Setelah mengobrol lama, dan memakan makanannya, Yoona baru mau meminum minuman yang sudah ditaburi serbuk putih itu oleh Moza beberapa waktu lalu. Serbuk itu reaksinya sangat cepat. Yoona menjadi seperti orang mabuk, obrolannya semakin melantur, bahkan ia mengatakan jika dirinya belum disentuh sama sekali oleh suaminya.
"Kak Arnold, kamu baik banget, sih. Andai saja aku belum mencintai suamiku ini hehehe, pasti aku akan jatuh cinta padamu," celetuk Yoona sambil cengegesan.
"Yoona? Kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Tae.
"Kamu mabuk, Yoona? Apa yang kamu minum ini?" sahut Arnold menjauhkan diri dari Yoona yang saat itu menatapnya.
"Mana mungkin aku minum minuman itu. Bukankah yang aku minum hanya jus lemon? Lihatlah, bahkan jusnya belum aku habiskan," jelas Yoona sembari cegukan.
"Yoona, kamu kenapa, sih?" Naufal sendiri merasa ada yang tidak beres dengan istrinya itu.
"Aku nggak papa kok, suamiku, sayang … aku cuma butuh kasih sayang kamu, belaian kamu, aku juga pengen di kelonin sama kamu suamiku, hehe--" celetuk Yoona membelai pipi Naufal dengan lembut.
"Hm, tapi kamunya cuek sama aku. Kalau begitu terus kan aku jadi sedih" lanjut Yoona sembari memeluk Naufal dan kembali berbicara seperti nada anak kecil yang ngambek karena tidak dibelikan permen kapas.
Merasa aneh juga, Arnold meraih gelas bekas jus yang diminum oleh Yoona, kemudian mencium isi gelas tersebut. Arnold tau bahwa ada sesuatu dalam minumannya yang membuat seorang Yoona tidak bisa mengendalikan diri.
Setelah puas memeriksa bau minuman itu, Arnold salah paham kepada Naufal dan langsung memukulnya begitu saja. Tak cukup menerima pukulan, Naufal juga di seret bajunya hingga baju yang ia kenakan sedikit robek.
"Kau menjijikkan!" teriaknya kepada Naufal. "Bahkan istrimu sendiri kau kerjai seperti ini? Obat ini? Minuman itu telah di beri obat, kau sangat menjijikkan!" lanjut Arnold masih menarik kerah baju Naufal dengan kuat.
"Apa maksudmu itu!" sulut Naufal membalas pukulan Arnold. Ia tidak terima dituduh seperti itu. Apa lagi dituduh hendak mencelakai istrinya sendiri.
"Oppa! Cukup! Kak Naufal cukup! Itu bukan hanya obat untuk orang mabuk lagi, jangan diperdebatkan di sini, oke?" Tae mencoba melerai keduanya.
"Apa maksudnya?" tanya Naufal belum paham.
"Anu, itu … Yoona saat ini sedang terangsang," jelas Tae sedikit malu menjelaskan.
"Kau?" Arnold kembali meneriaki Naufal, menyalahkannya menimbulkan penyebab mabuknya Yoona.
Naufal menahan emosinya. Dengan menarik napas dalam, ia pun berkata, "Aku adalah suaminya, Tuan Arnold. Jika aku ingin, aku akan memakannya di rumah, bukan dengan cara murahan seperti ini!" ketegasan Naufal membuat Arnold bungkam.
"Frank, kemarilah sebentar! Tolong selidiki cctv-mu. Aku ingin penjelasan dari gelas ini sekarang juga, rekaman dapurmu dari satu jam yang lalu, atau rekaman yang menuju dapur," perintah Naufal kepada pemilik restoran.
Dengan kesal, Naufal membawa Yoona pulang. Mungkin, memang sialnya mereka saat itu. Mereka pergi tidak mengendarai mobil sendiri, niat ingin jalan berdua malah harus pulang cepat karena insiden obat nakal itu. Naufal juga menelfon Nai untuk menjemputnya, tidak mungkin meminta bantuan dengan Triyono yang sudah di ajak serius.
"Nai, bisa jemput aku nggak?" tanya Naufal melalui telponnya.
"Sorry, Fal. Aku dan jomblo tua ini sedang keluar. Ada apa memangnya? Jika mendesak, aku bisa menjemputmu," jawab Yoona.
"Haih, aku ada ma--"
"Sorry aku nggak bisa jemput. Udah jauh dari Kota juga soalnya. Sorry, ya," belum juga Naufal menceritakan masalahnya, Nai sudah menutup telponnya.
