Pelukan Yoona membuat Naufal tidak nyaman. Tubuh Yoona bagi Naufal sudah sangat berbeda ketika Yoona masih berusia 12 tahun.
Saat itu, semuanya sudah berubah bentuk. Lekuk demi lekukan tubuh yang suatu saat dapat meningkatkan hawa nafsu terhadap bagi Naufal itu kini telah menggoda imannya. Dengan sekuat tenaga, Naufal berusaha melepaskan pelukan istrinya dengan sedikit kasar.
"Yoona bangun! Jangan seperti ini!" seru Naufal kembali dibuat kesal oleh Yoona.
"Ayolah, kita sudah suami istri, bukan? Memangnya kenapa kalau kita melakukan itu. Aku sudah kepanasan yang tak bisa tertahankan lagi, kak," rengek Yoona.
Berhasil lepas dari pelukan sang istri, Naufal meraih segelas air keran lalu menyiramkannya ke wajah Yoona. Sontak, Yoona teriak karena terkejut. "Aw, dingin!" teriaknya.
Tak melihat lebih dulu, ternyata air itu bekas minum Nai yang bercampur dengan air dingin. Naufal tidak membuang air sebelumnya, hanya menambahkannya dengan air keran.
"Eh, makanya bangun!" ketus Naufal.
Sedikit demi sedikit Yoona mulai tersadar. Ia tertunduk malu dengan sifat kekanak-kanakannya yang mulai kambuh. Tidak ingin rugi, Yoona meneruskan sikapnya dan kembali membuat suaminya sangat kesal.
"Kenapa, sih, Kak Naufal nggak mau menyentuhku, melakukan itu padaku? Apakah milikku ini tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan, Kak?" cetus Yoona.
"Lalu? Sebesar yang Moza miliki kah yang kamu harapkan itu? Maka pergilah mencari Moza sana!" Yoona sampai membentak Naufal karena kesal.
"Aku menikmati nafkah lahirmu, tetapi tidak dengan batinmu. Aku tidak pernah menerima itu!" Sambung Yoona mulai menangis.
"Ini bukan masalah nafkah lahir ataupun batin Yoona. Aku sudah mencoba membuka hatiku, tapi kau tak memberiku ruang untuk aku memulainya. Kau kuberi sedikit kesempatan, tetapi kau malah menggunakannya dengan semaumu, seolah-oleh aku benar-benar sudah mencintaimu, tapi tidak!" jelas Naufal.
"Aku perlu waktu Yoona. Coba kamu pikir, mana mungkin akan menggauli seorang istri dengan keadaan terpengaruh obat perangsang itu. Jadi kumohon pahamilah aku, beri aku waktu," sambung Naufal dengan tangan memohon.
Yoona menoleh, ia langsung berdiri dengan tidak tegak karena masih terpengaruh obat nakal sebelumnya. "Waktu? Sampai kapan, Kak? Sampai kapan? Sudah empat bulan apakah tidak cukup, hah?"
Naufal masih mengamati istrinya yang masih belum sadar. Ia berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya ia rasakan sampai di titik saat itu.
"Aku mengenalmu pertama kali sebagai adikku. Lalu, tiba-tiba sekarang menjadi istriku. Siapa yang tidak syok saat itu?" ungkap Naufal dengan suara melemah.
"Bayangkan saja. Bagaimana mungkin aku memiliki hasrat menggauli adikku sendiri, Yoona?" lanjutnya.
"Jika kau terus bersikap seperti anak kecil begini, maka di mataku kau akan tetap seperti adikku, tolong dewasalah!" tegas Naufal mulai frustasi sendiri.
"Aku akan memberimu waktu untuk merenungi apa yang aku katakan barusan. Kamu keringkan rambutmu, ganti bajumu dan segeralah tidur. Malam ini aku akan ke kamar sebelah, Assalamu'alaikum," tukas Naufal membuka pintu dan keluar. Lalu, menutup pintu kamar dengan sedikit menggunakan tenaga.
Yoona sampai terkejut, sehingga membuatnya menangis. Bukan maksud Naufal mengukir luka lagi di hati Yoona, melainkan dengan cara itulah akan membuat Yoona mampu memikirkan apa yang memang seharusnya ia lakukan sebagai seorang istri. Bukan hanya merengek, menangis dan bertingkah seperti anak kecil saja.
"Kenapa kau sekejam itu, Kak Naufal~"
Dengan langkah sempoyongan, Yoona berusaha ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Ia berkaca dan saat itu berkhayal bertemu dengan Laila, istri Naufal yang pertama.
