!" umpat Nai dengan sekuat tenaga menggendong Triyono membawanya ke restoran. 

~~~~~

Disisi lain, Naufal ingin memastikan istrinya apakah sudah tidur apa belu. Ia berjalan dengan perlahan menuju kamar, membuka pintunya dengan sepelan mungkin agar istrinya tidak terbnagun. Lebih tepatnya lagi, ia hanya tidak ingin sampai ketahuan, jika dirinya sangat peduli dengan Yoona.

Sampai di kamar, Naufal melihat Yoona belum mengganti pakaiannya. Yoona masih mengenakan baju yang sama serta posisi tidur yang terlihat tidak nyaman. Seperti yang sudah pernah ia lakukan, Naufal berinisiatif mengganti pakaian istrinya yang sudah terlelap itu.

Saat itu, ketakutannya akan ketahuan oleh Yoona membuatnya semakin gugup. Bahkan, kegugupan yang ia rasakan kali itu benar-benar berbeda saat di villa beberapa hari lalu. 

"Allahu Akbar, kenapa perasaannya berbeda dari waktu itu?" batin Naufal dengan tangan gemetar. 

"Kak Naufal. Aku minta maaf--" Yoona mengigau.

"Aku salah, aku ha … hm~" lagi-lagi Yoona mengigau. 

Igauan Yoona membuat Naufal murung. Merasa bersalah dan kesal mejadi satu, sehingga dirinya bingung untuk mengapresikan wajahnya. Ia hanya berharap, jika Yoona mampu berubah dan bersikap lebih dewasa lagi. 

"Kapan kamu akan dewasa, Yoona?" bisik Naufal dengan suara lembutnya.

"Jujur, aku sudah mulai memperhatikanmu. Tetapi kamu masih memiliki ingatan buruk tentangku. Bahkan kamu mengutarakan itu disaat ada pria itu dengan temanmu di restoran tadi. Aku  menyalahkan dirimu  karena kamu juga sedang dalam keadaan yang tidak sadar, Yoona," ucap Naufal sembari  membelai rambut sang istri yang basah itu, karena sebelumnya terkena air yang Naufal siramkan.

"Aku sendiri juga bingung. Hubungan ini masih membuatku berpikir rumit, Yoona,"

"Apa yang seharusnya aku lakukan. Supaya kamu mampu melihat kebingungan diriku ini." tukas Naufal menyentuh kulit pipi Yoona yang mulus karena perawatan itu.

Naufal juga tidak menyalahkan semuanya pada Yoona. Hanya saja, takdirnya sendiri yang telah mempermainkan dirinya. Sungguh sulit baginya untuk mencintai seorang gadis yang pernah menjadi adik angkatnya. Dan kini, ia mulai menyukai Yoona. 

"Yoona, katakan. Bagaimana caraku agar bisa membuatmu mengerti. Jika aku mulai merasakan hal aneh dalam hatiku ketika bersamamu," gumam Naufal dalam hati.

"Kak Naufal … maaf," kembali Yoona mengigau untuk ke sekian kalinya. 

Igauan Yoona membuat Naufal semakin tidak tega. Ia merebahkan tubuhnya di sisi Yoona dan menyelimuti tubuh gadis berkulit putih itu menggunakan tubuhnya. Atau pada kenyataannya, Naufal memeluk Yoona di kala Yoona terlelap. 

"Kamu sampai terus minta maaf seperti ini. Aku janji, aku akan memaafkan kamu ketika kamu minta maaf besok, Yoona,"

"Malam ini, aku akan menemanimu tidur dengan memeluk dirimu seperti ini. Selamat malam, Yoona." tukas Naufal mulai memejamkan matanya.

Naufal sendiri ingin cinta itu tumbuh dalam hatinya. Bagaimanapun juga, Naufal hanya ingin menikah sekali dalam seumur hidupnya. Tidak mungkin baginya untuk tidak terus tidak bisa menerima Yoona sebagai istrinya. 

_____

Alarm subuh berbunyi. Naufal segera bangun melaksanakan salat subuh. Saat itu, Yoona belum terbangun. Namun, tidurnya terlihat nyenyak, sehingga Naufal tidak tega hendak membangunkannya. 

Tetap saja, salat itu tidak bisa ditinggalkan. Hanya saja, Naufal sudah membangunkan Yoona kesekian kalinya dan Yoona tidak mendengar apapun dan kembali tidur. 

Usai salat subuh, Naufal kembali ke ranjang. Ia ingin menggoda Yoona dengan kembali tidur di sebelahnya dan tidak membangunnya terlebih dahulu. 

"Lihat saja, balasan dari diriku akan lebih mengejutkan bagimu, Gwen!"