"Ck, kenapa mereka malah keluar, sih?" kesal Naufal.
Ia bingung sendiri harus bagaimana membawa Yoona pulang. "ini juga si Yoona, nggak bisa kendalikan diri begini," umpatnya.
"Yoon, jangan seperti ini dong! Kenapa juga kancing bajunya kamu buka, sih?" Naufal sudah kehilangan akal karena Yoona tak lagi bisa terkendali. Naufal mencoba menutupi dada Yoona yang sudah terbuka dua kancing.
"Kak Naufal, aku gerah, gelisah, deg degan gini. Ayolah Kak, sudah empat bulan kita menikah, masa iya kita belum melakukannya juga, sih," Yoona kembali meracau lagi.
"Ayolah Kak, ayo!" desak Yoona dengan menggesekkan kepalanya di lengan Naufal.
Akhirnya ada taksi yang lewat, Naufal membawa Yoona pulang dengan taksi. Ia berusaha sekuat tenaga membawa Yoona pulang ke apartemen. Terlihat Moza yang sengaja menunggu mereka dari depan pintu apartemennya, melihat sebenarnya siapa yang meminum serbuk itu.
"Sial, kenapa dia sih yang minum. Kalau seperti ini, 'kan jadi susah untuk aku bereaksinya!" kesal Moza dengan wajah seperti reog yang hampir kesurupan.
"Anda saja, aku tahu saat Laila meninggal. Dengan cepat, aku akan merebut Naufal kembali,"
"Tapi, kenapa Naufal mau menikahi gadis seperti itu? Masih anak kecil yang sok manja, ih menyebalkan!"
"Ini juga kenapa si bedebah itu belum mau meninggalkan aku!"
Moza terus saja mendengus kesal karena kebodohannya sendiri. Melihat Naufal semakin dekat dengan Yoona membuatnya kepanasan.
___----
Dengan nafas terengah-engah sampai ke apartemen, Naufal mendorong tubuh Yoona ke sofa. "Alhamdulillah sampai, ternyata dia berat juga, ya?"
"Waktu liburan kemarin, sepertinya tidak seberat ini tubuhnya, deh!" gumamnya.
Naufal berusaha menyadarkan Yoona dengan terus membangunkannya dari khayalan tinggi mabuknya. Saat hendak menyentuh pipi sangat istri, tangan Yoona menarik tangan Naufal sehingga membuat Naufal terjatuh tepat di atas tubuh Yoona.
"Kak, aku sungguh mencintaimu, kenapa kamu selalu mengabaikan aku?"
Melihat wajah Yoona yang sudah memerah karena mabuk membuat Naufal tidak tega. Ia segera bangkit, namun kembali di tahan oleh Yoona.
"Tetaplah bersamaku, atau aku akan sakit. Aku sudah tidak tahan lagi, kak~"
"Yoona, kamu akan menyesal jika terus mengikatku seperti ini," bisik Naufal.
"Apa sedikitpun aku ini tidak ada dalam hatimu, Kak? Apakah tak pantas bagimu, aku ini?" Yoona mengatakan itu dengan menangis.
"Lakukan ini sebagai kewajibanmu, aku tidak akan menuntut hal lain lagi darimu, kak. Kumohon, aku sudah tidak tahan lagi."
Naufal kembali beranjak, namun tangannya tergelincir dan menimpa tubuh Yoona dengan keras hingga terhentak tubuh istrinya yang mungil itu.
"Aduh, bergairah sekali kamu, kak? Aku kan hanya mau bercanda saja tadi," ucapan Yoona kembali berbalik dari kata-katanya beberapa detik lalu.
"Tapi kita nggak bisa lakukan itu jika kita baru pertama kalinya. Em, langsung pose tengkurap? Aku rasa tidak bisa hehehe ...," lanjutnya dengan tangan menyelinap ke bagian bawah milik Naufal.
Segera Naufal mencegah tangan nakal itu masuk ke sarangnya. "Astaghfirullah hal'adzim, bangun! Ayo bangun! Aku akan membawamu ke kamar mandi dan mengguyurmu dengan air panas sekalian!" Naufal kembali dibuat kesal oleh Yoona.
"Nggak mau!" tolak Yoona merengek seperti anak kecil.
"Aku hanya mau Kak Naufal di sisiku. Aku hanya mau kamu, kak. Tolong sepeti ini dulu sebentar, oke?" Yoona menarik tangan Naufal.