"Yoona, kamu baik-baik saja?" tanya bayangan Laila.
"Kak Laila? Apakah itu kau?"
"Huh, aku mabuk. Mana mungkin melihat Kak Laila. Pada kenyataannya, Kak Laila udah di surga sana, bukan?" gumam Yoona dengan mengucek kedua matanya.
"Laila, apa yang dikatakan Naufal ada benarnya. Kamu sudah menjadi istrinya, bukan adiknya lagi. Jadi berusahalah untuk dewasa dalam menghadapi semua cobaan yang menghadang," ucap bayangan Laila.
"Apa kamu ingin gagal menjaga Naufal untukku? Aku akan marah jika kamu gagal melakukan misi ini, Yoona. Tolong pikirkan baik-baik!"
Bayangan Laila tiba-tiba menghilang dari pasangan Yoona. Ia tertunduk dan mulai memikirkan apa yang terjadi. Kemudian, keluar dari kamar mandi dan berbaring di kasur.
****
Sementara itu, Naufal juga belum tidur di kamar sebelah. Dalam hatinya, ia khawatir dengan keadaan Yoona yang seperti itu. Namun, langkahnya untuk mendekati Yoona ia tahan. Jika bukan saat itu, selamanya Yoona akan bersikap seperti itu lagi.
"Biarkan dulu saja. Aku juga sebenarnya tidak tega dengannya. Meninggalkan dia dengan keadaan seperti itu, membuat hatiku terluka juga," gumam Naufal.
"Hum, biarlah semua ini jadi pelajaran. Sebaiknya, aku segera hubungi restoran itu. Akan aku selidiki siapa yang sudah memasukkan obat itu kedalam minuman yang dipesan oleh, Yoona!" sambung Naufal.
Malam itu juga, Naufal memutuskan untuk pergi ke restoran dimana ia tadi makan. Naufal meninggalkan Yoona sendiri di rumah.
"Bagaimana? Apa kamu sudah memeriksa rekaman CCTV itu?" tanya Naufal kepada pemilik restoran.
"Seorang wanita. Kamu lihat saja sendiri, Tuan. Aku akan memutarkan rekaman ini untukmu," jawab pemilik restoran membuka laptopnya dan memutar rekaman itu.
Setelah Naufal amati, wanita itu adalah Moza. Baju yang dikenakan wanita itu juga sama dengan yang dipakai Moza waktu itu.
"Apa kamu mengenalnya?" tanya pemilik restoran. "Tapi, dia bukan karyawan restoran ini. Lalu, bagaimana aku harus mengganti rugi padamu, Tuan?" lanjutnya.
"Aku datang ke sini tidak meminta ganti rugi apapun padamu. Aku hanya minta rekaman ini, cukup untuk membuktikan bahwa wanita ini bersalah. Setelah ini … biarkan aku yang menanganinya," tutur Naufal dengan tenang.
"Terima kasih, aku pamit dulu. Maaf mengganggu waktu istirahatmu. Selamat malam."
Naufal telah mendapatkan bukti. Namun, ia masih enggan untuk masuk kamar, tidur dengan Yoona. Naufal pun memutuskan untuk tidur di sofa malam itu.
Sampai Yoona terbangun, melihat suaminya tidak ada di sampingnya. Ia pun mulai menyadari bahwa suaminya saat itu benar-benar marah padanya.
"Aku memang salah. Aku mengeluarkan semua yang ada dalam hatiku tanpa berpikir bagaimana perasaannya. Huft, andai saja waktu bisa diulang,"
"Bahkan Kak Naufal juga belum masuk ke kamar. Apakah dia memang tidak mau tidur di sampingku malam ini?"
Yoona terus saja meracau malam-malam. Berharap jika Naufal tiba-tiba membuka pintu dan tidur di sampingnya.
Di ruang tengah, Naufal terus berpikir. Tak menyangka bahwa Moza bisa melakukan itu setelah sekian lama kejadian Laila saat sekolah dulu.
"Moza,"
"Hm tujuannya apa lagi yang dia inginkan? Aku takut jika kejadian pada Laila waktu itu terulang kembali,"
"Haih, aku sudah mulai menyayangi Yoona dengan rasa yang berbeda. Tak rela bagiku, jika sampai melihat Yoona terluka karena Moza!"
Naufal terus memikirkan cara untuk menjauhkan keluarganya dari Moza malam itu. Sampai ia tertidur karena kelelahan terus kesana-kemari dengan mencari bukti jika Yoona mabuk obat nakal bukan karena dirinya, melainkan karena orang lain yang sengaja melakukannya padanya.